Pergi
Pergi
"Nona, Tuan Besar memintaku untuk membereskan urusan perihal kartu SIM nona yang baru." Seorang pria memberi Ye Fei sebuah map berisi dokumen.
Ye Fei mengangguk lalu mengambil map itu, kemudian masuk ke dalam Volkswagen hitam yang sangat umum.
"Nona, apakah Anda ingin pergi ke rumah Tuan Besar dulu atau langsung…"
"Pergi langsung ke tempat yang sudah diatur oleh kakek untukku," sela Ye Fei dengan tegas. Ia tidak ingin berlama-lama lagi, karena pria itu memang dari awal tidak akan menjadi miliknya sama sekali.
"Baik," jawab pria itu hormat.
Saat mobil melewati macam-macam tempat di sepanjang jalan, Ye Fei dapat melihat Hotel Dinasti yang megah dari kejauhan. Ia masih ingat bagaimana dirinya mengumpulkan keberanian untuk berjalan ke sana selangkah demi selangkah.
Hanya saja semuanya sudah hilang.
Orang-orang pasti hidup dan tumbuh dalam timbal balik yang konstan. Terkadang maju, terkadang mundur. Jika salah maka kembali lagi, pergi ke arah yang benar. Mungkin semua itu tidak akan membuat bahagia, tapi yang paling penting adalah semua pengalaman selama prosesnya, karena hanya pengalaman itulah yang dapat membuatmu hidup tenang selama bertahun-tahun.
Mobil tersebut telah melaju lebih dari 1 jam, namun masih belum sampai pada tempat tujuan. Ye Fei tidak mendesak sopir. Ia hanya mengeluarkan kartu SIM lamanya, sedikit membuka jendela dan melemparkannya ke luar jendela.
Setelah mengganti kartu SIMnya dengan yang baru, sekitar setengah jam kemudian, mobil akhirnya berhenti di luar sebuah vila dua lantai.
Setelah dua pria membantunya memindahkan barang, mereka membawanya ke sekitar sisi rumah bergaya barat itu dan berjalan ke sebuah gudang tua.
Gudang tersebut sedikit berantakan, tapi tidak terlalu banyak debu. Dapat dilihat bahwa seseorang telah membersihkannya atau rumah tersebut sedang ditempati.
Seorang pria di depannya berjalan, menyentuh sebuah mekanisme, kemudian sebuah dinding batu perlahan terbuka. Di depannya sebuah anak tangga menuju ke bawah tanah terlihat.
Ye Fei sedikit waspada untuk mengambil langkah turun, namun ia rasa selama kakek yang menghubunginya untuk memberitahu semua ini, mungkin tidak akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Setelah berjalan melalui lebih dari 20 langkah, Ye Fei merasa lega melihat dekorasi yang cerah dan indah di dalamnya.
Song Zhenhai telah menyiapkan tempat tinggal untuk Ye Fei. Bentuknya bukanlah rumah dengan gaya barat, tapi ruang bawah tanah di bawah rumah dengan gaya barat. Area bawah tanah itu berukuran sekitar 100 meter persegi, tidak terlalu besar, tapi cukup untuk Ye Fei.
Ye Fei melihat ke tempat ia akan tinggal selama 2 bulan ke depan. Ia merasa cukup puas.
Ruang bawah tanah dengan luas sekitar 100 meter persegi itu terbagi dalam beberapa area, satu kamar tidur, satu ruang latihan bela diri, ada juga ruang belajar. Selain itu, ada kamar mandi dan dapur kecil, tak jauh beda dengan rumah biasa.
Perancang tata ruang sepertinya tampak khawatir karena ruang bawah tanah dapat menjadi terlalu lembab dan dingin, sehingga terdapat pemanas lantai yang bisa disesuaikan di dalam ruangan. Ye Fei mengira tidak akan ada jendela di ruang bawah tanah, tetapi ia menemukan beberapa skylight di atap yang bisa dibuka.
Pada saat ini, ponsel Ye Fei berdering lagi. Itu adalah kakeknya, Song Zhenhai.
"Feifei, kondisi tempat tinggalnya tidak baik. Kondisinya sekarang sudah tidak seperti dulu lagi. Maaf jika itu mengecewakanmu."
"Kakek, menurutku ini sudah sangat bagus. Setidaknya seratus kali lebih baik daripada rumah yang kusewa," kata Ye Fei.
"Ada pasangan yang tinggal di rumah itu. Keduanya adalah profesor ekonomi terkenal. Putra mereka pernah berpartisipasi dalam kompetisi tingkat dunia yang sedikit terkenal. Jadi mereka punya seseorang untuk mengajarimu apa yang harus kamu pelajari setiap harinya. Pelajaran tentang ekonomi diatur oleh kakek sendiri. Sedangkan untuk seni bela diri, ikuti saja aturan dari mereka," jelas Song Zhenhai.