Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Dia Tahu Bahwa Dia Hanya Bisa Menyakitimu



Dia Tahu Bahwa Dia Hanya Bisa Menyakitimu

2Setelah para reporter pergi, Pengacara Fu dan Petugas Wang masuk ke dalam kamar pasien untuk menemui Lin Xia. Setelah menyapanya sejenak, mereka satu per satu pergi.     

Di luar kamar pasien, Qiu Shaoze mengangkat alisnya dan berkata pada Chen Youran, "Bagaimana, kamu sudah puas?"     

"Ya, aku tidak menyangka seorang fotografer bisa mengenal begitu banyak reporter," tutur Chen Youran. Meskipun tidak begitu lama menjadi rekan kerja Qiu Shaoze dan meskipun terkadang pria itu bertingkah bodoh, tetapi Chen Youran mengetahui bahwa pria itu tidak pernah ceroboh untuk hal-hal serius. Kejadian tadi benar-benar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dan efeknya pun juga memuaskan. "Pergilah dan beri tahu para reporter untuk menulis yang terbaik tanpa harus meninggalkan perasaan mereka…"     

Qiu Shaoze mengangkat kelopak matanya dan berkata, "Aku sudah memberi tahu mereka sebelum kami datang ke sini."     

Saat ini, Qiu Shaoze masih sibuk dengan studio baru miliknya, jadi dia segera pergi. Setelah itu, Chen Youran menghubungi telepon rumah di Teluk Nanhai. Dia meminta Bibi Wu untuk memasak sup, lalu mengirimnya ke rumah sakit. Kemudian, dia menghubungi sopirnya dan memintanya kembali ke Teluk Nanhai untuk menjemput Bibi Wu.     

Di kamar pasien, Lin Xia masih berbaring di tempat tidur dengan infus di tangannya. Bibirnya kering, hingga kulitnya mengelupas, tubuhnya tampak seolah hanya memiliki sedikit aliran darah. Chen Youran mengambil air dengan menggunakan sebuah ketel yang tersedia di dalam kamar itu. Kemudian, dia kembali ke kamar pasien dan menuangkan air tersebut ke dalam gelas. Dengan menggunakan sedotan, dia membantu Lin Xia untuk minum. Saat ini, pandangan mata Lin Xia tidak lagi kosong dan tanpa fokus seperti sebelumnya, napasnya pun juga sedikit lebih teratur. Chen Youran lalu meletakkan gelas tersebut kembali di atas meja. Lin Xia masih tidak berbicara. Dia pun juga tidak memiliki hal untuk dibicarakan, jadi dia duduk di sofa untuk bermain ponsel.     

Setelah beberapa saat, terdengar suara serak Lin Xia berkata, "Jangan beri tahu kakak keduaku…"     

"Dia pasti ingin mengetahui keadaanmu saat ini," kata Chen Youran yang tercengang.     

Lin Xia menutup matanya dan mengulangi perkataannya lagi, "Jangan beri tahu dia…"     

Jika lebih memilih berani mencintai Lin Mo'an dibandingkan harus menikah dengan Huo Hanqian, Lin Xia tidak akan mengalami begitu banyak penderitaan seperti ini. Lin Mo'an pasti akan selalu melindunginya dan peduli padanya.     

Chen Youran berpikir bahwa Lin Xia takut Lin Mo'an akan menertawakannya. Dia pun berkata, "Dia sudah tahu kalau Huo Hanqian hanya bisa menyakitimu. Dia pasti tidak akan menertawakanmu."     

"Aku tahu," kata Lin Xia dengan suara serak.     

Chen Youran menatap Lin Xia dengan cemas. Dia tidak bisa mengerti maksud wanita itu. Entah apakah dia tidak ingin Lin Mo'an khawatir atau karena hal lain. Sebelumnya, dia berencana untuk menelepon ke Amerika Serikat. Jika Lin Xia ingin menggunakan Lin Mo'an untuk melarikan diri dari Huo Hanqian, dia hanya perlu memberi tahu pria itu bagaimana situasinya. Dan Lin Mo'an pasti akan membantunya dengan cara apa pun. Namun, Lin Xia tidak ingin Lin Mo'an tahu. Kenapa begitu? Batinnya.     

Aroma desinfektan di ruangan itu merangsang saraf Chen Youran dan membuatnya menebak dengan berani. Dia bisa melihat Lin Xia sudah terluka di tubuhnya, sehingga dia tidak ingin mengorek lagi luka di hatinya. Namun, dia tidak bisa menahannya.     

"Apa kamu menyukai kakak keduamu?" tanya Chen Youran. Karena takut Lin Xia salah paham dengan rasa suka sebagai kasih sayang antara kakak dan adik, dia pun buru-buru menambahkan, "Yang aku maksud adalah rasa cinta antara pria dan wanita…"     

Lin Xia hanya terdiam. Wanita itu berbaring telentang, Chen Youran pun tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas karena jarak di antara mereka. Dia menunggu cukup lama untuk mendengar jawaban, namun wanita itu tak kunjung memberikannya. Perlahan-lahan, dia juga menjadi tidak tertarik untuk mendengar jawaban darinya.     

Sekitar pukul 7 malam, Bibi Wu dapat dengan membawa sup dan juga nasi. Dia pun menyerahkannya pada Chen Youran dengan hati-hati.     

Chen Youran berniat untuk menyuapi Lin Xia, namun Bibi Wu menahannya dengan berkata, "Nyonya Muda, biar saya saja yang melakukannya. Sudah waktunya makan, Anda sebaiknya segera makan malam…"     

"Aku tidak lapar," jawab Chen Youran. Ada begitu banyak hal yang terjadi hari ini. Bahkan setelah melewati waktu makan malam, dia tidak merasa lapar. Dia bahkan tidak memiliki nafsu makan.     

"Makan itu sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Pikirkan juga tentang bayi dalam kandunganmu," tutur Bibi Wu sambil menuangkan makanan dari dalam panci ke mangkuk, lalu menyerahkan sumpit kepada Chen Youran.     

Lalu, Chen Youran mengambil alih mangkuk dan memakannya perlahan. Sementara itu, Bibi Wu menuangkan sup dari panci lain, duduk di bangku yang berada di samping tempat tidur, dan menyuapi Lin Xia. Bibi Wu mengangkat tangannya tepat di depan mulutnya, namun Lin Xia tidak membuka mulutnya sama sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.