Mencuri Hati Tuan Su

Aku Akan Selalu Berada di Sini



Aku Akan Selalu Berada di Sini

2"Dia baik-baik saja." Chu Zheng membuka mulutnya, dan akhirnya mengeluarkan kata-kata ini dengan susah payah.     

Ye Fei berlutut di lantai dan mencengkeram tangan Su Mohan dengan erat, kemudian tersentak, "Baik-baik saja tapi kenapa dia tidak bangun? Baik-baik saja tapi kenapa dia memiliki begitu banyak selang di tubuhnya? Dan kenapa wajahnya terlihat sangat menyedihkan!"     

Chu Zheng terdiam beberapa saat.     

Ye Fei menundukkan wajahnya dan terisak. "Su Mohan, kamu bajingan … Dasar bajingan!"     

Chu Zheng mengerutkan kening dan melangkah maju untuk mengangkat Ye Fei, mencoba meletakkan Ye Fei kembali ke tempat tidur. Tetapi Ye Fei meraih tangan Su Mohan dan tidak berniat untuk melepaskan. "Lepaskan aku, lepaskan aku, aku ingin berada di sisinya, aku ingin berada di sisinya! Aku ingin menemaninya … Aku mohon, aku ingin berada di sisinya!"     

Ye Fei terus memberontak dan sama sekali tidak berniat untuk melepaskan tangan Su Mohan.     

Chu Zheng berkata dengan marah, "Jika kamu terus melakukan hal bodoh dan sesuatu terjadi pada anak itu, apakah kamu layak untuknya?!"     

Karena diteriaki oleh Chu Zheng, seluruh tubuh Ye Fei membeku. Ia melepaskan tangannya dengan enggan dan dengan lembut membelai perutnya dengan linglung.     

Benar, anaknya …     

Ia masih memiliki anak di dalam perutnya…     

Ia harus merawat anaknya dengan baik. Jika tidak, jika Su Mohan bangun dan menemukan bahwa anaknya tidak ada lagi, Su Mohan pasti akan marah.     

Namun … Ye Fei ingin menemani Su Mohan …     

Ye Fei harus berada di sisi Su Mohan sepanjang waktu. Ia tahu bahwa Su Mohan sangat kesakitan, Su Mohan pasti sangat kesakitan. Ia harus menemani Su Mohan, menutupi Su Mohan dengan selimut, dan membantu meniup lukanya. Jika seperti ini, Su Mohan pasti bisa lebih cepat terbangun. Ia tidak rela meninggalkan Su Mohan sendirian.     

Ye Fei kemudian duduk dengan tatapan kosong di tempat tidur. Chu Zheng membantu Ye Fei meletakkan selimut di tubuhnya, kemudian berbisik, "Aku akan meminta seseorang untuk masuk dan menyatukan tempat tidurmu dengan tempat tidurnya."     

Ye Fei masih dengan tatapan bodohnya melihat ke arah Su Mohan. Tubuh Su Mohan dipenuhi dengan selang, dan noda darah di wajahnya sangat menarik perhatian. Luka-luka itu, selang itu, tampak seperti pisau paling tajam, membuat Ye Fei merasakan rasa sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.     

Setelah Chu Zheng keluar, ia memanggil dua pria untuk masuk dan menyatukan dua tempat tidur bersama. Sebenarnya, tempat tidur di ruang VIP sangat besar, yang masing-masing adalah tempat tidur ganda. Tetapi karena keduanya terluka, dokter tidak menganjurkan agar dua orang berbaring di tempat tidur yang sama.     

Segera, setelah tempat tidur disatukan, Ye Fei merangkak ke arah Su Mohan dan dengan lembut bersandar pada Su Mohan dan berusaha untuk menghindari menyentuh selang di tubuh Su Mohan.     

Ye Fei berbicara dengan hati-hati, seolah-olah takut mengganggunya, "Su Mohan, cepatlah bangun … Aku merindukanmu …"     

Napas pria itu sangat lemah, alisnya berkerut sepanjang waktu, dan ia tampak sangat terganggu.     

Chu Zheng tahu bahwa Ye Fei pasti ingin menenangkan diri untuk sementara waktu, sehingga Chu Zheng diam-diam melangkah mundur, berniat memberi Ye Fei waktu untuk sendiri.     

Ye Fei mencengkeram tangan besar Su Mohan dengan erat, air matanya seperti banjir yang membuka tanggul, mengetahui untuk pertama kalinya bahwa ternyata ia sangat mencintai Su Mohan.     

Dalam hatinya, Su Mohan seperti dewa yang mahakuasa. Ia mendominasi, menggemaskan, sombong, dan angkuh. Ia selalu merasa bahwa Su Mohan adalah penopang hidupnya, tetapi ia tidak pernah menyangka bahwa suatu hari Su Mohan akan jatuh dan terluka seperti ini.     

"Su Mohan … Cepat sembuh dan bangun, ya? Cepatlah sembuh, aku berjanji tidak akan marah lagi padamu, aku akan patuh dan aku akan mencintaimu dengan baik …" Ye Fei menatap wajah Su Mohan yang tidur dengan tenang sambil berbisik pelan.     

Namun Su Mohan masih tetap dalam keadaan koma, tidak pernah bangun.     

Ye Fei bersandar pada Su Mohan, kemudian mencengkeram tangan Su Mohan dengan erat. Belajar dari apa yang selalu dilakukan oleh Su Mohan, Ye Fei mencium Su Mohan dengan ringan, kemudian memeluknya dan berbisik sambil meneteskan air mata, "Jangan takut … Jangan takut … Aku akan selalu berada di sini …"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.