Ilmu Pengguncang Alam Semesta

Kita Bertemu Lagi



Kita Bertemu Lagi

2"Gadis kecil, apa kau yakin kalau Darkness Saint Scythe di tanganmu sudah dalam kondisi sempurna?"      

Suara bernada acuh perlahan-lahan terdengar di udara di atas Darkness Square. Akan tetapi, suara itu menyebabkan jantung banyak orang di sana berdegup kencang. Saat kerumunan menoleh memandang dua orang sosok yang sudah renta, terdapat sorot ngeri yang juga terpancar di mata mereka. Kemungkinan mereka samar-samar tahu betapa mengerikan dua orang itu.     

"Dua Sesepuh Agung, apa yang mau kalian katakan?"      

Pupil Qingtan agak menciut sekarang. Sambil menggenggam sabit hitam besar dengan tangan mungilnya yang lembut, dia segera bertanya dengan suara dingin, "Jangan bilang kalau kalian mengira Darkness Saint Scythe ini palsu?"      

Dua sesepuh sgung itu perlahan-lahan menengadahkan wajah renta mereka yang dipenuhi keriput. Sambil memandang acuh pada Qingtan, mereka berbicara dengan suara datar, "Darkness Saint Scythe itu memang asli. Tapi, benda itu belum sempurna. Bisa dibilang kau tidak memiliki dua benda suci agung milik Istana Kegelapan kita."     

"Oh? Kalau begitu, aku ingin tahu mengapa benda ini tidak sempurna? Ketika Master memberikannya padaku, dia sama sekali tidak pernah menyinggung ini." Qingtan terkekeh dingin.     

"Jangankan kau, bahkan mastermu tidak tahu akan hal ini." Sesepuh agung di sebelah kiri menggelengkan kepalanya dan berbicara.     

"Omong kosong!" Ekspresi Qingtan menggelap.      

"Dalam segi status, bahkan mastermu harus memanggil kami berdua dengan julukan Paman Guru. Mengapa mengejutkan kalau dia tidak tahu mengenai rahasia-rahasia tertentu di Istana Kegelapan?"      

Dua sesepuh itu mencemooh. "Darkness Saint Scythe terbagi menjadi dua sejak zaman kuno, yaitu badan sabit dan jiwanya. Saat ini, Darkness Saint Scythe di tanganmu tidak memiliki Jiwa Sabit. Bagaimana bisa benda itu dianggap sebagai benda suci yang sempurna?"      

Wajah cantik Qingtan berubah sedingin es ketika mendengarnya. Dia lantas berkomentar, "Omong kosong. Meskipun kalian berdua punya status yang tinggi di Istana Kegelapanku, tetapi kalian berdua masih bisa dihukum karena sudah menghina benda suci!"      

"Angkuh sekali. Bahkan seandainya mastermu masih hidup, dia tidak akan berani melakukan apapun pada kami berdua. Gadis kecil, kau benar-benar tidak terdidik. Pantas saja ada banyak sekali sesepuh yang menentangmu!"      

Ekspresi dua sesepuh agung itu tertekuk, lalu tertawa. "Pemilik pertama Darkness Saint Scythe adalah Darkness Master. Tetapi, benda suci ini mengalami kerusakan parah pada perang zaman kuno, dan Jiwa Sabitnya hancur. Akhirnya, Darkness Saint Scythe terjatuh di tangan Master Istana Kegelapan yang pertama. Dia menggunakan seluruh nyawanya dan akhirnya menemukan cara memperbaiki benda itu. Tepat sebelum dia meregang nyawa, Master Istana Kegelapan pertama mengorbankan diri dan kembali menciptakan Jiwa Sabit. Baru kemudian, Darkness Saint Scythe menjadi sempurna.     

"Namun, karena beberapa kejadian tidak terduga, Jiwa Sabit itu menghilang tanpa alasan. Dengan kata lain, semua ini bisa dianggap kesalahan mastermu. Tapi, karena dia sudah membuat kontribusi besar pada Istana Kegelapan, kami berdua tidak angkat bicara. Meskipun demikian, kami tidak bisa membiarkan kesalahan itu terus berlanjut."     

Qingtan menggenggam Darkness Saint Scythe di tangannya dengan erat, sementara nafsu membunuh berpendar di dalam matanya.      

