Wanita yang Terobsesi
Wanita yang Terobsesi
Meskipun setiap kali Shi Xiangwan melihat Su Mohan muncul dengan wanita lain, meskipun wanita yang berbeda meninggalkan tempat tidur pria itu lagi dan lagi, meskipun hatinya sakit seolah-olah berdarah, Shi Xiangwan mengatakan pada dirinya sendiri berkali-kali bahwa pria ini hanya bermain-main.
Asalkan Shi Xiangwan mengetahui keadaan dan bersikap baik pada Su Mohan, pria ini akan berada di sisinya. Shi Xiangwan selalu mengatakan pada dirinya sendiri berulang kali bahwa orang yang bisa mendapatkan Su Mohan pada akhirnya hanyalah dirinya sendiri.
Hingga tiba saat kemunculan Ye Fei, sebagai seorang wanita, Shi Xiangwan menjadi sangat sensitif dan gelisah. Kemunculan Ye Fei membuat kecemasannya mulai berangsur-angsur membesar, bahkan hingga mulai membuatnya terus-menerus kehilangan akal sehat dan juga harga dirinya.
Shi Xiangwan bangkit untuk membantu Su Mohan mengganti handuk kompres dan meletakkannya di dahinya. Melihat bulu mata Su Mohan yang panjang, jantung Shi Xiangwan tidak bisa berhenti berdegup kencang. Matanya mengamati hidung mancung pria ini dan berpindah turun ke bawah. Ia melihat ke arah bibir dinginnya yang tipis.
Shi Xiangwan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak sedikit membungkuk dan mencium bibir tipis pria itu. Ia pun menutup matanya dengan ringan. Jantungnya berdebar kencang dengan sedikit kecemasan dan lebih banyak harapan. Tetapi, tepat ketika Shi Xiangwan akan bertemu dengan pria yang didambakan ini, sebuah kekuatan besar mendorongnya dan ia langsung terlempar ke lantai tanpa ampun.
Shi Xiangwan terkejut dan mengangkat kepalanya untuk bertemu dengan mata gelap Su Mohan. Kedua mata gelap itu seperti dua permata hitam. Ketika pria itu melihat lurus-lurus ke arahnya, ia merasa malu dan merasa tidak punya tempat untuk bersembunyi.
Su Mohan sudah duduk dan membuang handuk di dahinya dengan jijik, kemudian memandang wanita yang ada di lantai dengan dingin. Ia mengambil gaun tidur di samping dan memakainya, lalu duduk di depan meja sambil menyalakan rokok.
Shi Xiangwan juga sudah tidak merasa malu. Ia menyesuaikan diri dengan cepat, langsung berdiri, dan tersenyum lembut sambil menawarkan, "Tuan Su, demammu masih belum reda. Aku akan membuat bubur untukmu. Rasa apa yang kamu sukai?"
Su Mohan merokok dan menatap ponselnya, benar-benar mengabaikan Shi Xiangwan.
Shi Xiangwan masih tidak menyerah dan menawarkan lagi, "Bagaimana kalau bubur kacang hijau? Itu akan membantu menurunkan suhu panas dan bagus untuk pencernaan. Ditambahkan beberapa roti kecil, akan membantu pemulihan."
"Hm," Su Mohan menjawab dengan malas dan masih menatap ponselnya tanpa melihat ke arah Shi Xiangwan sekalipun.
Shi Xiangwan yang menerima respons itu merasa sangat senang. Ia hanya merasakan matahari bersinar dan hatinya bagaikan sedang terbang. Shi Xiangwan pun segera mengenakan celemek dan pergi ke dapur. Membuatkan makanan enak untuk pria tercinta adalah impian semua wanita.
Lima menit kemudian, Su Mohan menghubungi Chu Zheng.
"Halo, Tuan? Apakah Anda sudah bangun?" jawab Chu Zheng dengan nada gembira.
"Ya, kemarilah."
"Baik, saya akan berada di sana dalam 5 menit."
Beberapa saat setelah Chu Zheng menutup telepon, ia tiba di kamar Su Mohan. Ia berdiri di depan meja dan memandangi Su Mohan yang wajahnya pucat tidak berwarna. Ia langsung cemberut dan berkata, "Tuan, saya akan memanggil Dokter Huang lagi."
"Tidak perlu," Su Mohan langsung menghentikannya dan Chu Zheng mau tidak mau berhenti, tetapi ia masih sedikit khawatir dengan cedera tuannya.
"Berikan aku ponselmu," kata Su Mohan lagi
Chu Zheng sedikit terkejut. Namun, ia mengeluarkan ponselnya dengan patuh dan menyerahkannya kepada Su Mohan. Su Mohan mengeluarkan baterai ponsel itu dan menjatuhkannya ke meja, "Ada alat pelacak di dalamnya."