Mencuri Hati Tuan Su

Pulau Paros



Pulau Paros

1Su Mohan menurunkan matanya dan tidak berbicara lagi. Mereka menunggu sampai beberapa jam kemudian, hingga pesawat akhirnya tiba di Pulau Paros. Kemudian Su Mohan memimpin dan meraih tangan Ye Fei untuk turun dari pesawat.     

Menginjakkan kaki di tanah, Ye Fei sedikit kebingungan.     

Langit di sini sangat biru dan cerah, lautnya berwarna biru yang sama dengan warna langit. Pasir pantainya sangat lembut, angin lautnya sangat segar, pepohonan kelapa yang besar, serta sinar matahari yang cerah dan hangat membuat Ye Fei tidak bisa menahan diri untuk menyipitkan matanya.     

"Su Mohan … Uangmu terlalu banyak." Ye Fei menahan napas dan merasa bahwa ketika ia datang ke sini, seluruh tubuhnya menjadi lemah karena suasana di sini yang sangat mengagumkan.     

Ye Fei melepaskan alas kaki dan menginjak pasir yang lembut. Pasir halus keemasan memancarkan kehangatan dan sangat nyaman.     

"Keluarga Ye juga memiliki banyak pulau kecil, hanya saja kamu tidak mengetahuinya," kata Su Mohan lembut.     

Ye Fei tidak peduli. Bagaimanapun, ia tidak pernah terlalu memperhatikan berapa banyak kekayaan yang dimiliki keluarga Ye di masa lalu. Setelah ini, ia tidak memikirkan lagi apa yang harus diperjuangkan dan apa yang harus diraih. Ia hanya ingin mengambil dan merawat warisan yang ditinggalkan oleh ibunya untuknya, serta tidak ingin membuat ibunya kecewa pada kerja kerasnya.     

Ye Fei langsung duduk di atas pasir pantai, menggulung bagian bawah celananya, dan memperlihatkan dua kaki mulusnya. Jari-jari kaki yang mulus bersinar dengan kilau memesona yang sama seperti air laut.     

'Cekrek!' Seorang pria dengan kuncir yang membawa kamera langsung menekan tombol kamera.     

Ye Fei melihat ke belakang dan melihat ke arah orang-orang yang datang, sementara Su Mohan mengerutkan kening.     

"Kevin, jangan main-main di sini." Seorang pria asing yang terlihat teliti dengan rambut tipis beruban mengerutkan kening dan memarahi asisten di sampingnya.     

"Maaf, Mohan, dia adalah asistenku, namanya Kevin. Foto-fotonya selalu diambil dengan sangat alami dan spiritual, tetapi aku tidak bermaksud untuk bersikap tidak sopan kepada istrimu." Pria asing itu berjalan ke arah Su Mohan dan mengambil inisiatif untuk berbicara dengannya.     

Ye Fei berpikir dalam hatinya bahwa orang ini pasti adalah seorang fotografer. Jika tidak, bagaimana orang ini bisa mengatakan bahwa orang yang memegang kamera tadi adalah asistennya.     

Su Mohan memang sedikit tidak senang. Meskipun zaman sekarang sudah sangat terbuka, namun saat melihat pria lain menatap Ye Fei, psikologinya akan menjadi sangat tidak nyaman. Terutama saat menyadari dua kaki putih Ye Fei yang menjuntai yang lebih cerah daripada pemandangan di sini.     

Su Mohan mengulurkan tangannya pada pria yang mengambil gambar untuk meminta kamera yang dipegangnya, lalu membolak-balikkan foto yang baru saja diambil.     

Di foto itu, Ye Fei sedang duduk menghadap ke arah laut dengan celananya yang dilipat hingga lutut. Angin sepoi-sepoi meniup rambutnya yang halus di wajah, membuatnya terlihat sangat lembut. Sinar matahari yang lembut membuat bayangan pada di sisi wajahnya. Tidak tahu apakah karena cahaya di belakangnya, pipi Ye Fei terlihat sedikit kabur dan redup, tetapi sepasang mata yang menatap laut terlihat luar biasa cerah.     

Su Mohan harus mengatakan bahwa foto-foto itu diambil dengan sangat baik. Su Mohan melemparkan kamera kembali kepada Kevin tanpa penyelidikan lebih lanjut.     

"Mohan, kapan kamu berencana untuk memulai pemotretan dengan istrimu? Penata rias dan stylist kami bisa mulai kapan saja," kata pria asing berambut putih itu lagi.     

Su Mohan menoleh untuk melihat Ye Fei dan berkata, "Kamu bisa mengambil beberapa foto sore ini. Tidak perlu berdandan dan mengatur pakaian. Besok baru kita akan mulai pemotretan yang sebenarnya."     

"Oke, kalau begitu kalian bebas bergerak, kami akan menjaga jarak yang tepat."     

Su Mohan mengangguk dan melepas jaketnya kemudian melemparkannya ke samping, Ia menggulung lengan baju dan celana, lalu meletakkan sepatunya tepat disebelah sepatu Ye Fei, dan melangkah maju untuk duduk di sebelah Ye Fei.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.