Spin Off - Ashley (29) \'Usaha Melarikan Diri\'
Spin Off - Ashley (29) \'Usaha Melarikan Diri\'
Tapi disaat dia mencoba untuk menggerakkan ototnya, seketika otaknya menjadi beku begitu merasakan sesuatu mengekang tangannya di belakang punggungnya.
Seketika, Ashley terbangun dan mencoba menggerakkan tangannya lebih kuat namun dia tidak bisa mengeluarkan tangannya dari ikatan tali itu.
Pada akhirnya dia Ashley memutuskan untuk berdiam diri barang sejenak sambil mengingat kembali apa yang telah terjadi padanya.
Dia ingat dia bekerja di kantor seperti biasa, lalu dia turun ke bawah untuk mengantarkan amplop penting atas perintah pamannya. Setelah itu, ada seseorang berpakaian rapi seakan pria itu bekerja di kantor perusahaan pamannya mencegatnya.
Kemudian…
Dia tidak ingat apa yang terjadi setelah itu.
Apakah mungkin… dia telah diculik?
Kedua tangan serta kakinya diikat tali sementara mulutnya disumpal dengan kain yang digulung menjadi seperti bola.
Kini rahangnya terasa sakit karena harus membuka mulut selama entah berapa lama mulutnya dibiarkan dalam keadaan terbuka.
Pergelangan tangannya juga terasa nyeri karena betapa eratnya ikatan tali tersebut, sementara itu otot lengan kanannya terasa seperti kesemutan karena posisi tidurnya yang tidak nyaman.
Hhhh…
Ajaibnya, Ashley sama sekali tidak merasa syok ataupun takut saat menyadari dia diculik. Mungkin karena sebelum ini dia pernah mengalami hal yang lebih mengerikan dari ini, Ashley tidak terlalu panik sehingga dia masih bisa berpikir jernih.
Ashley menggerakkan tubuhnya agar dia bisa bangkit dan duduk agar matanya bisa melihat situasi di sekitarnya.
Ruangan ini memang tidak memiliki lampu dan cukup gelap, tapi matanya mulai terbiasa akan kegelapan dan dia mulai bisa sedikit melihat situasi tempat ini berkat cahaya rembulan yang masuk dari jendela atas.
Ashley menduga tempat ini merupakan sebuah gudang tak terpakai karena terdapat rak kabinet besi yang menjadi tempat penyimpanan kardus-kardus kotor. Sarang laba-laba memenuhi tiap sudut ruangan dan Ashley merasa dirinya berada di dalam rumah yang sudah lama tidak dibersihkan.
Dia terus menyelidiki seluruh isi ruangan hingga matanya menangkap sebuah jendela kaca di atas sisi kanannya. Kaca tersebut telah pecah dan ada bekas pecahannya dari bawah.
Ukuran lubang jendela tersebut cukup besar dan tubuh Ashley mungkin muat untuk keluar melalui celah tersebut.
Ashley mengerling sekali lagi untuk mencari sesuatu yang bisa membuatnya melepaskan ikatan tali pada tangan serta kakinya dan dia melihat ada pecahan kaca di bawah persis jendela kaca yang pecah tersebut.
Ashley kembali membaringkan diri dengan posisi tubuh mengkurap kemudian menggerakkan pinggulnya untuk menggeser tubuhnya kedepan.
Posisinya saat ini tampak seperti ulat daun yang berjalan diatas daun dengan dua tangan terikat di belakang punggung serta dua kaki yang terikat.
Dia hanya memakai kaos turtle neck berlengan pendek dengan celana paper back yang dihiasi tali pada pinggangnya. Sepatu boots yang biasa dikenakannya menghilang entah kemana dan kini kulit kakinya menjadi perih terkena gesekan lantai yang kasar.
Ashley tidak peduli dengan rasa sakit itu dan terus merayap ke tempat pecahan kaca tersebut.
Kemudian, dia kembali duduk dan mencoba mengambil pecahan kaca dengan tangannya.
