Mencuri Hati Tuan Su

Kamu Terlalu Banyak Bicara Hari Ini



Kamu Terlalu Banyak Bicara Hari Ini

2Air mata yang telah Ye Fei tahan akhirnya keluar lagi sekarang. Karena aula terlalu sunyi, Ye Fei takut mengganggu tamu lain dan membuat Xiang Tianqi merasa sedih, jadi Ye Fei berlari keluar dengan mulut tertutup, dan tidak ingin berada di tempat yang membuat hati sesak dan menyedihkan itu.     

Hujan masih turun di luar, dan genangan air di jalan memercik setiap Ye Fei melangkah.     

Ketika Ye Fei berlari keluar, akhirnya ia tidak bisa menahan tangis. "Alai, maafkan aku ... Maafkan aku ... Seandainya aku menemukan seseorang untuk menyelamatkanmu lebih awal, seandainya aku tidak begitu egois, mungkin kamu tidak akan mati ... Aku benar-benar minta maaf."     

Seluruh tubuh Ye Fei dengan cepat basah kuyup, dan rambutnya yang basah menempel di wajah mungilnya, membuat wajahnya yang pucat semakin menonjol.     

Air mata dan hujan bercampur menjadi satu, sesekali guntur dan kilat di langit membuat Ye Fei merasa semakin menyalahkan diri sendiri. Kematian Alai sangat membebani hatinya, membuatnya hampir tidak bisa bernapas.     

Ye Fei tidak pergi terlalu jauh, ia berjalan puluhan meter di sepanjang tangga di depan Hotel Santon. Ada gelombang musik sedih dari dalam hotel, yang tampaknya merupakan langkah acara selanjutnya.     

Ye Fei duduk di sepanjang tangga, membenamkan kepalanya di lutut dengan tangan dan masih menangis, membiarkan hujan membasuhnya untuk menyadarkan.     

Sejak Ye Fei keluar dari hotel, sebuah Bentley tidak jauh mengikutinya dengan perlahan.     

Chu Zheng memandang Ye Fei yang tersesat dalam hujan, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara, "Tuan, itu adalah Nona Ye."     

Su Mohan tetap diam dan tidak bergerak, namun matanya terus tertuju pada sosok samar itu.     

Chu Zheng tidak mengerti kenapa Su Mohan tidak bergerak sampai sekarang. Setelah sekian lama, dengan hujan yang semakin lebat, ia khawatir Ye Fei pasti akan jatuh sakit.     

"Tuan, Nona Ye pasti akan jatuh sakit jika terus seperti itu. Dia sudah terluka sebelumnya …"     

"Kamu terlalu banyak bicara hari ini." Su Mohan berkata dengan suara yang dalam, mengalihkan pandangannya dan menyipitkan mata untuk melihat Chu Zheng yang duduk di depan.     

Hati Chu Zheng menegang, tubuhnya menjadi kaku, kedua tangannya yang tadi saling memegang erat dilepaskan. Pada akhirnya Chu Zheng tidak mengatakan sepatah kata pun.     

Awan kabut melintas di mata Su Mohan. Ia mengalihkan pandangannya ke Ye Fei lagi. Sampai ketika hujan semakin deras, angin menderu, dan kilat serta guntur di langit hampir seperti ingin menelan orang, baru kemudian Su Mohan membuka pintu dan turun dari mobil.     

Chu Zheng yang tadinya tegang kemudian mulai menjadi lebih tenang. Ia mendengar Su Mohan berbicara lagi, "Kalian pergi saja lebih dulu."     

"Tuan?" Chu Zheng tidak bisa menahan diri untuk tidak membuka mulutnya.     

Mata Su Mohan menjadi gelap lagi, dan ia mengulangi kalimatnya, "Pergi."     

Pengemudi dengan cepat menyalakan mobil. Chu Zheng mengepalkan tinjunya dan tidak berbicara, tapi ia terus memperhatikan sosok kesepian di tengah malam berhujan dari kaca spion.     

Su Mohan menyeberang jalan dan berjalan ke sisi Ye Fei. Ia menatap Ye Fei yang masih duduk di tempat. Pria itu diam untuk beberapa saat kemudian berkata, "Bangun, aku akan mengantarmu pulang."     

Mendengar suaranya, Ye Fei perlahan mengangkat kepala dan menatap pria yang ia kenal di depannya dengan mata redup.     

Su Mohan tidak memegang payung. Ia hanya mengawasi dengan tenang di tengah guntur dan kilat. Tetesan air hujan di pipinya turun, membuat alisnya sedikit mengernyit.     

Ye Fei berdiri, kemudian menoleh dan berjalan pergi. Sepatu hak tingginya masuk ke dalam genangan air. Su Mohan dengan cepat meraih tangan Ye Fei, tapi Ye Fei dengan cepat menyingkirkan tangannya dan berjalan maju tanpa melihat ke belakang. Ia tidak ingin melihat Su Mohan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.