Membawamu ke Suatu Tempat
Membawamu ke Suatu Tempat
Pikiran Ye Fei kacau. Apa yang harus ia lakukan?
Haruskah ia mengklaim kembali bagian dari properti itu? Atau haruskah ia pindah kembali ke rumah keluarga Ye? Tapi jika ia pindah kesana, bagaimana ia harus menghadapi wajah-wajah itu?
Su Mohan dengan lembut memeluknya dan berkata, "Jangan khawatir, pikirkan secara perlahan."
Ye Fei mengangguk, tanpa ia sadari matanya sedikit lembab. "Su Mohan, apakah suatu hari nanti kamu tidak menginginkanku lagi?"
"Tidak mungkin." Su Mohan menurunkan pandangan, menatap Ye Fei, seolah ia telah berjanji.
Dua hari kemudian adalah hari dimana Ye Fei dipulangkan. Menurut Su Mohan, ia berencana membiarkan Ye Fei tinggal di rumah sakit selama beberapa hari lagi untuk observasi. Tapi kaki Ye Fei dibungkus dengan perban dan hampir tidak bisa berjalan, apalagi dia sedang dikurung di rumah sakit. Ye Fei tidak sanggup menahan semua itu.
Su Mohan tidak bisa memaksa. Pada akhirnya ia harus menganggukkan kepalanya untuk menyetujui permintaan Ye Fei. Jadi Ye Fei bangun pagi sekali hari itu. Seolah-olah telah mengonsumsi ganja, ia merasa sangat senang.
Su Mohan membeli kursi roda dan meletakkannya di samping tempat tidur. Dalam beberapa hari terakhir, ia menggunakannya untuk membawa Ye Fei berkeliling.
"Hari ini dingin, pakailah lebih banyak baju sebelum keluar," kata Su Mohan sambil membantu Ye Fei memakai mantelnya.
Ye Fei mengangguk dan memandang pria di depannya sambil tersenyum. Bahkan, ia merasa Su Mohan tidak sekejam yang orang lain pikirkan. Meskipun, tentu saja, ada beberapa pengecualian.
Setelah berpakaian, Su Mohan mengangkat Ye Fei dari tempat tidur dan meletakkannya di kursi roda dengan hati-hati. Ia sepertinya takut Ye Fei akan kedinginan, jadi ia meletakkan selimut tipis di pangkuannya.
Su Mohan mendorong Ye Fei ke dalam lift, diikuti oleh dua pengawal yang membawa beberapa kotak, dan mereka dengan cepat keluar dari pintu rumah sakit.
Tapi begitu ia keluar, Ye Fei merasa agak konyol. Terlihat dua baris pria berseragam hitam berdiri sepanjang perjalanan dari pintu masuk rumah sakit. Ia pun berkata, "Su … Su Mohan, orang-orang ini …"
"Jangan pedulikan mereka." Su Mohan mendorong Ye Fei keluar dari pintu rumah sakit tanpa mengubah ekspresi wajahnya. Dan ketika ia masuk ke dalam mobil, ia melihat sesosok tubuh yang tampak seperti petinggi rumah sakit di pintu depan rumah sakit.
Ye Fei sesaat menjadi sedikit bingung. Sebelum ia kembali sadar, ia sudah dibawa ke dalam mobil oleh Su Mohan dan pria itu menutup pintu mobil dengan hati-hati.
"Su Mohan, kenapa aku merasa orang-orang ini melakukan hal yang besar dan sangat penting hari ini?" Ye Fei tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya.
"Aku akan membawamu ke suatu tempat," kata Su Mohan dengan sungguh-sungguh.
Mobil melaju dengan mulus sepanjang jalan, namun Ye Fei selalu mengatupkan bibirnya dengan erat karena tindakan Su Mohan yang seolah-olah membujuk namun sedikit memaksa itu. Apalagi Su Mohan menolak untuk memberitahunya kemana mereka akan pergi.
Pada akhirnya, Ye Fei berhenti bertanya. Ia hanya menundukkan kepala dan memainkan semua jenis permainan dalam ponsel. Dengan adanya Su Mohan di sisinya, ia merasa sangat senang untuk melewati semuanya, sehingga Ye Fei dengan cepat melupakan pertanyaan yang ia tanyakan sebelum ini.
Mobil melaju dalam waktu yang lama. Sekitar satu setengah jam kemudian, kecepatannya perlahan melambat.
"Kita hampir sampai, berhenti bermain." Setelah Su Mohan mengambil ponsel Ye Fei, tidak tahu sejak kapan Su Mohan mengeluarkan sebuah pita dan mengikatnya langsung ke kepala Ye Fei untuk menutupi matanya. Ye Fei terkejut dan ia hanya memperhatikan kegelapan yang ada di depan matanya.
Dan karena kegelapan yang tiba-tiba ini, dunianya menjadi sunyi. Ia bahkan bisa mendengar jantung kecilnya berdetak dengan jelas, membawa sebuah harapan yang tidak bisa dijelaskan.