Mencuri Hati Tuan Su

Ditukar dengan Gunung Emas pun Ia Tidak Akan Menyerahkannya



Ditukar dengan Gunung Emas pun Ia Tidak Akan Menyerahkannya

2Ye Fei memperhatikan kalau tangan Su Mohan yang memegang tangannya berhenti bergerak. Ia menolehkan kepalanya. Kemudian bibir kedua orang itu bertemu satu sama lain dalam sekejap. Ye Fei terpana d tempat, lalu tak satu pun dari mereka yang bergerak. Kedua bibir tipis itu terdiam membeku begitu menempel satu sama lain.     

Detak jantung Su Mohan juga melonjak semakin cepat. Ia menatap bibir merah Ye Fei dan merasakan tenggorokannya mulai mengering, seperti sentuhan yang tidak disengaja, menggelitik jantungnya yang terasa gatal. Pria itu pun menelan air liur beberapa kali.     

Mata Ye Fei terbuka lebar, kedua matanya menatap Su Mohan dan tidak berkedip, seolah-olah takut mengganggu ketenangan.     

"Tutup matamu." Su Mohan berkata dengan ringan.     

Ye Fei menutup matanya dengan patuh, dan bulu matanya gemetar ringan.     

Su Mohan dengan lembut merebahkan Ye Fei, membuat rambut panjangnya berserakan di sofa. Ia tampak seperti sedang meletakkan sebuah harta dunia yang berharga. Ia membungkuk dengan hati-hati dan mendaratkan bibirnya untuk mencium Ye Fei, kemudian perlahan-lahan menutup matanya dan fokus.     

Saat dunia menjadi gelap, hanya ada suara napas dan suhu yang tersisa, dan semua indra perasa menjadi semakin peka.     

Ye Fei tanpa sadar mengulurkan tangannya dan meletakkan tangannya di pinggang Su Mohan. Su Mohan menyisir rambut wanita itu dan menciumnya dengan penuh perasaan. Tangan lainnya secara alami menyentuh pinggang Ye Fei.     

Bibir Ye Fei lembut, empuk, dan terasa manis. Meskipun ia telah mencicipinya berkali-kali, tetap saja membuatnya jatuh ke dalam sensasi yang nikmat ini, dan tidak bisa membuat Su Mohan melepaskan diri.     

Tindakan Su Mohan sangat cekatan. Perlahan ia membuka bibirnya, lidahnya dengan lembut mulai mengejar lidah Ye Fei. Ye Fei menyadari sikap Su Mohan yang lembut itu, kemudian merespon dengan agak malu. Pipinya menjadi merah pekat, air liurnya hampir menetes, suasananya semakin mantap karena ruangan dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah.     

Sinar matahari dari luar jendela menembus rumah kaca, menutupi kedua orang itu dengan perasaan hangat. Mawar besar melengkungkan kelopaknya dan bersembunyi di balik dedaunan.     

Ketika Ye Fei bangun, lengannya sedikit mati rasa. Su Mohan tidur di sampingnya. Mereka sibuk meringkuk di sofa yang sempit sepanjang sore.     

Ye Fei diam-diam mencium dagu Su Mohan dan mengulurkan tangan untuk menyentuh janggutnya. Ia merasa sebelumnya tidak pernah menyukai seorang pria hingga seperti ini. Jika Ye Fei harus menjawab seberapa besar rasa sukanya, ia hanya bisa mengatakan dengan tegas: 'Bahkan jika ditukar dengan gunung emas pun, ia tidak akan menyerahkan pria ini.'      

Keesokan paginya, Ye Fei duduk di depan meja bundar rumah kaca untuk membaca buku. Su Mohan duduk di seberangnya untuk menangani urusan bisnis. Ketika Ye Fei menemukan sesuatu yang tidak ia mengerti, biasanya ia akan bertanya kepada Su Mohan secara langsung. Dengan adanya pria itu di sisinya, kemajuan belajarnya bisa dibilang berkembang dengan sangat pesat, seolah-olah sedang berada di ujung tanduk     

Kemajuan ini membuat suasana hati Ye Fei menjadi lebih baik. Namun, semakin banyak ia belajar, semakin ia mengetahui betapa buruk fondasi ilmunya dan seberapa banyak kekurangannya. Oleh karena itu, tekanan yang Ye Fei rasakan berangsur-angsur meningkat, tapi ia juga berusaha lebih keras lagi.     

Setelah menyelesaikan tugas terakhir yang diberikan oleh Su Mohan, Ye Fei menyerahkan bukunya kepada pria itu dan berkata, "Aku telah menyelesaikan tugasnya."     

Su Mohan meletakkan dokumen di tangannya dan memeriksa buku PR Ye Fei. Tentu saja, hal seperti itu telah menjadi kebiasaan akhir-akhir ini.     

Tulisan tangan Ye Fei indah dan rapi. Meski tidak memiliki gaya tulisan kaligrafi, tulisannya masih enak untuk dipandang.     

Ye Fei menatap pria yang sedang fokus itu. Ia membuka mulutnya kemudian menutupnya lagi. Seperti sedang ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. "Su Mohan, aku berniat untuk kembali ke rumah keluarga Ye."     

"Baiklah." Tangan Su Mohan yang memegang pena sempat berhenti sejenak. Sikapnya masih seperti biasa, hanya saja responnya sangat ringan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.