Aku akan Segera ke Sana
Aku akan Segera ke Sana
Lebih dari satu jam kemudian, para pelayan undur diri dari ruangan satu demi satu.
"Nona?"
Ia hanyalah seorang nona muda bagi Su Mohan dan semua orang di sini. Ada ribuan wanita muda di sini. Bahkan tanpanya, akan ada wanita lain yang akan segera menggantikan. Ye Fei tidak perlu khawatir apakah gelar nona muda di keluarga itu akan hilang.
Ye Fei akhirnya bangkit dan berdiri dari kejauhan, lalu membentangkan karpet beludru yang baru, dan memindahkan potongan yang tadi ia duduki di sebelah jendela bergaya Perancis.
Ye Fei bangkit dan mengambil selimut untuk dirinya sendiri. Kemudian ia duduk di depan jendela dan diam-diam melihat ke luar jendela.
Mantel di tubuhnya masih menyimpan aroma Su Mohan, tapi Ye Fei berpikir bahwa jika semuanya bisa diputar balik kembali, ia tidak akan memprovokasi Su Mohan lagi, dan ia tidak ingin menjadi mainan baru dan menarik di matanya. Karena Ye Fei tidak pernah berpikir bahwa suatu hari nanti, ia akan mulai berharap menjadi wanita yang dipilih Su Mohan. Kemudian dia mulai merasa tidak puas dengan cinta biasa dan selalu menginginkan lebih.
Satu malam terlewati. Ye Fei hampir tidak bergerak dari tempatnya di samping jendela. Keesokan paginya ketika pelayan datang untuk menyiapkan sarapan, ia terkejut menemukan bahwa Ye Fei tidak memakan hidangan tadi malam, dan ia juga tidak menyentuh sarapan pagi ini.
Kedua pelayan itu saling memandang. Untuk sesaat, mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka harus membereskan semua makanan itu dan kembali.
Pada siang hari, pengurus rumah menghubungi Su Mohan. "Halo, Tuan Muda. Nona Ye belum makan dan minum sejak kemarin. Ini …"
Seseorang di seberang telepon terdiam beberapa saat, kemudian berkata dengan suara yang dalam, "Oh, begitu."
Sebelum pengurus rumah sempat mengatakan apapun, telepon sudah ditutup oleh Su Mohan. Pengurus rumah tidak tahu harus berbuat apa untuk sementara waktu, jadi ia hanya bisa mengantar makanan dan minuman seperti biasa.
Ye Fei masih duduk seperti sebelumnya, hampir tidak bergerak. Pada awalnya, Ye Fei akan pergi ke toilet beberapa kali. Tapi kemudian, karena ia tidak makan atau minum, ia jadi jarang pergi ke toilet.
Tiga hari kemudian, Su Mohan tidak datang, dan Ye Fei juga masih belum bergerak dari tempatnya. Setiap kali pelayan masuk, ia duduk disana. Wajahnya semakin pucat, disertai dengan postur yang menyedihkan.
Sampai malam ketiga, pengurus rumah melihat bahwa Ye Fei masih belum makan atau minum. Ia gelisah. Setelah ragu-ragu, ia akhirnya menelepon Su Mohan.
"Halo, Tuan Muda, Nona Ye masih belum makan atau minum selama tiga hari ini. Saya khawatir dia tidak akan bisa bertahan jika terus seperti ini," katanya dengan nada sedikit panik.
Sempat ada hening sejenak di sisi lain telepon. Tepat ketika pengurus rumah mengira Su Mohan tidak akan berbicara, Su Mohan berkata dengan suara yang dalam, "Kalau begitu aku akan segera ke sana."
Pengurus rumah merasa lega. Lagipula, jika terjadi sesuatu pada Ye Fei, ia khawatir akan mereka juga akan kerepotan dibuatnya.
Saat ini, Ye Fei masih duduk di kejauhan, tapi matanya tampak agak kusam daripada sebelumnya. Ya, ia sedang memprotes. Ye Fei sedang protes tanpa suara. Ia tidak ingin menjadi mainan Su Mohan dan ia tidak ingin berada di sampingnya. Karena Ye Fei tidak bisa memberikan apa yang diinginkan Su Mohan, pria itu harus melepaskannya.
Ye Fei tidak ingin memikirkan soal untung dan rugi sepanjang hidupnya. Ye Fei dengan hati-hati menghitung kebaikan pria itu, tapi ia tidak berani menunjukkan perasaannya seperti yang dilakukan oleh Su Mohan.
Karena begitu Ye Fei memejamkan mata, ia bahkan bisa membayangkan cibiran, penghinaan, dan bahkan perasaan tidak senang dari pria itu.