"Sesepuh agung, kami tidak pernah mendengar tentang hal itu. Ucapan kalian tidak terlalu meyakinkan." Dua sesepuh berjubah hitam menyahut dengan suara berat. Mereka adalah para sesepuh Darkness Judgement Hall dan sangat loyal dengan hakim kepala. Sehingga, mereka berada di sisi yang berlawanan dengan Dewan Sesepuh.      

"Tidak sulit membuktikan kalau Darkness Saint Scythe itu tidak sempurna. Tapi, aku penasaran apa gadis kecil itu punya keberanian untuk mencobanya." Salah satu sesepuh agung berkata dengan suara pelan.     

Kilau dingin berpendar di mata Qingtan. Apa sekarang dia punya pilihan lain? Dia pun menggertakkan gigi silver-nya dan berkata, "Kalau begitu, beritahu aku bagaimana caranya."     

"Benda yang digunakan untuk menentukan hasilnya adalah Ancestral Tablet. Semua orang pasti paham kalau Ancestral Tablet memiliki aura yang ditinggalkan oleh Master Istana pertama. Selain itu, Jiwa Darkness Saint Scythe diciptakan oleh kematian Master Istana pertama. Kau bisa menggunakan Darkness Saint Scythe untuk menebas Ancestral Tablet. Kalau Darkness Saint Scythe itu sudah sempurna, maka pasti akan ada bekas yang tercipta di Ancestral Tablet. Kalau tidak ada, berarti benda itu sama sekali tidak berguna."      

Dua sesepuh agung tersenyum acuh dan berkata, "Walaupun tindakan ini akan membuat leluhur kita tersinggung, tapi aku yakin kalau leluhur tidak akan menyalahkan kita karena semua ini demi Istana Kegelapan. Bagaimana? Apa kau berani mencobanya?"      

Berpasang-pasang mata memandang ke arah Qingtan yang berada di atas altar. Mereka semua menunggu jawabannya.      

"Master Istana, jangan mau jatuh pada perangkap mereka." Dua sesepuh berjubah hitam segera berbicara.      

Qingtan memejamkan matanya dan menggeleng pelan sambil berujar, "Saat ini, apa kita punya pilihan lain?"      

Dua sesepuh berjubah hitam terdiam. Usai dua sesepuh agung itu muncul, mereka tak lagi terlalu unggul di dalam Istana Kegelapan. Selain itu, jika mereka menolak, sama saja dengan memberi kesempatan pada Dewan Sesepuh.     

"Baiklah, aku akan melakukan sesuai apa yang sesepuh agung bilang!"     

Qingtan mendadak membuka matanya dan kilau tegas tampak terpancar di sana. Dengan tangan mungil yang menggenggam Darkness Saint Scythe, sosok lembutnya segera bergerak, dan dia langsung muncul di depan Ancestral Tablet. Dia pun berteriak lembut, dan sabitnya mencabik dimensi hampa, lalu dihantamkan pada Ancestral Tablet dengan secepat kilat.     

"Klang!"     

Suara metalik jernih terdengar di arena melingkar. Berpasang-pasang mata menoleh memandang Ancestral Tablet. Tak lama kemudian, pupil mereka semua menciut. Karena mereka melihat kalau tidak ada bekas apapun di tempat di mana sabit itu mendarat di Ancestral Tablet.      

"Whoaa!"     

Keributan mendadak bermunculan di tempat itu.      

Qingtan melompat mundur. Ketika dia memandang ke arah Ancestral Tablet yang muncul dan tak terjamah, raut agak memucat muncul di wajah cantiknya. Sementara itu, dia menggigit bibirnya, dan jejak darah mengalir dari sudut bibirnya      

"Gadis kecil, apalagi yang mau kaukatakan?" Dua sesepuh agung tersenyum simpul.      

Qingtan menekan emosi yang berkecamuk di dalam hatinya. Dia memutar bola matanya dan menenangkan diri. Qingtan lalu berkata, "Sepertinya sesepuh agung memang mengatakan hal yang sebenarnya. Darkness Saint Scythe memang tidak sempurna."      

Para sesepuh agung bersukacita ketika mendengarnya. Namun, bahkan sebelum mereka bisa menggunakan kesempatan ini untuk berbicara, Qingtan lantas melanjutkan, "Sejak hari ini, mencari Jiwa Sabit akan menjadi tugasku. Kurasa Master tidak akan bisa beristirahat dengan tenang jika aku tidak bisa menemukannya."      

