Sinar Matahari Sore yang Memabukkan
Sinar Matahari Sore yang Memabukkan
Mereka saling memandang dalam diam selama hampir satu menit. Di antara mereka berdua, sorot mata Su Mohan tampak begitu arogan dan agresif dibandingkan dengan tatapan Ye Fei yang polos. Karena itu, Ye Fei mulai tidak tahan terus menatap mata Su Mohan, sehingga tangannya mengepal tanpa ia sadari.
Ye Fei sedikit menoleh dan memalingkan muka. Ia duduk kemudian mengenakan mantelnya lagi, membungkus dirinya dengan sangat erat.
Su Mohan meletakkan salep itu ke atas meja, lalu kembali ke meja kerjanya dan mulai mengurus dokumen-dokumen yang sebelumnya belum selesai ia kerjakan. Namun, saat sedang mengurus dokumen, sesekali ia akan mendongak dan menatap Ye Fei yang berada di sofa.
Ye Fei benar-benar menonton TV sepanjang waktu hingga jarum pada jam menunjukkan pukul tiga siang. Selang beberapa saat, ia tidak kunjung menemukan acara TV kesukaannya. Sehingga Ye Fei langsung menekan tombol berwarna hitam.
Ia ingat Su Mohan pernah menekan tombol itu. Setelah tombolnya ditekan, setelah itu akan ada pelayan yang masuk.
Benar saja. Baru saja Ye Fei menekannya beberapa detik, sudah terdengar suara ketukan di pintu, kemudian dua pelayan pun masuk.
"Apakah kalian punya jurnal ekonomi, buku 'Perang Mata Uang', dan buku 'Badai Perdagangan'?" Ye Fei berbicara langsung dengan pelayan itu. Setiap kali bicara tenggorokannya terasa sedikit sakit.
Pelayan itu tidak berani mengambil keputusan gegabah. Mereka menoleh dan menatap Su Mohan yang berada di balik meja kerjanya. Setelah melihat Su Mohan mengangguk, pelayan itu juga mengangguk.
Beberapa menit kemudian, pelayan membawa buku yang Ye Fei minta, juga dengan ramah memberikan beberapa buku tulis dan alat tulis. Ye Fei mengangguk dan bersandar di sofa untuk mulai membaca.
Karena ia tidak bisa pergi untuk belajar dan juga pergi dari sini, maka Ye Fei memutuskan belajar di tempat itu. Sebagai seorang wanita yang masih hidup dan bernapas, ia tidak boleh membiarkan dirinya mati bosan di dalam sebuah ruangan.
Sinar matahari sore itu sedikit memabukkan dan menyelimuti ruangan yang mewah itu. Ye Fei meringkuk di sofa dan terlihat seperti kucing yang sedang membaca buku 'Perang Mata Uang' di tangannya. Berbeda dari buku-buku yang pernah ia baca sebelumnya, versi dari buku ini jelas lebih lama. Di beberapa halaman, ada beberapa garis hitam dan komentar di halamannya. Tulisan dari pulpen dengan tinta biru itu tampak sedikit luntur, memiliki kesan bahwa itu adalah milik Su Mohan.
Ye Fei membaca buku untuk waktu yang lama. Meskipun terdapat banyak catatan yang ditulis oleh Su Mohan di buku itu, tetap saja masih ada banyak hal yang belum ia pahami. Segera, ia mengambil pulpen yang diberikan oleh pelayan untuk menandai penjelasan yang tidak ia mengerti. Secara bertahap, muncul tulisan dengan tinta hitam milik Ye Fei. Keberadaannya saling bertautan dengan tinta biru milik Su Mohan, memberikan harmoni yang tak dapat terlukiskan.
Tidak tahu sudah berapa lama Ye Fei membaca, kelopak matanya terasa semakin berat. Ia bersandar di sofa dan tanpa sadar tertidur. Buku di tangannya masih sedikit terbuka. Terkadang buku itu tertiup angin dan halamannya terbolak-balik dengan sendirinya. Pemandangan itu terlihat damai.
Su Mohan menghentikan gerakan tangannya dan menatap Ye Fei untuk waktu yang lama. Sorot matanya menunjukkan kelembutan.
Su Mohan melangkah ringan balik meja kerjanya menuju sofa tempa Ye Fei Berada. Secara lembut dan hati-hati, ia mengambil buku di tangan Ye Fei. Su Mohan melihat buku itu sejenak, kemudian meletakkan pulpen di tengah buku, lalu ia menutup dan meletakkan bukunya di atas meja kecil.
Su Mohan menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh Ye Fei sebatas dada dengan hati-hati. Kemudian ia berdiri di depannya untuk waktu yang lama dan menatap wajah Ye Fei yang tertidur secara diam-diam.
Wajah Ye Fei masih sangat pucat. Tapi sekarang keadaannya jauh lebih baik dari kemarin. Namun yang lebih penting, Ye Fei tidak lagi takut dan merasa jijik padanya seperti beberapa hari yang lalu.
Meskipun Su Mohan juga tidak tahu apakah itu semua hanyalah tipu muslihat atau memang cara Ye Fei untuk menipu dirinya, ia masih lebih memilih untuk percaya bahwa mungkin Ye Fei tidak begitu membenci dirinya.