Lompat dari Perahu!
Lompat dari Perahu!
Ye Fei mengangguk ketika mendengar perkataan dari Su Mohan, dan ia memandang fotografer itu dengan sedikit perasaan hormat. Mungkin dalam hidup memang dapat ditemukan filosofi kehidupan di mana-mana, tetapi banyak orang yang mungkin tidak dapat memahami filosofi tersebut seumur hidupnya.
Baru pada pukul empat sore, Ye Fei sampai pada sesi pemotretan dengan gaun pengantin ketiga. Tetapi karena fotografer tidak meminta mereka untuk berpose atau bergerak, Ye Fei melakukan segalanya sesuka hati dan ia tidak merasa lelah.
Gaun pengantin ketiga adalah yang memiliki lapisan ekor gaun pada bagian pinggul. Atas saran dari asisten fotografer yang bernama Kevin, Su Mohan mengirim seseorang untuk mendapatkan perahu kecil.
Perahu kecil terbuat dari kayu dan sepasang dayung yang terlihat autentik. Perahu itu tidak diwarnai oleh cat warna apa pun dan tidak seperti kapal pesiar putih yang mewah. Tetapi ketika perahu itu mengambang di air dengan tenang dan tercermin di laut, pemandangannya menyajikan keindahan yang luar biasa.
Riasan di wajah Ye Fei sedikit gelap dan bayangannya lumayan berat. Hampir tidak ada yang terlukis pada sepasang matanya. Kecuali bibir yang merah menyala, seluruh wajahnya terlihat tidak memakai riasan, tetapi penampilannya malah terlihat sempurna dan menakjubkan.
Perahu kecil itu mengapung di atas hamparan air laut. Ye Fei bersandar di sudut perahu. Kakinya yang mengenakan sepatu hak tinggi warna merah tua sedikit menekuk, menjulang di bawah gaun putihnya.
Su Mohan duduk di sisi lain perahu. Kemeja putihnya digulung secara acak, memperlihatkan kedua lengannya. Di bawah kerah yang sedikit terbuka, jakunnya terlihat di bawah cahaya matahari.
Di perahu lain yang ada di samping, fotografer berambut putih itu terus-menerus mengambil foto. Penampilannya terlihat sudah memiliki usia tua, tetapi beliau tampak tak kenal lelah.
Setelah lebih dari sepuluh menit, ekspresi Su Mohan tiba-tiba berubah. Melihat titik merah yang berkedip di lengannya sendiri, ia segera berdiri dari perahu dan menarik Ye Fei. "Cepat, lompat!"
Ye Fei terkejut dan hendak menanyakan apa yang terjadi, tiba-tiba saja ada lampu yang berkedip.
"Semuanya cepat lompat dari perahu!" Su Mohan meraih tubuh Ye Fei dan menoleh ke arah perahu fotografer sambil berteriak.
Ye Fei merasa bahwa genggaman Su Mohan terlalu keras, bahkan sedikit menyakitkan. Meskipun ia tidak mengerti mengapa Su Mohan melakukan ini secara tiba-tiba, ia dapat mengetahui dari ekspresi Su Mohan bahwa Su Mohan sedang tidak bercanda!
"Cepat!" Su Mohan meraung dan menarik lengan Ye Fei dan melompat ke dalam air. Gerakan itu menyebabkan percikan air yang besar.
Setelah itu, mereka yang ada di kapal yang lain juga ikut bereaksi. Mereka segera terjun ke dalam air meskipun tidak mengetahui apa alasannya. Fotografer tertua bereaksi paling cepat. Dia tidak memedulikan apapun kecuali kamera di tangannya dan langsung melompat keluar dari perahu, menghindar sangat jauh.
Begitu Ye Fei masuk ke dalam air, sekujur tubuhnya merasa kedinginan. Ujung gaun pengantin yang basah oleh air melilit kakinya, membuatnya berenang dengan sedikit tidak nyaman. Su Mohan terus menariknya ke arah depan sepanjang jalan dengan sangat cepat.
'Brak—!'
Ye Fei masih belum bereaksi, namun suara yang keras hampir menembus gendang telinganya.
Puluhan detik setelah beberapa orang melompat dari perahu, dua peluru artileri jatuh di dekat perahu dan ledakan besar terdengar. Ledakan itu menerangi seluruh laut dengan cahaya yang menyilaukan mata.
Pada saat yang sama, gelombang air yang mengerikan seperti panah tajam langsung meluncur. Dan karena gelombang kejut yang besar ini, segala sisi dari pusat ledakan itu menyebar ke segala arah.