Tidak Ingin Ia Membencinya
Tidak Ingin Ia Membencinya
Perasaan hampa yang dirasakannya membuat Su Mohan bingung, seolah-olah segala sesuatu tiba-tiba kehilangan maknanya. Perasaan yang berlubang dan tidak utuh membuatnya bingung, seolah-olah dunianya langsung runtuh.
Su Mohan terdiam lama. Ia menatap lurus pada Ye Fei. Tubuhnya bergetar lagi, lalu Su Mohan berkata dengan suara serak dan nadanya sedikit bergetar. Ada nada memelas yang terdengar samar, "Kamu ... Apakah kamu benar-benar membenciku?"
Hati Ye Fei juga mencelos kala mendengar pertanyaan itu. Melihat Su Mohan, entah kenapa ia menjadi tertekan. "Aku …"
"Cukup, jangan bicara lagi!" sela Su Mohan keras.
Belum selesai Ye Fei bicara, Su Mohan sudah terhuyung mundur dua langkah. Ia tidak mau dengar! Ia tidak mau dengar!
Wajah Su Mohan berubah pucat dan berjalan keluar ruangan bagaikan seseorang yang tak memiliki jiwa. Ia tidak mau dengar. Ia tidak mau dengar. Ia tidak ingin dengar Ye Fei membencinya!
Su Mohan mengepalkan tinjunya dan melarikan diri untuk pertama kali dalam hidupnya!
Di sepanjang koridor ia terhuyung-huyung. Matanya masih buram. Su Mohan membuat takut petugas bersih-bersih dan pelayan di koridor. Tidak ada yang pernah melihatnya seperti ini, tapi tidak ada juga dari mereka yang berani menegur serta menanyakan keadaannya.
Su Mohan berlari ke ruang latihan sendirian. Ia melepas baju bagian atas dan memukul karung pasir dengan keras. "Argh!!"
"Kenapa?!"
"Kenapa kamu melakukan ini padaku?!"
Satu jam berlalu.
Dua jam berlalu.
Selain suara karung pasir di ruang latihan yang sunyi, hanya ada raungan memilukan dari seorang pria.
Entah sudah berapa lama, ruang latihan akhirnya kembali tenang, kecuali suara napas napas seseorang yang terengah-engah. Saat ini, Su Mohan sedang terbaring di lantai. Matanya terpejam. Sementara bekas air di sudut matanya membuat orang tidak tahu apakah itu keringat atau air mata.
Setelah Su Mohan pergi, Ye Fei menoleh dan melihat ke pintu yang setengah terbuka itu. Ia terduduk di lantai dan membenamkan kepalanya di atas lutut, kemudian mulai menangis dengan suara rendah. "Aku tidak membencimu. Aku hanya membencimu karena marah padaku. Aku benci karena kamu kesal padaku. Aku benci karena kamu sangat baik padaku. Aku ingin pergi, aku hanya tidak ingin terus menjadi mainanmu. Apakah itu juga salah …"
Saat ini, kondisi kamar sedang berantakan. Harus diakui bahwa kekuatan perusak yang dimiliki Su Mohan luar biasa. Pelayan dan petugas pembersih ruangan keluar-masuk selama lebih dari satu jam sebelum mereka membersihkan sampah.
"Nona, kami perlu mengganti karpet karena pecahannya kemungkinan besar masih ada. Bisakah Anda bangun dulu?" Pelayan itu membungkuk dan berkata pada Ye Fei.
Sejak Su Mohan pergi, Ye Fei telah duduk meringkuk di sana sambil memegangi lututnya. Ia juga tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Posisinya juga tidak berubah sama sekali.
Beberapa pelayan saling memandang dan melihat rupanya Ye Fei masih tidak bergerak. Mereka tidak bisa mengambil keputusan untuk sesaat.
Setelah berdiskusi dengan petugas bersih-bersih, petugas itu akhirnya datang untuk membujuknya, tetapi Ye Fei sepertinya tidak mendengarkan mereka, dan masih duduk di kejauhan.
Setelah pengurus rumah mengernyit, ia langsung berbalik dan berkata, "Potong karpetnya sampai bagian sini lebih dulu. Bersihkan sisanya nanti."
"Baik."
Beberapa pelayan sangat sibuk setelah mereka mendapat perintah. Karpet beludru di lantai diganti dengan yang baru. Karena Ye Fei tidak bangun, karpet di sekelilingnya menggembung dan menutupi betisnya, membuatnya merasa lebih hangat.