Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Siapa yang Berani Mengganggu Ji Jichuan (4)



Siapa yang Berani Mengganggu Ji Jichuan (4)

1"Nona Chen, karena ada begitu banyak pelayan hari ini yang mengenakan seragam yang sama, Anda mungkin salah mengenali orang." Pelayan yang kidal itu berulang kali membantah.     

"Aku memang tidak memperhatikan wajah dan penampilanmu, tetapi aku masih mengingat suaramu." Wajah pucat Chen Youran telah kembali ke kondisi aslinya. Dia melanjutkan perkataannya, "Atau apa kamu bermaksud menganggap Nona Yi You buta dan aku tuli?"     

Mendengar perkataan Chen Youran, pelayan itu tidak bisa berkata apa-apa. Chen Youran ingin bangkit dari duduknya, namun Ji Jinchuan memegang bahunya. Pria itu menolehkan kepalanya dan menatap mata gelapnya.     

"Serahkan urusan berikutnya kepadaku. Jangan merepotkan dirimu sendiri," tutur Ji Jinchuan Dibandingkan sikap suram kepada semua orang barusan, ketika berbicara dengan Chen Youran, tatapan dan suaranya sangat hangat.     

Chen Youran pun menganggukkan kepalanya. Dia percaya bahwa suaminya akan bisa menyelesaikannya dengan lebih baik dan lebih cepat daripada dirinya.     

Ji Jinchuan memegang gelas air di atas meja. Dia dapat merasakan suhu air itu sudah sangat dingin, dia pun melihat ke manajer hotel dan berkata, "Beri dia segelas air hangat lagi…"     

Manajer hotel mengambil gelas air dan segera menukar isinya dengan yang hangat. Lalu, dengan hormat dia menyerahkannya kepada Chen Youran. Chen Youran pun memegangnya dengan kedua telapak tangannya. Dia meminumnya sambil melihat suaminya menangani masalah di hadapannya.     

Ji Jinchuan berjalan ke arah pelayan yang sedang dicurigai itu dan berjongkok di depannya. Dia menggulung lengan kemeja hitamnya yang slim fit hingga ke siku. Otot-ototnya di balik kemeja itu tampak menonjol. Penampilannya gagah dan kuat, terlihat sangat jelas sosoknya yang sempurna. Dia menatap pelayan di depannya dan bertanya, "Kamu kidal?"     

"Ya…" jawab pelayan itu.     

"Kenapa kamu tidak menggunakan tangan kananmu?" Alis Ji Jinchuan terangkat dan ekspresi wajahnya acuh tak acuh. Tidak ada tanda kemarahan di wajahnya.     

Pelayan itu tertegun sejenak, lalu menjawab, "Tangan kanan saya pernah terluka sebelumnya. Jadi, saya tidak bisa memaksakan diri untuk menggunakannya. Oleh karena itu, saya hanya bisa menggunakan tangan kiri."     

Semua orang tidak mengerti dengan sikap Ji Jinchuan. Pria itu seharusnya menanyakan kepada pelayan siapa yang menyuruhnya. Entah mengapa, pria itu malah membicarakan hal tersebut dengan seorang pelayan.     

"Kalau tangan kirimu juga terluka, apa yang akan kamu lakukan?" Wajah dingin Ji Jinchuan tetap tidak berubah dan nada suaranya terdengar santai.     

Pelayan itu tercengang. Kemudian, dia merasa bahwa Ji Jinchuan ingin menghilangkan tangan kirinya. Jika dia juga harus kehilangan tangan kirinya, dia tidak akan bisa mengurus kehidupan sehari-harinya. Dia akan menjadi seperti orang yang tidak berguna. Seketika, dia langsung panik.     

"Kamu hanya punya satu kesempatan. Aku akan menghitung tiga kali. Kalau kamu tidak rela kehilangan tangan kirimu, kamu bisa menggantinya dengan kakimu…" Alis Ji Jinchuan ditutupi lapisan kabut. Dia melirik kaki pelayan yang berlutut itu, lalu melanjutkan, "Aku akan menyisakan satu untukmu…"     

Shi Lan masih duduk di belakang kerumunan. Dia berpegangan pada kursi dengan erat. Dia dapat melihat bahwa Ji Jinchuan sangat berdarah dingin dan kejam. Kalau pelayan itu mengakui aku yang menyuruhnya, bagaimana akhir hidupku? Batinnya.     

"Takut?" Terdengar suara dingin dan berat pria di sekitarnya.     

Shi Lan terlalu gugup, jadi dia lupa ada seorang pria di dekatnya yang sedang mengawasinya. Tatapan pria itu kepada dirinya sangatlah dingin. Namun, dia mencoba untuk tetap tenang dan bersikap seolah tidak melakukan kesalahan. Ia menjawab, "Aku tidak melakukan hal yang buruk, kenapa harus takut?"     

"Sebaiknya memang begitu…" Suara berat Gu Jinchen benar-benar terdengar dingin.     

Senyum Shi Lan sedikit membeku. Dia menatap Gu Jinchen dengan wajah dingin. Wajahnya pun menjadi sedikit masam. Dia diam-diam berpikir di benaknya tentang bagaimana menghadapinya jika Ji Jinchuan menemukan bahwa dirinya adalah pelakunya.     

Saat ini, Ji Jinchuan belum mulai menghitung, namun pelayan itu sudah pucat karena ketakutan. Dia mengetahui bahwa dia tidak dapat bersaing dengan orang-orang ini dengan status yang dimilikinya. Jadi, dia memutuskan untuk mengaku, "Aku akan mengatakannya…"     

Ji Jinchuan perlahan bangkit dan menatap pelayan itu. Posturnya yang tinggi dan tegap membuat orang merasa tertindas. Sementara itu, Shi Lan yang berada di luar kerumunan juga mendengar ucapan yang keluar dari mulut pelayan itu, jantungnya seketika bergetar kencang dan napasnya seolah berhenti sesaat.     

"Aku tidak memiliki banyak kesabaran. Jangan main-main denganku," ucap Ji Jinchuan sambil mengutak-atik kancing mansetnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.