"Humph, gadis ini memang tahu bagaimana cara menempa ketika besi masih panas!" Sesepuh pertama diam-diam murka dan mendengus. Dia tidak mengira kalau Qingtan berhasil membalikkan insiden ini menjadi kejadian tidak terlalu penting hanya dalam sekedip mata.      

"Menemukan Jiwa Sabit juga akan menjadi tugas Istana Kegelapan kita. Tapi saat ini, kau belum mendapatkan dua benda suci agung dan posisi sebagai Master Istana tidak bisa dianggap sebagai milikmu." Dua sesepuh agung memperlihatkan raut acuh ketika terus menekan Qingtan.      

Tatapan Qingtan berangsur-angsur berubah dingin, dan Simbol kuno di antara alisnya tampak semakin jelas. Bahkan, seluruh tempat seakan menggelap ketika dia berkata, "Sesepuh agung, apa kalian tahu kalau Darkness Ancestral Symbol di tanganku sudah sempurna?"     

Gadis kecil itu mulai memperlihatkan nafsu membunuh sedingin es di balik ucapannya. Dua sesepuh agung itu jelas sudah keterlaluan, tindakan mereka membuatnya murka.     

Ketika dua sesepuh agung merasakan riak-riak energi kuno yang menggema di langit, badan mereka menegang, dan sorot dingin terpancar di mata keduanya. Mereka lalu berkata, "Apa kau berencana mengandalkan Darkness Ancestral Symbol untuk menekan kami berdua?"      

"Darkness Ancestral Symbol adalah benda suci asli milik Master Istana. Sesepuh-sesepuh agung, aku menghormati kalian berdua, dan karena alasan itulah mengapa aku terus mengalah. Akan tetapi, jika kalian berdua terus-menerus menekanku, mungkin aku hanya akan bisa memunculkan Darkness Ancestral Symbol untuk menghabisi Istana kita!" Suara sedingin es Qingtan dipenuhi dengan nafsu harus darah ketika terdengar. Saat ini, dia sudah terdesak untuk memperlihatkan sisinya yang lebih kuat.      

Dua sesepuh agung itu agak mencondongkan badan mereka ke depan. Dua aura mengerikan lantas perlahan-lahan menguar, dan mereka rupanya menahan paksa gejolak energi Darkness Ancestral Symbol.      

Atmosfer di tempat ini segera menegang, seakan pertarungan bisa pecah kapan pun.      

"Haha, master-mu memang menemukan murid yang cukup berbakat…" Salah satu sesepuh agung mendadak terkekeh setelah atmosfer di sana menegang. Matanya lantas bercahaya dengan lembut ketika dia berbicara, "Sebenarnya, kami bisa mendukungmu menjadi Master Istana selanjutnya. Tetapi, kami berharap kau setuju dengan satu syarat."      

Tanpa mengubah ekspresinya, badan Qingtan yang menegang juga mulai agak rileks. Dua pak tua yang menolak untuk mati itu sangat mengerikan. Sehingga dalam pertarungan yang sebenarnya, kemungkinan Qingtan kesulitan untuk unggul dari mereka, meskipun dia memiliki Darkness Ancestral Symbol. Sehingga, memutus semua tali hubungan dan bertarung dengan mereka jelas merupakan pilihannya yang terakhir.      

"Sesepuh agung, utarakan maksudmu." Kendali pikiran melintas di kepala Qingtan, dan dia berkata dengan suara pelan.      

"Bukan hal yang sulit. Aku punya cucu yang sangat menyukaimu. Kalau kau menikah dengannya, kami berdua tidak akan menentangmu menjadi Master Istana."     

Sesepuh agung itu tersenyum, dan dia segera melambaikan tangannya. Seorang pria tampan berbaju hitam lantas berjalan keluar dari dalam Dewan Sesepuh. Dengan tatapan bersemangat, dia memandang ke arah Qingtan dan berkata dengan bersungguh-sungguh, "Qingtan, kau pasti betapa aku menyukaimu. Kalau kau menikah denganku, maka leluhur kita pasti tidak akan menghentikanmu menjadi Master Istana!"      

