Pasang Lagi
Pasang Lagi
Sampai beberapa menit kemudian, dokter telah menyelesaikan semua persiapan. Setelah menunjukkan jarumnya, ia melihat ke arah Su Mohan lalu berkata kepada Ye Fei, "Nona Ye, tolong ulurkan tanganmu."
Ye Fei samar-samar menatapnya dengan satu lirikan lalu menoleh untuk melihat ke luar jendela lagi, mengartikan bahwa ia sama sekali tidak ingin bekerja sama dengan dokter tersebut.
Dokter menyeka keringat di kepalanya. Untuk sesaat, ia tidak tahu harus berbuat apa, jadi ia meminta bantuan Su Mohan.
Su Mohan berdiri di tempat yang sama dan menatap sisi wajah Ye Fei dari samping untuk beberapa saat. Kemudian ia mengeluarkan tangannya dari saku celana dan pergi ke arah Ye Fei. Tanpa ragu, ia langsung memegang tangan kecil Ye Fei yang dingin.
Ye Fei menoleh untuk melihat pria di depannya. Alisnya berkerut sangat dalam namun tidak melawan.
Su Mohan menggulung lengan baju Ye Fei sedikit, tapi tidak langsung menyerahkannya pada dokter. Sebaliknya, ia berkata dengan suara lembut, "Jika kamu tidak ingin disuntik, makanlah sesuatu. Jika kamu menginginkan sesuatu yang kamu sukai, aku akan meminta seseorang untuk membuatnya."
Ye Fei sepertinya tidak mendengar kalimat yang diucapkan Su Mohan. Ia hanya diam-diam menatap Su Mohan yang memegang tangannya, tidak tahu sedang memikirkan apa.
Melihat ini, tatapan Su Mohan berubah dingin seperti ditutupi oleh kabut. Kemudian ia meletakkan tangan Ye Fei di depan dokter. "Kita mulai saja," katanya dingin.
Dokter segera menyeka tangan Ye Fei dengan alkohol lalu mencari pembuluh darahnya, mencoba memasukkan jarum infus dengan terampil.
Semuanya berjalan sangat lancar. Ye Fei juga tidak menolak, sampai dokter menempelkan plester luka pada tangannya, semuanya berjalan dengan lancar, yang mana sulit dipercaya bila melihat bagaimana perlawanan Ye Fei sebelum ini.
"Oke, sudah selesai. Perkiraan sekitar satu jam lagi sudah bisa dilepas," kata dokter pada Su Mohan.
Su Mohan mengangguk kemudian melepaskan tangan Ye Fei dan pergi bersama dokter. Ia mengantar dokter pergi sampai ke pintu.
"Tuan Su, saya pikir lebih baik menyuruhnya makan sesuatu. Bagaimanapun, infus itu hanya bergantung pada cairan glukosa dan nutrisi. Mau bagaimanapun, tetap saja akan merusak fungsi tubuh dan juga berbahaya. Lagipula, ini bukan sebuah solusi jangka panjang." Dokter berdiri di koridor, sedikit merasa tidak nyaman karena memberi nasihat kepada Su Mohan.
"Baiklah." Tatapan Su Mohan menjadi sedikit lebih gelap, ia menjawab dengan nada ringan.
Melihat ini, dokter menghela napas dan tidak bertanya lagi. Ia menggelengkan kepalanya dan berbalik.
Su Mohan berencana untuk kembali ke kamar untuk menemani Ye Fei sebentar. Tapi saat ia baru saja membuka pintu, pemandangan di depannya membuat matanya seolah-olah dipenuhi dengan kabut!
Saat ini, Ye Fei telah mencabut jarum infus di tangannya dan langsung membuang tabung infus beserta jarumnya ke samping. Dalam tabung infus yang semula berisi cairan transparan, kini dihiasi dengan noda darah berwarna merah yang berasal dari mulut botol.
"Pergi, panggil dokter untuk kembali kemari." Su Mohan berdiri di depan Ye Fei dan berkata dengan tenang tanpa ekspresi.
Tak lama kemudian, dokter diundang untuk datang kembali. Di bawah komando Su Mohan, ia mengganti selang dan jarum infus, lalu menyuntik Ye Fei lagi.
Sikap Ye Fei masih sama sebelumnya, patuh dan sepertinya tidak melawan.
Tapi kali ini, baru saja prosesnya selesai, sebelum Su Mohan dan dokter pergi, Ye Fei langsung melepas jarum infus lagi dan melemparkannya ke karpet.
Melihat adegan ini, Su Mohan merapatkan bibir tipisnya. Wajahnya menjadi suram dan menakutkan.
Setelah situasi tegang antara keduanya tak kunjung mencapai titik temu, Su Mohan akhirnya berbicara lagi tanpa ekspresi, "Pasang lagi."
Dokter menyeka keringat di kepalanya dan segera bersiap-siap lagi. Namun beberapa menit kemudian, Ye Fei masih tetap mengulangi tindakan sebelumnya. Ia sekali lagi melepas selang infusnya dan langsung membuang jarumnya ke samping.