Mengakhiri Cinta dalam Pernikahan (3)
Mengakhiri Cinta dalam Pernikahan (3)
Semua penumpang sudah memasuki lift dan pintu lift perlahan menutup. Area itu menjadi sepi saat ini.
"Youyou…" Gu Jinchen memanggilnya dengan suara yang lembut.
Mendengar suara yang familiar, tubuh Chen Youran sedikit membeku. Dia melihat ke depan dan matanya seketika memantulkan wajah tampan dan tegas Gu Jinchen. Pria itu tampak memeluk seorang wanita cantik di satu tangannya. Ada lubang di celana kanan wanita itu yang berlumuran darah. Melihat hal itu, dia tertegun. Dia bertanya dengan suara yang lembut, "Mengantar teman ke rumah sakit?"
"Iya…" jawab Gu Jinchen yang mengenakan kemeja putih dan jas hitam. Suaranya sedikit terdengar seperti menahan rasa sakit di hatinya. "Apa yang kamu lakukan di rumah sakit? Ada apa?"
"Aku mau memeriksa kandungan." Chen Youran menjawab sambil tersenyum.
Gu Jinchen menatap perut Chen Youran dan mengeluarkan senyum pahit. Melihat wanita itu sendirian, dia bertanya, "Dia tidak ikut denganmu?"
"Dia…"
"Youyou…"
Chen Youran baru saja ingin mengucapkan sepatah kata, tetapi suara lembut Ji Jinchuan sudah terdengar beberapa meter dari samping. Dia menoleh ke samping dan seketika melihat sosok pria yang jangkung dan kurus datang mendekatinya.
Begitu mendekati Chen Youran, Ji Jinchuan melingkarkan tangannya di pinggangnya dan berkata dengan suara yang sedikit dingin, "Kenapa kamu tidak menungguku di lobi?"
Di depan wajah Gu Jinchen, Ji Jinchuan memeluknya seperti ini. Chen Youran pun merasa tidak nyaman. Dia tidak bisa mengabaikan mata penuh rasa sakit dan wajah pucat mantan kekasihnya itu. Dia menarik ujung mantelnya, mengangkat rahangnya untuk menunjukkan dan berkata, "Aku bertemu dengan seorang yang kukenal…"
Ji Jinchuan akhirnya mengangkat matanya ke arah Gu Jinchen. Dia melirik wanita yang sedang dibantunya dan berkata, "Presiden Gu, kebetulan aku bisa bertemu denganmu di sini."
"Presiden Ji…" Gu Jinchen menganggukkan kepalanya.
Yiyou tidak kenal Chen Youran, namun jika Ji Jinchuan, dia seringkali melihatnya di majalah. Pria itu mengenakan kemeja hitam dan mantel halus yang dijahit dengan tangan. Temperamennya tampak mulia dan memesona. Wajah tampannya persis seperti yang ada di majalah. Hanya saja, tidak ada ekspresi dingin.
Ding!
Suara itu terdengar, diikuti dengan terbukanya pintu lift. Para penumpang yang ada di dalam berbondong-bondong keluar. Gu Jinchen kemudian membantu Yiyou bergerak ke samping untuk memberi jalan bagi mereka.
"Presiden Gu, kami naik dulu…" kata Chen Youran sambil menatap Gu Jinchen.
Pandangan mata Gu Jinchen berhenti di wajah lembut Chen Youran. Dia membuka mulutnya, lalu suaranya yang seperti orang linglung terdengar, "Iya…"
Di masa lalu, wanita itu selalu memanggilnya Jinchen dengan suara lembut. Terkadang, wanita itu memanggilnya dengan nama panggilan dan nama keluarga. Ketika kembali dari California, Chen Youran mulai memanggilnya kakak ipar. Dan sekarang, wanita itu malah memanggilnya Presiden Gu. Hal itu terasa semakin aneh bagi Gu Jinchen.
Pintu lift tertutup perlahan. Wajah cantik yang lembut itu pun perlahan menghilang di depan matanya. Tangan kanan yang tergantung di sisinya secara bertahap mengepal dan pada akhirnya mulai kembali mengembang tanpa daya.
Setelah berdiri di luar lift untuk waktu yang lama, Yiyou menatapnya dan berkata, "Presiden Gu, kita…"
Gu Jinchen memeluknya dengan satu tangan dan berkata, "Ayo kita pergi."
Kaki kanan Yiyou terluka. Dia berjalan tertatih-tatih menuju ke tempat istirahat yang ada di lobi. Gu Jinchen lalu membantunya duduk di kursi dan berkata, "Apa kamu punya teman? Minta dia untuk datang menjemputmu. Aku sudah membayar biaya pengobatan. Kalau kamu ingin menelepon polisi, aku akan membantumu."
"Ini hanyalah luka kecil. Aku tidak ingin menelepon polisi. Hati-hati di jalan saat mengemudi nanti. Kalau kamu bertemu dengan seseorang yang sengaja menabrakkan diri, kamu tidak akan tahu berapa banyak dia akan memeras dirimu," tutur Yiyou sambil menggelengkan kepalanya.
Gu Jinchen melirik wajahnya yang tampak menahan kesakitan. Kemudian, dia berkata, "Minta temanmu untuk menjemputmu…"
Yiyou tidak mengatakan sepatah kata pun dan meletakkan obat yang baru saja diresepkan dokter di kursi yang berada di sampingnya.