Sesuatu yang Disebut Dengan Hati Nurani
Sesuatu yang Disebut Dengan Hati Nurani
"Buka mulutmu." Su Mohan mengerutkan kening dan tidak bermaksud untuk berhenti melakukan kegiatannya.
Ye Fei melihat sekeliling dan menemukan bahwa pelayan tidak ada di sekitar, kemudian ia membuka mulutnya dengan sedikit malu-malu.
"Hmm … Terlalu banyak ..."
Ye Fei menggembungkan pipinya dan melihat butiran nasi yang jatuh. Ketika ia hendak menjangkau untuk mengambil nasi yang jatuh, Su Mohan bergerak beberapa detik lebih cepat darinya, membuat butiran nasi yang baru saja jatuh dari mulutnya itu mendarat ke tangan Su Mohan. Setelah itu Su Mohan melemparkannya begitu saja ke meja makan.
Su Mohan menarik serbet dan langsung meletakkannya di paha Ye Fei untuk mencegah makanan jatuh kembali.
Ye Fei selalu merasa malu dan merasa bahwa dirinya sedang diperlakukan seperti anak kecil, membuatnya tidak bisa menahan protesnya lagi, "Aku … Aku akan makan dengan tanganku sendiri."
Su Mohan tetap mengabaikan apa yang dikatakan oleh Ye Fei dan terus mengambil sesendok makanan lagi untuk disuap ke dalam mulut Ye Fei. Melihat mulut kecil Ye Fei yang merah muda, Su Monan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya-tanya, bagaimana bisa mulut Ye Fei begitu kecil?
Ye Fei mau tidak mau harus membuka mulutnya lagi. Namun makanan di sendok itu masih tetap penuh, membuat banyak makanan tertinggal selama proses dimasukkannya makanan ke dalam mulut, telinga Ye Fei langsung menjadi sedikit merah.
"Terlalu banyak."
"Ya." Su Mohan menjawab dengan singkat, namun tetap saja makanan pada sendok berikutnya masih penuh.
Ye Fei mengerutkan kening dan melihat sendok di depannya, dan mau tidak mau bertanya-tanya apakah Su Mohan sengaja melakukannya?
Sebenarnya, Su Mohan memang sengaja. Melihat mulut kecil itu menelan sesendok besar makanan setiap saat, Su Mohan merasa itu benar-benar menarik.
Tapi kali ini Ye Fei juga belajar menjadi lebih pintar. Ia hanya makan setengah sendok makanan, sehingga membuat makanannya tidak jatuh lagi.
Melihat Ye Fei yang tiba-tiba menjadi lebih pintar, Su Mohan tidak menggoda Ye Fei lagi. Setelah beberapa saat, suasana yang awalnya sedikit canggung dan memalukan berangsur-angsur menjadi lebih hangat.
"Sudah cukup, aku kenyang."
"Makanlah sedikit lagi." Su Mohan langsung menambahkan beberapa sayuran ke sendok, seolah-olah membantu Ye Fei menebus penurunan berat badannya akhir-akhir ini.
"Ah— aku tidak mau makan ini."
"Kalau begitu yang mana yang ingin kamu makan?"
"Um … Yang ini saja."
Pada akhirnya, Ye Fei makan setengah mangkuk nasi lagi, yang otomatis membuat perutnya membuncit. Ye Fei mengusap perutnya dan menolehkan wajahnya sambil duduk di sebelah Su Mohan, mengawasi Su Mohan yang sedang makan.
Melihat semangkuk nasi yang secara bertahap berkurang, Ye Fei menunjukkan seringai di wajahnya. Ia kemudian mengambil sumpit dan mulai memasukkan sayuran ke dalam mangkuk Su Mohan. "Makan yang banyak."
Su Mohan terkejut, kemudian hatinya sedikit tersentuh. Selama lebih dari sebulan, Ye Fei bukan hanya tidak peduli padanya, namunYe Fei juga tidak ingin berbicara padanya. Kasihan sekali, Su Mohan benar-benar hanya menatap wajah Ye Fei selama lebih dari satu bulan.
Su Mohan menambahkan semangkuk nasi, sementara Ye Fei terus membantunya mengambil sayuran dan lauk.
Pada awalnya, Su Mohan tidak terlalu memikirkannya, ia hanya berpikir bahwa Ye Fei tiba-tiba memiliki sesuatu yang disebut dengan hati nurani.
Namun, ketika mangkuk nasinya yang kedua mencapai bagian bawah dan Ye Fei mengambil mangkuknya untuk membantunya mengisi dengan nasi lagi, tatapan Su Mohan yang awalnya tertuju pada mangkuk nasi akhirnya berpindah menjadi ke arah wajah Ye Fei.
"Ada apa?" Ye Fei memasang ekspresi acuh tak acuh seperti biasanya selama sebulan terakhir, dan menatap Su Mohan dengan kosong.
Su Mohan diam-diam mengambil sumpit. "Tidak apa-apa."
Melihat Su Mohan yang terus menggerakkan sumpitnya, Ye Fei mulai membantunya untuk mengambil sayuran lagi. "Makan lebih banyak bayam, bayam penuh dengan zat besi … Makan lebih banyak pare, pare baik untuk kesehatanmu … Kamu harus makan lebih banyak daun bawang, daun bawang bisa menambah kekuatan … Tulang iga ini tampak menggugah selera, menyia-nyiakannya adalah sebuah kejahatan."