Mencuri Hati Tuan Su

Nikmati Saja Jika Tidak Sanggup Melawan



Nikmati Saja Jika Tidak Sanggup Melawan

2Ye Fei telah menyadari bahwa ia tidak bisa melawan pria itu sama sekali. Dalam kasus ini, untuk apa menyiksa dirinya lagi? Karena pria itu ingin ia tinggal di sini, maka ia akan tinggal di sini. Ye Fei tidak percaya bahwa pria itu akan menahannya seumur hidup. Terlebih lagi, tidak buruk tinggal bersama Su Mohan sepanjang hari. Toh, terasa menyenangkan melihatnya.     

Tidak tahu apakah karena Ye Fei sudah lama tidak makan, sehingga kali ini, pelayan membawakan banyak makanan. Meskipun sebagian besar yang disajikan adalah makanan cair yang ringan, jumlahnya tetap membuat Ye Fei mengangguk puas.     

Setelah meraih semangkuk penuh nasi, Ye Fei mulai menyantapnya. Su Mohan, yang duduk di sofa dan menatap Ye Fei, tiba-tiba berubah menjadi sedikit linglung. Alisnya tak lagi mengerut seperti sebelumnya. Pikirannya kembali normal seperti sedia kala.     

Su Mohan kembali melihat koran yang tadi ia baca selama beberapa saat, seolah tidak terjadi apa-apa. Sesekali Su Mohan melirik uap yang menguar dari atas meja makan. Ia benar-benar tidak tahu apa yang ingin ia lakukan. Su Mohan kemudian bangkit untuk meletakkan korannya dan pergi.     

Su Mohan pergi ke meja makan dan dengan ringan melirik Ye Fei yang sedang menyantap makanan dengan lahap. Ia mengambil semangkuk bubur untuk dirinya sendiri kemudian duduk di seberang Ye Fei.     

Ye Fei sepertinya tidak melihat ke arahnya, tapi juga tidak menolak kehadiran Su Mohan di sana. Keberadaan Su Mohan tidak memengaruhi nafsu makannya sama sekali. Ye Fei juga sedang sibuk memuaskan nafsu pada perutnya.     

Su Mohan mengambil sumpit dan menatap Ye Fei sejenak. Setelah mengalihkan pandangannya lagi, Su Mohan meletakkan sepotong kue yang tampak cantik pada piring di depan Ye Fei.     

Gerakan Ye Fei yang menyumpit nasi ke dalam mulutnya pun melambat, sama dengan kecepatan mengunyahnya. Ye Fei bisa melihat makanan tambahan di piring namun tidak mengatakan apapun. Tapi setelah itu ia melanjutkan ritme makannya seperti sebelumnya.     

Su Mohan yang berada di seberang meja menjadi sedikit melupakan makanannya sendiri sejak ia memberikan sepotong kue pada Ye Fei. Sampai sekarang, ia terus memperhatikan pergerakan Ye Fei.     

Jelas, Ye Fei adalah kebalikan darinya. Wanita itu kedinginan dan kelaparan selama beberapa hari, yang mana semua itu membuat nafsu makannya sebesar sekarang. Meskipun ada yang mengatakan bahwa tidak boleh makan berlebihan setelah rasa kelaparan yang begitu kuat melanda, Ye Fei tetap senang untuk mencicipi semuanya.     

Melihat sederet bubur sederhana yang menyehatkan perut disajikan dengan begitu cantik, Ye Fei tiba-tiba merasa sepertinya sebelum ini telah melakukan hal yang sangat bodoh. Kenapa ia harus menyiksa diri sendiri? Ada pepatah, entah darimana, mengatakan, hidup itu seperti sedang diperkosa. Jika tidak bisa melawan, maka cobalah untuk menikmatinya.     

Ya, benar, jadi sekarang Ye Fei sedang menikmatinya. Terutama ketika ada pria yang duduk di seberang mejanya.     

Su Mohan melihat kue yang ia berikan pada Ye Fei. Kuenya masih tidak disentuh. Kue itu hanya tergeletak di atas piring sepanjang waktu. Dadanya kembali terasa sesak karena perasaan tidak senang, sementara ekspresi di wajahnya kembali muram. Su Mohan menjadi tidak nafsu makan.     

Namun tak lama kemudian, ia melihat sumpit Ye Fei akhirnya tertuju atas kue itu. Kemudian Ye Fei memperlakukan kue tersebut seperti makanan lain. Ia memakan kue sambil meminum sup.     

Wajah Su Mohan yang awalnya tegang, berangsur-angsur melembut. Akhirnya Ye Fei memakan apa yang ada di hadapannya, dan makanan di dalam mangkuk juga mulai berkurang.     

Setelah menikmati makanan dan minuman, Ye Fei berlari ke sofa dan duduk di atasnya. Karena ponsel miliknya mungkin masih berada di ruang bawah tanah, Ye Fei tidak tahu harus berbuat apa. Jadi ia menyalakan TV, mencari program musik dan mulai mendengarkan musik.     

Meskipun Su Mohan tidak tahu apa yang Ye Fei pikirkan, fakta bahwa wanita itu memakan makana yang ia sodorkan adalah nyata. Hal itu berhasil membuat suasana hati Su Mohan merasa lebih baik meskipun selama berhari-hari ini bagaikan ada badai yang berkecamuk di dalam hatinya.     

Ye Fei jelas tidak peduli apa yang Su Mohan pikirkan. Sambil mendengarkan lagu, ia bersenandung. Tidak lupa pula untuk bangkit dan membuka tirai tebal yang menutup jendela. Sambil menarik tirai jendela, Ye Fei bergumam dalam hatinya bahwa tidak heran ia tidur dengan sangat nyenyak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.