Tertangkap
Tertangkap
Ia sibuk memikirkan pertanyaan terakhir dari Song Zhenhai akhir-akhir ini. Tapi untuk sekian lama, ia tidak ragu untuk menyimpulkan dua poin. Salah satunya adalah Su Mohan jatuh cinta dengan wanita itu, dan yang satu lagi adalah wanita itu sama sekali tidak mencintainya.
Jawaban ini membuat Su Mohan menjadi sangat bimbang. Namun setelah sekian lama menolak mencari Ye Fei, jawaban yang didapatnya tidak berubah sedikit pun.
Apakah cinta?
Apa itu cinta?!
Berani-beraninya wanita itu tidak mencintai dirinya. Jelas-jelas … Jelas-jelas kalau dirinya sendiri jatuh cinta padanya.
Su Mohan perlahan membuka matanya. Matanya yang berwarna semerah burung Phoenix itu bersinar dalam kegelapan. Bahkan jika Su Mohan tidak mau mengakuinya, ia mengerti bahwa ia benar-benar jatuh cinta dengan wanita itu. Tak peduli jika semuanya memang benar seperti apa yang Ye Fei katakan, bahwa tidak ada hal baik dari dirinya.
Su Mohan yang telah mendapatkan jawabannya tak lagi ragu-ragu. Ia segera mengembalikan tingkah lakunya yang alami. Tidak peduli apakah wanita itu mencintainya atau tidak. Selama itu yang ia inginkan, ia tidak akan pernah gagal mendapatkannya.
Su Mohan yang sudah kembali segar bugar Su Mohan akhirnya bangkit dan menyibak tirai jendela hingga terbuka. Ia langsung berganti pakaian dan membawa bawahannya menuju pinggiran utara rumah bergaya barat.
Chu Zheng memandang Su Mohan yang masih berwajah suram, namun tidak bertanya lebih jauh. Lewat dari satu jam kemudian, beberapa mobil Bentley hitam bersama-sama berhenti dan diparkir di depan pintu rumah itu.
Su Mohan turun dari mobil dengan wajah dingin dan langsung pergi ke halaman di depan sebuah kamar. Tapi saat Su Mohan berdiri tidak jauh dari depan ruangan, suara wanita dan tawa seorang pria dengan jelas masuk ke gendang telinganya. Tawa yang terdengar akrab membuatnya menoleh ke arah itu dengan sedikit amarah di dalam dada.
Mengikuti suara itu, ia berjalan selangkah demi selangkah, dan akhirnya berhenti pada sebuah jendela. Saat ini, jendela atap Ye Fei setengah terbuka. Jika dilihat dari atas sana, dua sosok bisa terlihat. Satu orang yang mengenakan bra olahraga dan celana pendek berwarna pink muda adalah Ye Fei, sementara yang satu lagi adalah seorang pria yang mengepalkan tinjunya.
"Tendang kakinya lebih dulu, karena saat lawan sangat dekat denganmu, kamu bisa mencegahnya mendekat dengan cara membuat kakinya tak bisa bergerak dulu," kata yang laki-laki.
Xing Ze meraih pergelangan kaki Ye Fei, kemudian meluruskannya, dan memperbaiki postur tubuhnya sambil berkata, "Saat menendang, lebih baik menendang lututnya dulu. Posisimu terlalu rendah, jadi tidak bisa dibuat menendang kaki bagian bawah. Makanya harus ditinggikan lagi."
Ye Fe mengangguk. "Tidak heran, yang bisa membawa pulang penghargaan memang profesional."
Xing Ze merasa dan menggaruk kepalanya. "Pelajaran ini relatif mendasar dan bisa dipakai untuk menghadapi perkelahian biasa. Tapi tidak ada gunanya jika bertemu dengan gangster ganas dengan keahlian ini. Mereka tidak bisa dikalahkan hanya dengan ini."
"Kamu pasti sudah belajar dari tingkat dasar. Kamu sudah berlatih selama bertahun-tahun hingga tiba di titik ini. Aku baru belajar selama beberapa hari. Tentu saja aku tidak bisa dibandingkan denganmu," balas Ye Fei.
Xing Ze memperjelas poinnya, "Aku telah berlatih selama lebih dari 20 tahun, namun kamu tidak perlu khawatir. Aku selalu bisa mengajarimu dan kamu memiliki seorang master profesional di sekitarmu. Kamu dapat mengalahkan sebagian besar lawanmu dalam waktu tujuh hingga delapan tahun."
"Tetap saja, jika dijumlahkan, semuanya butuh waktu latihan selama tujuh hingga delapan tahun, dan aku mungkin tidak bisa mengangkat tangan dan kakiku jika selama itu. Lagipula, aku tidak mempelajari ini untuk melawanmu," kata Ye Fei.
Xing Ze tersipu dan berkata, "Jika kamu tidak ingin belajar, aku selalu bisa berada di dekatmu untuk melindungimu seumur hidup."
"Ayolah, aku tidak mampu membayar seorang dewa yang maha hebat sepertimu."