"Sesepuh agung, ini…" Sesepuh pertama tercengang ketika menyaksikan kejadian itu dan bergegas berteriak dengan suara rendah.      

Dua sesepuh agung melambaikan tangan mereka. Mata mereka tampak bercahaya dan tidak ada seorang pun yang tahu apa yang mereka rencanakan.      

Seluruh Darkness Square menjadi sunyi senyap. Banyak orang memandang Qingtan yang berada di atas altar. Karena bagaimanapun juga, situasinya sudah melampaui perkiraan semua orang, dan tak ada siapa pun yang tahu apakah Qintan akan setuju untuk menikah demi mengamankan posisi sebagai Master Istana atau tidak.      

Tangan mungil Qingtan yang berdiri di atas altar sedang menggenggam erat Darkness Saint Scythe. Pembuluh darah kecil tampak menonjol di tangannya yang putih dan lembut. Sementara itu, jari-jarinya yang halus gemetaran. Beberapa saat kemudian, dia menghirup napas dalam-dalam. Sorot murka dan haus darah lantas terpancar di matanya. "Judgement Army, di mana kalian?!"      

"Di sini!"      

Raungan rendah dan serempak mendadak terdengar dari sekeliling altar. Puluhan ribu sosok berbaju hitam segera berdiri.      

"Ada pengkhianat yang mendesak Master Istana mundur demi merebut posisi itu untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka sudah melanggar ketentuan Istana. Bagaimana cara menghukum mereka?!"     

"Dengan kematian!"      

Teriakan serempak yang diiringi nafsu membunuh mengerikan, menyebar di seluruh arena melingkar.      

"Berani-beraninya kau!" Ekspresi dua sesepuh agung berubah drastis. Mereka berdiri dan berteriak mengancam.      

"Karena kalian berdua menolak mundur hari ini, aku ingin mengecek apa Darkness Ancestral Symbol-ku bisa menghukum kalian berdua!" Qingtan juga menyahut dengan teriakan bersungguh-sungguh.     

Tak lama setelahnya, Qingtan mengepalkan tangannya, dan cahaya hitam mendadak menyeruak dari dalam badannya. Seluruh tempat segera menjadi gelap gulita.      

"Kau gadis sialan! Sepertinya kau benar-benar tidak tahu batasanmu sendiri. Karena kami berdua berani memperlihatkan diri, apa kau benar-benar yakin kalau Darkness Ancestral Symbol-mu bisa membelenggu kami?" Dua sesepuh agung itu terkekeh. Tak lama kemudian, mereka langsung muncul di udara. Mereka pun membentuk segel aneh dengan kedua tangan. Dua sinar cahaya lantas langsung melesat ke arah Ancestral Tablet.      

"Kami para keturunanmu memang tidak berbakti. Kami harap Jiwa Leluhur bisa menahan Simbol Leluhur!"      

Dua sesepuh agung berteriak serempak. Sesaat kemudian, Ancestral Tablet mulai mendesing dan bergetar. Cahaya hitam lalu melesat ke langit. Wajah cantik Qingtan segera agak memucat. Karena gadis itu sadar kalau Darkness Ancestral Symbol di dalam badannya sudah ditekan.      

"Jiwa Leluhur?"      

Perkembangan yang tidak terduga itu membuat Qingtan terkejut. Baru kemudian, dia paham mengapa orang-orang itu baru bergerak menyerangnya setelah upacara pemujaan dimulai. Rupanya mereka tahu bagaimana menggunakan Jiwa Leluhur di dalam Ancestral Tablet untuk menekan Darkness Ancestral Symbol!      

"Gadis kecil, kau ingin bertarung dengan kami berdua hanya dengan kemampuanmu yang lemah itu? Kau benar-benar tidak tahu batasan!"     

Dua sesepuh agung segera terkekeh setelah menyaksikan kalau Darkness Ancestral Symbol berhasil ditahan. Mata mereka mendingin dan dua orang itu menekan jari mereka di udara. Tak lama setelahnya, dua cahaya hitam dipenuhi riak-riak energi Tingkat Reincarnation yang pekat lantas menembus langit, kemudian melesat menuju Qingtan dengan secepat kilat.      

