Mencuri Hati Tuan Su

Sepertinya Aku Merindukanmu



Sepertinya Aku Merindukanmu

1'Su Mohan, laki-laki bajingan itu, selalu bisa membuatku tersentuh.' Ye Fei bergumam dalam hatinya.     

Ye Fei kemudian mandi dan merasa kakinya sedikit sakit, jadi ia mengganti baju menjadi piyama dan naik ke tempat tidur lebih awal. Sambil memeluk boneka di satu tangan dan mengeluarkan ponselnya dengan tangan yang lain, ia langsung menghubungi Su Mohan.     

Ketika ia menyadari tindakannya, Ye Fei menjulurkan lidah. Ia tidak menyangka, padahal baru sebentar mereka berpisah, namun ia sudah merasa hampa dan tidak nyaman.     

"Halo." Suara rendah Su Mohan terdengar.     

"Su Mohan, aku …" Ye Fei membuka mulutnya, kemudian menyadari bahwa ia tidak tahu harus berkata apa.     

Su Mohan sepertinya mengetahui kalau Ye Fei sedang malu, sehingga tidak mendesaknya untuk bicara. Lantas ia menunggu dengan tenang.     

"Hmm ... Apa yang sedang kamu lakukan sekarang?" Ye Fei akhirnya menyerah dan menanyakan kalimat yang membosankan.     

Su Mohan memandang lampu kamar mandi yang baru saja ia matikan dan menjawab setelah terdiam beberapa saat, "Mandi."     

"Hmm …" Pipi Ye Fei menjadi merah, tapi ia tidak bermaksud untuk menutup telepon. "Kenapa kamu menjawab teleponku padahal kamu sedang mandi?"     

"Aku menunggu telepon darimu." Su Mohan menjawab singkat.     

Mendengar ini, Ye Fei menggigit bibirnya dan berguling di tempat tidur, mengubah posisi tubuhnya. Sedikit kegembiraan muncul dari dalam hatinya. "Kamu sedang berada di rumah atau di hotel?"     

"Di hotel."     

"Kenapa kamu tidak pulang ke rumah?" Ye Fei tidak tahan untuk tidak bertanya. Bagaimana bisa ada orang yang memiliki istana tapi bersikeras tinggal di sebuah penginapan?     

"Karena di sini lebih dekat denganmu." Su Mohan masih menjawab singkat, seperti ia yang biasanya.     

Tapi kata-kata sederhana ini hampir membuat Ye Fei tenggelam di dalamnya. Ye Fei mengangkat tangan untuk menyentuh pipinya yang menjadi lebih panas dan tiba-tiba merindukan pelukan Su Mohan.     

Berbalik lagi di tempat tidur, Ye Fei melihat boneka di tangannya. Saat memikirkan lima kata yang baru saja Su Mohan ucapkan, hampir mengangkat sudut bibirnya menjadi sebuah senyuman, meski pada akhirnya Ye Fei tetap tidak bisa menahan senyum itu untuk muncul di wajahnya.     

Kelembutan yang diberikan Su Mohan selalu tidak disengaja dan kasih sayangnya selalu keluar dengan alami begitu saja. Membuat Ye Fei hampir ... hampir gila!     

Ye Fei tiba-tiba mulai mengerti alasan kenapa bahkan seorang wanita seperti Shi Xiangwan bisa menjadi sangat gila, karena Ye Fei merasa sepertinya ia juga akan menjadi lebih gila dari mereka.     

Su Mohan, Su Mohan ...     

Ye Fei merasa kepalanya penuh dengan pria itu, hampir sangat penuh. Tapi ia masih merasa semua itu belum cukup.     

Ia merindukannya.     

Ia merindukan aromanya yang harum, pelukannya yang hangat, caranya mencium bibirnya ...     

Su Mohan yang berada di ujung telepon merasa hatinya menjadi tidak nyaman. Ketika Ye Fei yang ada di seberang telepon tenggelam dalam pikiran dan merindukannya, Su Mohan mulai gelisah, sehingga ia mengerutkan kening dan melemparkan ponselnya ke samping. Kemudian menyalakan lampu kamar mandi dan mencuci wajahnya dengan air dingin.     

Sampai ketika suara aliran air di seberang telepon berhenti lagi, Ye Fei berkata dengan lembut, "Besok siang aku akan pergi ke hotel untuk bertemu denganmu."     

"Iya." Suasana hati Su Mohan sedikit membaik.     

Keduanya terdiam beberapa saat. Ye Fei meremas selimut dengan jari-jarinya, kemudian menggigit bibir dan berkata dengan sedih, "Su Mohan."     

"Hm?"     

"Sepertinya aku … merindukanmu."     

Su Mohan terdiam beberapa saat dan berbisik, "Aku tahu."     

Ye Fei mengatupkan mulutnya karena tidak puas akan jawaban pria itu. 'Aku tahu'? 'Aku tahu?! Cuma itu?!'     

Ye Fei mengatakan bahwa ia sedang merindukan pria itu, tapi Su Mohan hanya menjawab singkat. Apa-apaan?!     

Baru saja Ye Fei merasa sangat tersentuh ... Tapi kemudian pria itu ternyata ...     

"Aku akan pergi tidur!" kata Ye Fei dengan nada sedikit tinggi.     

"Iya."     

Mendengar jawabannya, Ye Fei menutup telepon dengan marah dan melemparkan ponselnya ke samping, kemudian melihat jam di dinding. Saat itu baru pukul delapan malam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.