Mencuri Hati Tuan Su

Mengapa Kamu Tidak Menepati Janjimu…



Mengapa Kamu Tidak Menepati Janjimu…

1'Srek ...'     

Piyama tipis Ye Fei dengan mudah disobek menjadi serpihan oleh Su Mohan hingga tersebar di seluruh lantai, membuat kulit putih dan lembab Ye Fei terekspos dalam sekejap mata. Bercak merah keunguan pada tubuh Ye Fei mulai terlihat menyilaukan.     

Seluruh tubuh Ye Fei bergetar ringan. Ye Fei berusaha keras untuk menghindari ciuman Su Mohan dan mencengkram perutnya sendiri dengan erat. Air mata mulai mengalir dari matanya, kemudian air mata itu mulai jatuh ke pipi, mulut, dan telinganya ....     

Melihat pria dengan mata merah di depannya, yang bisa dibilang pria itu hampir kehilangan akal sehatnya, membuat Ye Fei memiliki ketakutan yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Jangan … Su Mo ... Hmph ..."     

Anaknya ...     

Anaknya!     

Lapisan perlindungan terakhir pada tubuh Ye Fei benar-benar dihilangkan, dan Ye Fei benar-benar sudah seperti seekor domba yang menunggu untuk disembelih. Paha Su Mohan terjepit di antara kedua kaki Ye Fei dengan erat. Su Mohan benar-benar hampir gila sekarang. 'Tuan Su? Dia benar-benar memanggilku dengan sebutan Tuan Su! Bahkan membiarkan aku pergi untuk tidur bersama dengan Ye Ya!'     

"Jangan … Jangan … Su Mohan ... Jangan membuatku membencimu!" Ye Fei memohon dengan penuh air mata, ada sorot putus asa di matanya.     

Anaknya … Bagaimana dengan anaknya ...     

Su Mohan, yang telah berbaring di dada Ye Fei menegang, dan ia secara bertahap menjadi kembali berpikir rasional dari emosinya yang sebelumnya telah terganggu. Gerakan tubuhnya juga ikut berhenti.     

'Apa yang sedang aku lakukan?'     

'Apa yang sebenarnya sedang aku lakukan!'     

Su Mohan mengangkat kepalanya sedikit dan melihat ketakutan di mata Ye Fei, hatinya sakit seperti teriris dengan pisau. Ia membenamkan kepalanya di leher Ye Fei dan berbisik, "Jangan membuatku seperti ini lagi."     

Ye Fei masih menggigil. Seolah-olah tidak mendengar Su Mohan berbicara, ia menutup matanya dan serangkaian air mata mengalir di pipinya.     

Mungkin karena Ye Fei hari ini benar-benar kelelahan, sehingga setelah beberapa saat, Ye Fei tertidur di samping Su Mohan.     

Su Mohan bangkit untuk membantu Ye Fei mengenakan piyama, dan dengan lembut menutupi Ye Fei dengan selimut. Kemudian Su Mohan duduk di sisi tempat tidur dengan agak berantakan sambil menjambak rambutnya sendiri.     

Su Mohan selalu berpikir ia pasti akan melindungi Ye Fei. Tetapi barusan, ia hampir menyakiti anak mereka dan Ye Fei, bahkan ia benar-benar menjadi gila. Menghadapi tatapan acuh tak acuh dan kata-kata kasar dari Ye Fei, Su Mohan benar-benar tidak tahan lagi.     

Su Mohan tidak pernah tahu bahwa kata-kata dari seseorang bisa begitu kuat sehingga bisa dengan mudah melucuti senjatanya dan membuatnya menyerah.     

Su Mohan mengangkat tangannya dan dengan lembut mengelus dadanya sendiri. Su Mohan menutup matanya untuk menutupi rasa sakit di hatinya. Hatinya sekarang benar-benar sakit. Rasa sakit itu seolah-olah seperti sakit kejang tepat di jantung, atau seperti ada seseorang yang terus-menerus mencabik hatinya. Bahkan napasnya pun menjadi rapuh dan sesak.     

Su Mohan duduk di samping tempat tidur untuk waktu yang lama, sambil menatap wajah Ye Fei yang sedang tidur dengan rakus.     

Mungkin karena telah terlalu banyak menangis, mata Ye Fei menjadi bengkak seperti dua buah kenari dan alisnya berkerut dengan erat. Ye Fei juga masih terisak dari waktu ke waktu.     

Su Mohan mengulurkan tangannya yang gemetar untuk membelai pipi Ye Fei, sorot kepahitan melintas di matanya. "Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu akan percaya padaku? Mengapa kamu tidak menepati janjimu ..."     

Baru pada tengah malam, Su Mohan perlahan bangun dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.     

Ini konyol. Sejak kecil, ia sepertinya tidak pernah berada dalam posisi yang sulit seperti ini. Ia tidak pernah menyangka bahwa ia akan mengalami hal seperti hari ini. Mungkin satu-satunya yang bisa menyakitinya di seluruh dunia ini adalah Ye Fei. Meskipun Ye Fei selalu berhati lembut, tetapi Ye Fei kejam padanya.     

Apakah ini yang disebut dengan pembalasan?     

Su Mohan selalu bertindak kejam selama separuh hidupnya, namun ia hanya berhati lembut pada Ye Fei. Sedangkan Ye Fei secara alami memiliki hati yang lembut, namun Ye Fei hanya kejam padanya.     

Setelah membersihkan diri, Su Mohan duduk di ambang jendela dan merokok lagi sebanyak dua batang. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menertawakan dirinya sendiri. Kecanduan rokoknya akhir-akhir ini tampaknya semakin besar.     

Bulan yang cerah di langit masih terlihat sangat terang, tetapi Su Mohan tidak tahu bagaimana cara menghabiskan tiga bulan yang panjang ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.