Mencuri Hati Tuan Su

Aku Ingin Melihat Milikmu!



Aku Ingin Melihat Milikmu!

1Su Mohan semakin mendekati Ye Fei, bibirnya yang tipis hampir menempel pada bibir Ye Fei. Ye Fei menatapnya dengan mata lebar, lalu menggembungkan pipinya dan mengembuskan napas ringan pada Su Mohan.     

Su Mohan tanpa sadar menutup matanya dan akhirnya mendengar suara isak tangis Ye Fei yang pecah menjadi sebuah tawa.     

Dengan desahan ringan, Ye Fei mengulurkan tangannya tanpa daya dan mencubit hidung Su Mohan. "Nakal."     

Ye Fei melompat dari tubuh Su Mohan dan menuju ke belakang Su Mohan untuk membantu mengatasi luka yang diderita olehnya. "Kapan saja meskipun sedang terjadi kekacauan, kamu masih saja memiliki suasana hati untuk melakukan hal itu."     

"Aku selalu menginginkannya asalkan itu denganmu," kata Su Mohan dengan malas, ada sorot kepuasan di matanya.     

Ye Fei melirik Su Mohan dengan tatapan yang merendahkan, lalu menundukkan kepalanya untuk membantu merawat luka yang diderita oleh Su Mohan dengan hati-hati.     

Karena banyak potongan kayu yang membentuk seperti duri, Ye Fei memakan waktu lama untuk mengangkatnya. Tidak sampai lebih dari satu jam kemudian, Ye Fei menurunkan lengannya yang sakit dan menghela napas lega.     

Su Mohan juga terlihat sangat lelah. Tentu saja, jangan tanya kenapa ia juga sangat lelah, semua itu karena ia bersandiwara. Ye Fei membantu Su Mohan selama satu jam, sehingga Su Mohan juga otomatis bersandiwara selama satu jam. Sandiwara apa? Tentu saja, berpura-pura itu melelahkan, namun dapat diakui bahwa berbohong pada Ye Fei bisa membuat Ye Fei semakin … memanjakannya!     

Ye Fei bangkit dan menutup semua jendela, kemudian berkata dengan sedih, "Sementara jangan memakai baju atasan agar tidak menyentuh lukanya."     

Su Mohan menoleh untuk melihat Ye Fei dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Tidak mau."     

Ye Fei terkejut. "Hah? Kenapa?"     

"Karena aku malu," kata Su Mohan dengan datar.     

Ye Fei berkata dengan gembira, "Su Mohan, setelah beberapa saat berenang di laut, otakmu sepertinya kemasukan air. Untuk apa kamu malu? Bukankah kamu sudah sering tidak mengenakan pakaian di depanku?"     

Su Mohan bangkit dan berjalan ke depan. Ia berjalan ke arah Ye Fei dengan tubuh bagian atasnya yang kekar, lalu ia melingkari Ye Fei dan berkata, "Jika tidak malu kenapa kamu tidak melepas pakaianmu juga? Bukankah kamu juga pernah tidak mengenakan pakaian di depanku?"     

"Su Mohan … Dasar bajingan!" Wajah Ye Fei memerah, lalu menampar dada Su Mohan dengan keras dan melarikan diri.     

Ye Fei langsung meluncur ke kamar mandi, kulitnya yang seputih salju seolah-olah diwarnai dengan awan merah. Ketika Ye Fei kembali memikirkan perkataan Su Mohan yang tidak tahu malu, jantung Ye Fei tidak bisa menahan detaknya yang semakin tak beraturan. 'Bajingan itu benar-benar menjadi semakin berlebihan. Dia berani mengungkapkan semuanya dari mulutnya!'     

Tepat ketika Ye Fei berulang kali menyesuaikan emosinya, suara ketukan di pintu terdengar.     

Su Mohan bersandar di dinding, lalu mengangkat tangannya dan mengetuk pintu kamar mandi.     

Ye Fei mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pintu. "Apa lagi yang ingin kamu lakukan?"     

"Kamu sudah melihat tubuhku yang tidak mengenakan baju, bukankah seharusnya …"     

Tanpa menunggu Su Mohan menyelesaikan kalimatnya, Ye Fei membuka pintu kamar mandi, kemudian mengamati Su Mohan dari atas hingga ke bawah, dan berkata sambil bergidik. "Kamu hanya memperlihatkan dua potong daging di dadamu itu secara cuma-cuma, aku bahkan tidak ingin melihatnya!"     

'Brak!'     

Tanpa menunggu reaksi Su Mohan, Ye Fei menutup pintu kamar mandi lagi dan menyalakan shower, membiarkan suara air menutupi kepanikannya.     

Su Mohan menatap otot-otot dadanya, kemudian berjalan ke arah cermin, lalu membuka lengannya dan membuat postur seperti seorang binaragawan. Ia tidak bisa menahan diri untuk menyentuh dua otot dadanya. Akhirnya, ia menoleh dan berkata ke arah kamar mandi, "Kamu tidak ingin melihat milikku, tapi aku ingin melihat milikmu!"     

'Brak!'     

Ye Fei langsung membuang cangkir sikat gigi Su Mohan sambil tidak lupa untuk berkata, "Su Mohan, aku mengambil sikat gigimu untuk membersihkan toilet!"     

Wajah Su Mohan menjadi kaku, lalu ia menjawab, "Toiletnya tidak perlu disikat lagi. Aku sudah menyikatnya menggunakan sikat gigimu kemarin."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.