Mencuri Hati Tuan Su

Harimau Betina Itu Apa?



Harimau Betina Itu Apa?

1"Ye Fei!" Ye Ya menggertakkan giginya dan meneriakkan nama Ye Fei, tetapi matanya tertuju pada Ye Xiaotian.     

Ye Xiaotian bersembunyi di belakang Ye Fei, kemudian menjulurkan kepala kecilnya dan berkata kepada teman sekelasnya, Hanwen, "Apakah ibumu seekor harimau betina?"     

"Harimau betina itu apa?"     

"Itu adalah ibumu …"     

Begitu Ye Xiaotian mengatakan itu, Hanwen duduk di tanah dan mulai menangis. "Aku tidak ingin harimau betina … Aku tidak ingin harimau betina …"     

Ye Fei tertawa sampai dadanya terasa sakit. Saat Ye Ya mengurus Hanwen, Ye Fei dengan cepat pergi membawa Ye Xiaotian sampai masuk ke dalam mobil. Ia tidak bisa menahan diri melihat Hanwen yang menggemaskan itu untuk sementara waktu.     

Setelah menenangkan diri, Ye Fei menolehkan kepalanya dan menatap Ye Xiaotian. Setelah beberapa saat, ia berkata, "Ye Xiaotian, siapa yang mengajarimu untuk berkata harimau betina?"     

Ye Xiaotian mengedipkan matanya yang berair dan berkata, "Paman Bocah Gemuk."     

"Lalu dari mana kamu mendengar kalimat bulu hidung?"     

"Paman Zhigang."     

Sudut mata Ye Fei berkedut, dan ia merasa itu bukan tidak mungkin. Bagaimanapun juga, orang-orang kasar itu selalu membicarakan hal-hal semacam ini, dan tidak mengherankan jika Ye Xiaotian ikut mengatakannya.     

Namun sekali lagi, Ye Fei merasa bahwa adalah keputusan yang baik untuk mengirim Ye Xiaotian ke taman kanak-kanak. Setidaknya dari sudut pandang hari ini, Ye Xiaotian jelas lebih banyak berbicara dan terlihat jauh lebih ceria.     

Keesokan paginya, Ye Xiaotian datang ke ruang kelas, dan Hanwen berjalan ke arahnya dengan agresif. "Ye Xiaotian, mengapa kamu mengatakan ibuku adalah harimau betina!"     

"Makan." Ye Xiaotian mengeluarkan buah plum dari tas sekolahnya.     

Ketika Hanwen melihat buah plum yang segar dan lezat, ia segera melupakan apa yang terjadi kemarin. Ia meraih buah plum dengan tangannya yang gemuk dan memakannya. Ada banyak daging di telapak tangannya.     

"Ini sangat manis. Apakah ada lagi, Ye Xiaotian?"     

"Besok."     

Hanwen langsung merasa sedikit kecewa, sementara Ye Xiaotian mengedipkan mata dengan polos dan berkata lagi, "Lusa, apakah kamu tampil di pertunjukan?"     

Hanwen mengangguk dengan acuh tak acuh. "Iya. Guru berkata bahwa aku membaca puisi Dinasti Tang dengan baik, bahkan memujiku di depan semua orang tua. Jadi, lusa nanti guru menyuruhku untuk membaca puisi Dinasti Tang yang berjudul 'Prasasti di Tembok Kuil Hutan Barat'[1][1] untuk mewakili kelas kita."     

Ye Xiaotian memandang Hanwen dengan tatapan bingung, dan Hanwen melemparkan pandangan seperti orang idiot. "Aku tahu kamu yang idiot ini pasti tidak mengetahuinya, ehem. Dengar, akan kutunjukkan kepadamu."     

"Melihat sisi gunung … Sisinya adalah puncak, kejauhan dan dekatnya, ketinggian dan kerendahannya yang beragam, beragam … Penampakan sebenarnya dari Gunung Lu hilang dari pandanganku, karena … karena, karena tepat di gunung inilah aku berada."     

Begitu Hanwen menutup matanya, ia memiliki penampilan khusus sendiri. Ia menutup mata dan sedikit mengangkat tangannya, tidak lupa untuk meletakkan tangan yang lain di belakang punggungnya, tampak seperti orang yang mabuk.     

"Bagaimana? Luar biasa, bukan? Aku akan diam-diam memberitahumu bahwa ibuku memukulku lebih dari sepuluh kali sebelum aku bisa menghafalnya."     

"Salah." Ye Xiaotian mengatakan satu kata sambil melihat teman sekelasnya, Hanwen.     

"Salah? Bagaimana mungkin?" Hanwen menggaruk kepalanya.     

"Salah."     

"Kalau begitu coba kamu tunjukkan padaku."     

"Melihat sisi gunung … Sisinya adalah puncak, kejauhan dan dekatnya, ketinggian dan kerendahannya yang beragam. Tidak tahu penampakan yang sebenarnya dari puncak ini, karena ada silikon di dalamnya." Ye Xiaotian menghafal seluruh puisi dengan suara yang imut. Jika Ye Fei ada di sana, pasti Ye Fei akan terkejut karena Ye Xiaotian benar-benar mengatakan begitu banyak kata hanya dalam satu tarikan napas saja.     

Begitu selesai menghafalkannya, Hanwen menutupi perutnya dan tertawa keras. "Dasar idiot. Kamu tidak bisa menghafal ini. Hafalanmu tidak benar."     

[1] Puisi prasasti yang ada di dinding Kuil Hutan Barat (Xilin). Kuil Xilin, yang terletak di barat laut kaki Gunung Lu, dibangun pada Dinasti Jin Timur dan berganti nama menjadi Kuil Ganming pada Dinasti Song. Kuil ini adalah salah satu kuil kuno yang terkenal di Gunung Lu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.