Mencuri Hati Tuan Su

Di Belakang Layar



Di Belakang Layar

2Ye Fei dengan hati-hati mengemasi sepatunya. Lalu kotak sepatunya ditumpuk satu sama lain. Tas serta barang lainnya ditutup dengan bungkusan beludru putih untuk mencegah goresan.      

Sedangkan untuk pakaiannya, Ye Fei mengemasnya ke dalam kotak kulit untuk pakaian yang bisa dilipat. Jika tidak bisa, ia hanya menutupinya dengan penutup pakaian dan menggantungnya di deretan gantungan pakaian.     

Tentu saja, jangan terlalu banyak berpikir. Jangan berpikir Ye Fei akan mengembalikannya pada Su Mohan! Sebab, ia tidak akan pernah mengembalikannya! Ia hanya khawatir jika pembawa barang pindahannya terlalu kasar dan bergoyang saat dalam perjalanan.     

Dalam waktu hampir dua jam, Ye Fei hampir selesai membersihkan semuanya. Ia tidak membawa seprai dan selimut, jadi rumah yang akan ditinggali akan diatur ulang dengan benar.     

Adapun beberapa barang milik ibunya yang telah diambilnya, juga Ye Fei masukkan ke dalam koper. Ia berencana untuk memberikannya kepada kakeknya dalam dua hari ke depan. Bagaimanapun, ia tidak tinggal di rumah besar yang dijaga ketat. Karena saat pencuri masuk dan mencuri barang, ia tidak tahu harus menangis di mana.     

Setelah semuanya hampir selesai, Ye Fei kemudian duduk di samping tempat tidur untuk melihat apa lagi barang yang tersisa. Ketika ia melihat charger ponsel baru di samping bantal, ia pun mengeluarkan ponselnya.     

Dengan jari lembut, Ye Fei menyeka layarnya, lalu menekan tombol utamanya. Namun, ia menjadi agak enggan untuk melihat ponsel baru tersebut. Padahal, ia telah berencana untuk mengembalikan kalung dan ponselnya kepada Su Mohan. Tapi, ia benar-benar enggan menyerahkan ponsel tersebut.      

Memang ada alat pelacak di kalung itu, jadi tidak perlu dikatakan lagi. Tapi Ye Fei khawatir apakah akan ada perangkat berteknologi tinggi yang juga disembunyikan di dalam ponsel itu. Sehingga Su Mohan bisa mengungkapkan posisinya di masa depan.     

Ye Fei memanggil Xiang Tianqi dan memintanya untuk keluar menemuinya. Ia berencana untuk mengucapkan selamat tinggal padanya, dan memintanya untuk menemukan seseorang agar memeriksa apakah ada yang salah dengan ponselnya.     

Dua jam kemudian, Ye Fei duduk di Kedai Teh Empat Sisi. Ia menundukkan kepalanya dan menambahkan kata sandi pada album foto yang ia ambil dalam dua hari terakhir sambil menunggu Xiang Tianqi.     

Lebih dari sepuluh menit kemudian, Xiang Tianqi yang terlihat sedikit lelah pun setelah itu mendorong pintu dan masuk. Setelah melihat Ye Fei, ia lalu duduk tepat di seberangnya.     

Ye Fei sedikit mengerutkan kening, "Apakah permasalahan Alai berjalan tidak mulus?" tanyanya.     

Xiang Tianqi lalu mengangguk dengan sungguh-sungguh sambil berkata, "Memang benar menurut perkiraan pertamaku. Semuanya seharusnya berjalan dengan baik, tapi sebuah tangan besar tiba-tiba muncul di belakang layar, yang telah menghalangiku untuk menyelamatkan Alai. Orang ini sangat kuat dan penuh kebencian, sehingga aku bahkan tidak bisa mencari tahu siapa dia sekarang!"     

Ye Fei tidak dapat mengingat bahwa Su Mohan berjanji padanya bahwa ia akan mencoba yang terbaik terakhir kali. Namun, ia juga tidak mengerti apa yang tidak biasa tentang permasalahan Alai. Bahkan, Su Mohan pun bisa merasa tertekan.     

"Masih ada waktu. Jangan khawatir. Mengapa kamu tidak pergi menemui Alai dalam waktu dekat ini, dan bertanya kepadanya. Apakah dia telah menyinggung seseorang yang tidak bisa disinggung, atau apakah dia mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya dia ketahui?" tanya Ye Fei yang sama-sama khawatir untuk membuka jalan.     

Xiang Tianqi berpikir kembali. Awalnya, ia sangat tidak ingin bertemu dengan Alai. Sebab, ia tidak berani menghadapi Alai dalam sebulan terakhir ini, lalu juga tidak berani melihat keputusasaan Alai. Ia benar-benar tidak bisa menerima bahwa dirinya hanya bisa melihat Alai mati.     

Tapi, kata-kata Ye Fei membuat Xiang Tianqi mempunyai ide baru. Ia selalu memikirkan apa yang salah atas dasar aslinya. Ia bahkan sempat berpikir apakah seseorang ingin membalas dendam padanya. Namun, ia tidak pernah menyangka apakah Alai terlibat dalam persekongkolan apapun dan menjadi kambing hitam.     

"Baiklah, aku akan menemui Alai lagi saat aku punya waktu," kata Xiang Tianqi sambil mengangguk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.