Ketika dihadapkan dengan kombinasi serangan mereka, Qingtan segera merasa terancam. Dia segera menggertakkan gigi dan mempererat genggaman tangannya di Darkness Saint Scythe, lalu mempersiapkan diri untuk bertarung dengan segenap kekuatan melawan mereka.      

"Dhuaar!"      

Akan tetapi, petir bergemuruh di langit tepat ketika dia hendak beraksi. Semua orang tertegun. Mereka mendongak dan mendapati kalau langit tak disadari sudah dipenuhi dengan awan-awan petir yang gelap. Setelahnya, naga petir yang berukuran tiga kilometer melayang turun dari langit, dan segera menghancurkan dua sinar cahaya hitam yang mengandung riak-riak energi Tingkat Reincarnation. Naga petir itu meraung dan menerjang tanpa ampun ke arah dua sesepuh agung.      

Dua sesepuh agung terkejut. Aura mengerikan mereka lantas menyeruak, dan mereka segera mengarahkan telapak tangan ke depan, beradu langsung dengan naga petir.      

"Dhuaar!"      

Percikan-percikan petir menghunjam dari semua penjuru dan mendesak dua sesepuh agung mundur hingga lebih dari ratusan langkah. Ekspresi mereka segera berubah, keduanya berteriak keras, "Siapa itu?!"     

"Gluduk!"     

Kilat kembali menyambar dari langit. Petir itu kemudian mendarat di depan Qingtan yang matanya sekarang dipenuhi dengan sorot terkejut. Petir tersebut perlahan-lahan memadat dan akhirnya bertransformasi menjadi seorang manusia di hadapan berpasang-pasang mata yang menatap terperangah.      

"Lindungi Master Istana!"     

Dua sesepuh berjubah hitam bergegas menuju ke depan Qingtan. Sementara itu, mata mereka dipenuhi dengan sorot waspada ketika memandang ke arah sosok tersebut. Ratusan sosok hitam di bawah juga seketika bergerak dan mengelilingi Qingtan kemudian.      

Petir itu berangsur-angsur berhamburan di depan mata semua orang, dan sosok pemuda bertubuh kurus muncul di depan mereka.     

Sosok itu perlahan-lahan membalikkan badan setelah dia muncul. Dia memandang ke arah Qingtan yang sekujur badannya mendadak membeku. Hingga akhirnya, pemuda itu tersenyum lembut.      

Qingtan agak terperangah saat ini. Bahkan, dia tidak bisa mempertahankan genggaman tangannya di Darkness Saint Scythe, membuat sabit itu bergetar, lalu jatuh ke tanah dengan suara 'klang' keras. Dia memandang sosok itu dengan sorot terkejut, air mata mulai menetes dari matanya yang lebar serta tampak dingin.      

Qingtan perlahan-lahan mendorong mundur penjaganya dan terhuyung-huyung melangkah maju. Langkah kakinya mendadak dipercepat, air matanya semakin deras, seperti bendungan yang sudah jebol.      

"Hiks."      

Hingga akhirnya, Qingtan melompat ke arah sosok berpostur tubuh kurus tersebut. Sementara anggota Judgement Army semua memandangnya dengan terperangah, Qingtan terus saja menangis. Bahkan, dia memeluk sosok itu dan terisak tanpa henti. Tangisannya yang mampu menghancurkan hati siapapun terdengar dari altar, dan akhirnya menggema di langit di atas arena melingkar.      

Di depan sosok pemuda itu, Qingtan sudah bukan lagi Master Istana Kegelapan. Alih-alih, dia akan selalu menjadi kaki-tangan kecilnya yang hanya tahu bagaimana cara bersembunyi di belakangnya. Karena alasan itu pula mengapa Qingtan selalu bisa menangis tanpa merasa khawatir di depannya. Karena Qingtan tahu kalau pemuda itu bisa menahan segala macam amukan yang dilakukan olehnya, dan memikul semua beban yang dihadapinya.      

Lin Dong memandang gadis yang sedang terisak tanpa terkendali, hidungnya sontak berair. Dia mengulurkan tangannya dan memeluk erat badan lembut gadis itu. Sama seperti bertahun-tahun yang lalu, dia masih pemuda yang sama di Kota Qingyang yang akan selalu melindungi adik perempuan kecilnya.      

"Hei, jangan menangis. Dengan adanya kakakmu di sini, kau pasti aman."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.