Kepuasan
Kepuasan
Karena ia takut suasana di antara mereka akan berubah canggung setelah ini, begitu suara air di kamar mandi satunya berhenti, Ye Fei langsung naik ke tempat tidur, menarik selimut, kemudian pura-pura tidur.
Ketika Su Mohan keluar, ia menyadari bila lampu di ruangan itu telah dimatikan dan hanya lampu dinding di sisi lain tempat tidur yang masih menyala, seolah-olah Ye Fei sengaja membiarkannya menyala.
Secercah kegembiraan menyebar di dalam dadanya dan terpancar melalui matanya. Setelah mengeringkan rambut, Su Mohan berbaring di samping Ye Fei.
Beberapa saat kemudian, ruangan kembali sunyi, hanya ada terdengar suara dua napas yang teratur. Ye Fei membuka matanya dalam kegelapan, masih memikirkan pertanyaan di dalam hatinya.
Apakah Su Mohan benar-benar merasa tertarik pada dirinya, atau apakah Su Mohan mengatakan semua itu hanya demi menaklukkan dirinya?
Ye Fei membalikkan badan dan memunggungi Su Mohan. Kini ia membuka mata dan berpikir sejenak. Namun setelah lebih dari sepuluh menit berlalu, ia masih tidak mendapatkan jawaban apapun, sehingga Ye Fei harus berulang kali menekan perasaan gelisah dalam hatinya yang semakin menjadi-jadi, kemudian menutup mata lagi, berusaha tidur.
Tapi begitu ia memejamkan mata, bagian belakang tubuhnya bisa merasakan kehangatan. Tubuh yang hangat dan kuat memeluknya dengan erat dari belakang.
Tubuh Ye Fei menegang karena terkejut dan ia memperhatikan tangan besar yang melingkar di pinggangnya. Untuk sementara waktu, Ye Fei lupa caranya bereaksi. Ia hanya mengedipkan matanya perlahan.
Meskipun ia dan Su Mohan telah melakukan hubungan badan berkali-kali sebelum ini,, tapi pertanyaan yang bermunculan dalam hati membuat semuanya terasa berbeda dari sudut pandangnya. Ye Fei mulai merasakan hatinya bimbang dan memikirkan perilaku Su Mohan berulang kali.
Mau tak mau Ye Fei berpikir apakah pria itu sebenarnya menginginkannya? Ataukah Su Mohan hanya tidak sengaja berguling dan meingkarkan lengan pada tubuhnya?
Ye Fei membuka matanya dan menunggu selama beberapa saat, tapi pria di belakangnya tidak bergerak sama sekali. Apalagi, karena tubuh mereka saling menempel dan Ye Fei merasakan kehangatan dari Su Mohan, kini Ye Fei berangsur-angsur merasa mengantuk, kemudian secara bertahap tertidur dalam keadaan batin yang masih kacau.
Su Mohan jelas punya gairah yang lebih tinggi daripada Ye Fei yang saat ini berada dalam pelukan hangatnya. Semua itu tentu saja membangkitkan hasratnya, tapi hasrat itu tersisih oleh perasaan puas karena hal lain.
Dengan hanya memeluknya seperti ini, Su Mohan merasa hatinya begitu penuh, tidak ada perasaan kosong dan penolakan, serta rasa asing dari Ye Fei selama dua minggu terakhir, membuat Su Mohan merasa momen ini tampak berharga.
Kali ini, keduanya tidur dengan sangat nyenyak. Di pagi hari, mereka sempat bangun dan kembali tidur lagi. Barulah setelah jam menunjukkan pukul delapan, mereka baru memiliki niat untuk benar-benar bangun.
Karena cuaca semakin dingin, Su Mohan tidak mendesak Ye Fei untuk bangun. Namun ia mandi terlebih dahulu lalu meletakkan sarapan milik Ye Fei di atas nampan dan menaruhnya di tempat tidur.
Ye Fei duduk di tempat tidur sambil melihat sosok Su Mohan yang sibuk dengan mata mengantuk. Ia merasa seperti sedang bermimpi. Bahkan jika yang ia alami sekarang adalah mimpi, Ye Fei tidak ingin bangun dari tidurnya.
Su Mohan mondar-mandir beberapa kali dan akhirnya meletakkan meja makan kecil di atas tempat tidur. "Kalau makanannya masih kurang, nanti akan kuambilkan lagi."
Su Mohan melirik Ye Fei yang masih sedikit mengantuk. Ia berbicara dengan lembut dan meletakkan cangkir berisi susu yang hanya setengah di depannya.
"Hm." Ye Fei mengangguk kemudian bersenandung lembut. Tapi suara itulah yang menyebabkan gerakan Su Mohan terhenti.
Sejak hari dimana Ye Fei mengabaikannya selama beberapa hari, Su Mohan tidak mengerti bagaimana ia bisa menolerir seorang wanita yang telah memperlakukannya seperti itu. Tapi yang ia tahu adalah, pada saat ini, dibandingkan dengan mendapatkan keuntungan puluhan miliar, ia yang sekarang merasa sangat bahagia.