Aku Merindukannya
Aku Merindukannya
Saat ini, Chen Youran tengah mengendarai mobil hingga ke gerbang vila. Dua orang pengawal pria tampak berdiri seperti tunggul di gerbang berukir yang terkunci rapat. Dia pun membunyikan klakson beberapa kali. Suara keras dari klakson itu memecah keheningan di vila. Tetapi, tidak peduli berapa kali dia membunyikan klakson, tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Situasi itu membuat api membara di hatinya. Dia hanya ingin menginjak pedal gas dan berjuang sampai akhir. Dia berpikir, kemungkinan dirinya akan sedikit terluka dan mereka yang ditabraknya akan mati.
Namun setelah itu, Chen Youran membuka pintu mobil dan keluar dari dalam. Dia berjalan menuju dua orang pengawal tersebut dan memandang mereka dengan dingin. Dia lalu berkata pada mereka, "Aku mau keluar. Menyingkirlah!"
Kedua pengawal itu masih berdiri tanpa ekspresi, seolah-olah mereka tidak mendengarnya. Chen Youran terpaksa harus membuka pintu sendiri. Begitu dia melangkah menuju gerbang tersebut, salah satu pengawal mengulurkan tangan untuk menghentikannya.
"Nyonya Muda, Presiden Ji mengatakan kepada saya kalau Anda tidak boleh keluar," ucap pengawal tersebut.
Alis Chen Youran berkerut mendengar hal itu. Dia lalu berkata dengan dingin, "Karena kamu memanggilku nyonya muda, itu berarti aku juga atasanmu. Sekarang aku ingin keluar, menyingkirlah!"
"Nyonya Muda, tolong kembali masuk rumah," ucap pengawal itu lagi dengan masih berdiri diam.
Chen Youran merasa perutnya sakit karena hal ini. Dia tidak memiliki pilihan selain kembali masuk ke dalam mobil. Dia lalu memutar mobil dan kembali ke garasi. Setelah keluar dari garasi, dia mengeluarkan ponselnya dari tas dan menghubungi Ji Jinchuan. Begitu telepon terhubung, dia langsung berkata, "Ji Jinchuan, apa maksudmu?"
Akan tetapi, bukan Ji Jinchuan yang menjawab telepon. Terdengar suara Xiao Cheng datang dari ujung telepon, "Nyonya Muda, Presiden Ji sedang rapat."
Chen Youran menghentakkan kakinya. Karena dia sedang marah, dadanya naik turun dengan keras. Dia mengeluarkan senyum dingin di sudut bibirnya dan berkata, "Dia sedang rapat atau dia tidak ingin menerima telepon dariku dan menyuruhmu untuk menjawab telepon untukku?"
Saat ini, Xiao Cheng berada di luar ruang konferensi. Dia melihat kembali ke pintu ruang konferensi di belakangnya dan berkata dengan jujur, "Presiden Ji benar-benar sedang rapat saat ini."
"Kalau begitu, aku tidak mencarinya. Aku mencarimu." Chen Youran menarik napas panjang. Rasanya dia ingin segera memuntahkan segala kemarahan yang bersarang di jantungnya.
"Nyonya Muda bilang apa?" tanya Xiao Cheng sambil sedikit menjauhkan ponselnya.
"Kamu cepat hubungi pengawal yang ada di pintu vila dan suruh mereka untuk membiarkan aku keluar," tutur Chen Youran sambil terus berjalan ke arah ruang tamu.
Namun, Xiao Cheng tidak bisa melakukan hal tersebut. Dan para pengawal juga tidak akan mendengarkannya. Dia pun berkata, "Setelah rapat, saya akan meminta Presiden Ji untuk menelepon Anda."
Kemarahan di dada Chen Youran yang baru saja sedikit mereda, seolah-olah akan segera meledak kembali. Kemudian, dia pura-pura berkata, "Aku merindukannya. Aku ingin pergi ke perusahaan untuk menemuinya. Apa tidak apa-apa?"
Xiao Cheng terdiam sejenak, lalu berkata, "Presiden Ji tidak memiliki jadwal jamuan makan hari ini. Saya akan mengingatkannya untuk pulang lebih awal."
Mendengar hal itu, Chen Youran tertawa dengan marah dan kembali berkata, "Apa kamu pernah mendengar istilah tidak bertemu sehari terasa seperti tidak bertemu satu musim? Aku benar-benar sangat merindukannya sekarang."
Pria di ujung telepon terdiam selama beberapa saat, kemudian berkata, "Nyonya Muda, kalian baru bertemu tadi pagi…"
"Aku masih tidur saat dia pergi bekerja," kata Chen Youran dengan suara yang dalam.
Xiao Cheng dapat mendengar suara Chen Yoran saat ini seperti merasa tertekan dan kesal. Lalu, dia membalas, "Anda bertemu dengannya tadi malam."
"Asisten Xiao, apa kamu tidak tahu kalau suami dan istri selalu memikirkan satu sama lain ketika mereka sedang jatuh cinta dan ingin bertemu?" tanya Chen Youran.
"..." Xiao Cheng melongo mendengarnya. Sebelum Ji Jinchuan menikah, dia harus selalu bekerja keras setiap hari kecuali hari libur. Sebagai asisten yang menyedihkan, dia harus bekerja lembur. Dia bahkan tidak punya waktu untuk mendapat pacar. Tanpa pacar, bagaimana aku bisa tahu soal hal itu? Batinnya.
Ucapan Chen Youran hanya menimbulkan rasa sakit seperti ditusuk oleh sepuluh ribu jarum bagi Xiao Cheng. Setelah beberapa saat, dia terbatuk dan berkata, "Nyonya Muda, saya masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan. Saya tidak akan memberi tahu Anda. Setelah pertemuan, saya akan mengingatkan Presiden Ji untuk menelepon Anda kembali. Selamat tinggal…"
Tanpa menunggu Chen Youran berbicara, Xiao Cheng langsung menutup sambungan telepon tersebut.