Mencuri Hati Tuan Su

Katakan Sekali Lagi!



Katakan Sekali Lagi!

0Melihat ke arah jam, sudah sekitar setengah jam berlalu. Ye Fei tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluh. "Kenapa dia masih belum sampai juga setelah sekian lama?"     

Tidak tahu apakah karena Su Mohan mendengar keluhan Ye Fei, tepat setelah Ye Fei mengatakan itu, suara pintu terbuka terdengar.     

Ye Fei sangat gembira dan dengan cepat melompat dari sofa dan berlari ke pintu, lalu ia melihat Su Mohan berjalan dengan embun beku di tubuhnya.     

Ye Fei dengan anggun memberi Su Mohan sepasang sandal rumah dan tidak lupa membantu Su Mohan menggantungkan mantel yang telah dia lepas. "Su Mohan, kamu sudah pulang?"     

Su Mohan memperhatikan Ye Fei dari dekat dan merasa lega saat melihat bahwa tidak ada yang aneh dengan Ye Fei.     

Setelah menggantung mantel, Ye Fei menggandeng tangan Su Mohan dan mendorongnya ke sofa, kemudian duduk tepat di sebelah Su Mohan. Pinggang kecilnya diluruskan lalu ia menjilat bibir cerinya dan berkata, "Su Mohan ... Aku …"     

"Hm?" Su Mohan menatap mata Ye Fei yang indah dan bertanya dengan lembut.     

"A … Ada … Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu." Ye Fei dan Su Mohan saling memandang, membuat Ye Fei mulai gugup lagi. Pada akhirnya Ye Fei tidak bisa mengatakan apa-apa dari bibirnya, namun wajahnya tersipu malu.     

"Katakan."     

"Itu … aku … aku … ka … kamu akan menjadi seorang ayah, aku hamil."     

Setelah mengatakan ini, Ye Fei langsung menundukkan kepalanya dan mengulurkan tangan untuk menyentuh perutnya. Senyum cerah di wajahnya bisa melelehkan bongkahan es.     

Su Mohan tertegun, menatap perut Ye Fei dengan tatapan kosong. Setelah beberapa saat, Su Mohan gemetar dan berkata. "Apa … Apa yang baru saja kamu katakan?"     

Ye Fei tidak terlalu memperhatikan ekspresi Su Mohan, ia menganggap Su Mohan hanya terkejut karena dia akan menjadi seorang ayah. Sama seperti dirinya yang awalnya tidak bisa menerima semuanya untuk sementara waktu. "Aku bilang aku hamil ... Kamu akan menjadi seorang ayah."     

Su Mohan langsung bangkit dan berdiri dari sofa dengan amarah yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Katakan sekali lagi!"     

Ye Fei sangat ketakutan sehingga ia mengangkat kepalanya dan melihat kemarahan di wajah Su Mohan. Matanya menjadi merah.     

Su Mohan mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menyadari bahwa ia mungkin telah membuat Ye Fei takut dan langsung berkata dengan panik. "Aku ... aku hanya …"     

Ye Fei tiba-tiba tidak ingin mendengar penjelasan Su Mohan. Ia takut akan mendengar apa pun yang tidak ingin ia dengar, dan semuanya hanya akan berakhir menjadi sebuah mimpi semata.     

Segera, tanpa menunggu Su Mohan mengatur bahasanya, Ye Fei mengangkat tangannya dan mengusap air matanya dengan lengan bajunya sendiri. Ia tidak lagi menatap Su Mohan, dan langsung berlari melewati Su Mohan tanpa alas kaki, kemudian masuk ke kamar tidur sambil membanting pintu dengan keras.     

Ye Fei bersandar di pintu dan pelan-pelan terduduk ke lantai. Ye Fei tidak bisa menahan tangisnya dengan suara rendah.     

Mengapa? Mengapa tatapan Su Mohan begitu sengit? Mengapa Su Mohan tidak bahagia sama sekali? Mengapa Su Mohan menjadi sangat marah? Bahkan tidak mengejar dirinya untuk menjelaskan padanya?     

Air mata Ye Fei jatuh seperti mutiara yang pecah. Tidak peduli bagaimana Ye Fei menyekanya, air matanya tidak akan kering begitu saja.     

Ye Fei mengangkat tangannya untuk memegang perutnya dengan lembut, jantungnya berdenyut kencang tanpa dapat dijelaskan. Apakah semua ini hanya angan-angannya sendiri, atau Su Mohan tidak pernah bermaksud untuk memiliki seorang anak darinya?     

Ye Fei mengerti, ia harus percaya pada Su Mohan. Tetapi setiap ia memikirkan kembali kemarahan di wajah Su Mohan barusan, ia tidak bisa mengendalikan pikirannya.     

Ye Fei tidak dapat memahami reaksi Su Mohan pada saat ini, bukankah anak ini adalah anak yang telah lama dia nantikan? Kenapa Su Mohan bersikap seperti itu?     

Su Mohan yang berada di luar, masih berdiri di ruang tamu saat ini, menyaksikan pintu kamar yang tertutup rapat dari matanya dan bergumam, 'Mengapa harus terjadi saat ini? Mengapa kehamilannya harus terjadi saat ini!?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.