Diibaratkan Seperti Perut Babi
Diibaratkan Seperti Perut Babi
"Ah, baiklah."
Melihat Ye Fei memutar kursi rodanya sendiri dengan penuh perjuangan, Su Mohan kemudian berjalan ke depan dan membantunya menuju ke arah dapur. "Apa yang kamu pikirkan? Aku siap mendengarkannya," katanya.
Ye Fei melihat makanan yang dibawakan oleh pelayan dan menjawab sambil menyeringai, "Aku hanya berpikir jika Ye Ya tahu tentang pembatalan pernikahan kalian, dia pasti akan sangat marah. Selama aku memikirkan amarahnya nanti, suasana hatiku semakin baik."
Su Mohan mengerutkan kening dan tidak mengatakan apa-apa. Ia memerintahkan pelayan untuk pergi dan menyajikan semangkuk nasi untuk Ye Fei. Ia sudah membatalkan pernikahannya. Bukankah wanita ini harusnya senang karena ia sudah tidak memiliki kontrak pernikahan lagi? Tapi ternyata dia hanya memikirkan wanita lain yang tidak relevan itu.
Su Mohan jelas menyadari jika status lajangnya tidak lebih menarik daripada kesengsaraan Ye Ya untuk membuat Ye Fei bahagia. Wajahnya sedikit tertekuk. Ia meletakkan mangkuk di depan Ye Fei sambil sedikit dibanting.
Ye Fei jelas tidak memperhatikan apa yang Su Mohan pikirkan, dan ia masih bersikap arogan. "Su Mohan, menurutmu bagaimana reaksi Ye Ya ketika ia mengetahui kalau daging berlemak yang sudah hampir masuk ke dalam mulutnya tiba-tiba jatuh?"[1][1]
Su Mohan yang baru saja mengambil sumpit langsung membanting sumpitnya ke atas meja.
Ye Fei tampak sedikit tersesat karena tindakannya, tidak mengerti apa yang terjadi pada pria itu. Apakah Su Mohan tiba-tiba menyadari sikap Ye Ya yang picik, egois, dan berpikiran sempit, sehingga tiba-tiba membuatnya jijik?
"Ah … Su Mohan, apa yang kamu lakukan?" Ye Fei merasa kakinya melayang dan tak menjejak apapun lagi. Kemudian ia menyadari dirinya sudah berpindah dari kursi roda ke pangkuan Su Mohan.
Wajahnya langsung tersipu dan dengan cepat menolehkan kepalanya untuk melihat ke arah pelayan di sekitarnya. Ketika ia melihat area di sekitarnya kosong, ia teringat bahwa para pelayan baru saja pamit keluar.
"Menurutmu siapa yang makan daging berlemak?" Su Mohan bergumam. Ia sedikit khawatir pada Ye Fei yang terlalu fokus pada Ye Ya. Apakah wanita ini benar-benar tidak menyadari bila ia baru bisa menikah dengannya karena statusnya sudah lajang?
"Eh …" Ye Fei tiba-tiba menyadari kalau tadi sangat bahagia, sehingga ia tidak sengaja mengatakan sesuatu yang mungkin membuat Su Mohan merasa tersinggung dengan istilah tersebut.
"Hm?" Su Mohan bertanya dengan suara dingin.
Ye Fei buru-buru berbalik dan memeluk leher Su Mohan, dengan tegas membela diri, "Su Mohan, kamu tidak boleh marah soal hal ini. Lihatlah rumah tempat kamu tinggal dan semua asetmu. Bukankah kamu kaya raya dan sudah jadi orang sukses? Jadi daging berlemak sebenarnya adalah hal yang bagus. Lagi pula, apa salahnya dengan lemak? Lemak sangat bergizi dan sehat! Lemak adalah makanan favoritku sejak masih kecil!"
Ada senyum dingin di wajah Su Mohan, membuat Ye Fei yang melihatnya sedikit ketakutan.
Sebelum ia sempat kembali bersikap normal, Su Mohan memanggil pelayan entah dari mana dan langsung berkata, "Pergi dan panggang sepiring daging berlemak. Nona Ye menyukainya. Di masa depan, aku akan selalu menyiapkan porsi terpisah untuknya."
"Baik, Tuan Muda." Pelayan itu berbalik dan pergi.
Ye Fei langsung tercengang dan berteriak pada pelayan, "Jangan! Jangan panggang dagingnya! Aku tidak memiliki nafsu makan yang sangat baik akhir-akhir ini. Aku …"
Sayangnya pelayan itu mengabaikannya begitu saja. Di sini, kata-kata Su Mohan bagaikan perintah dari seorang kaisar, meskipun Ye Fei adalah wanitanya. Bahkan dalam istana zaman kuno, para pelayan pasti tahu siapa tuan yang sebenarnya.
Ye Fei takut setelah pelayan itu membawakan sepiring daging berlemak, Su Mohan memaksanya untuk memakan sampai habis. Ye Fei pun buru-buru mengakui kesalahannya.
"Su Mohan, aku tahu aku salah. Aku seharusnya tidak membuatmu tersinggung dengan mengatakan soal daging berlemak. Seharusnya aku mengatakan bahwa kamu bisa diibaratkan seperti perut babi dengan kualitas yang paling bagus. Bagaimana mungkin kamu dibandingkan dengan daging berlemak? Aku juga mengakui kalau niat awalku ketika mendekatimu sangat buruk. Saat aku pertama kali keluar dari penjara, aku hanya memikirkan tentang bagaimana cara untuk membalas dendam …"
[1] Perumpamaan: Mengacu pada kegagalan ketika segala sesuatunya mendekati kesuksesan.