Dia berusaha menahan erangan sakitnya saat merasakan sesuatu tajam menggores kulit jemarinya agar tidak mengundang perhatian penculiknya. Dengan bersusah payah, Ashley mengambil potongan kaca tersebut lalu menggeseknya ke arah tali yang mengikatnya.
Dia bisa merasakan keringat keluar dari seluruh tubuhnya dan ada sebuah cairan hangat mengalir dari kulit jemarinya. Tanpa kenal lelah, Ashley terus menggeseknya hingga merasakan ikatan tali tersebut mulai melonggar.
Ashley melepaskan pecahan kaca tersebut lalu beristirahat sebentar untuk mengambil napas yang panjang. Kemudian, dengan sekuat tenaga, Ashley menghentakan kedua tangannya kedua sisi yang berbeda dan ikatan tali pada pergelangan tangannya terputus.
Tanpa menunggu waktu ataupun merasakan sakit pada tangannya, Ashley kembali mengambil pecahan kaca yang sama dan memutuskan tali pada pergelangan kakinya.
Kemudian dia mengambil beberapa kardus dan meletakkannya di atas meja yang berada di bawah persis jendela kaca. Dia memastikan kardus-kardus tersebut diisi dengan benda-benda padat untuk menopang tubuhnya.
"Hei, apakah kita tidak boleh menyentuhnya?"
Ashley semakin bergerak dengan cepat namun berhati-hati agar tidak menimbulkan suara saat mendengar seseorang berbicara dari luar.
"Tidak boleh. Jika kita menyentuhnya, kita tidak akan mendapatkan bayaran."
"Ah, sayang sekali. Padahal dia sangat cantik sekali."
"Apa boleh buat. Ini perintah dari Tuan Grey."
Deg!
Tuan Grey? Siapa?
Jantung Ashley berdebar-debar namun tangan serta kakinya tidak berhenti bekerja untuk menyusun kardus-kardus tersebut.
Pikirannya bertanya-tanya anggota keluarga yang mana yang tega menculiknya dan apa tujuan orang itu menyewa orang-orang untuk menculiknya?
Setelah dirasanya kardus-kardus tersebut cukup tinggi untuk menggapai jendela atas, Ashley memanjat meja dan naik ke kardus.
Untungnya, tangannya bisa meraih ke kusen jendela dan dia bisa melomoat dan menghentakkan kakinya hingga tubuhnya mencapai ke kusen jendela tersebut.
Sayangnya, saat dia menghentakkan kakinya diatas kardus, salah satu kardus oleng dan terjatuh ke lantai menimbulkan suara yang keras.
Tanpa pikir panjang, Ashley langsung bergerak untuk melompat keluar tanpa disadarinya, kakinya menginjak pada bekas pecahan kaca yang berdiri tegak pada pinggiran luar kusen jendela.
Ashley mengerang kesakitan saat merasakan sesuatu menusuk masuk hingga menembus telapak kakinya, namun dia tidak peduli dan mendorong tubuhnya keluar saat itu juga saat mendengar suara kunci yang terbuka.
"Hei! Dia melarikan diri!"
Untungnya, ruangan tempat dia dikurung tidak berada di lantai atas, melainkan di lantai dasar, sehingga Ashley tidak harus melakukan lompatan bunuh diri.
Meskipun begitu, terjatuh dari atas ketinggian sekitar dua meter, tetaplah menyakitkan. Terlebih lagi Ashley bukanlah seorang atletis dan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan luka dan darah.
Ashley tidak memiliki waktu untuk bermanja ataupun memijat bagian tubuhnya yang memar. Dia harus berlari dari tempat ini sebelum para penculiknya menyusulnya.
Dia terus berlari kencang sambil mengeluarkan air mata. Dia memaksa tubuhnya sendiri untuk berlari membuatnya ingin menjerit karena telapak kakinya yang kesakitan.
Ashley tidak mengenal tempat ini dan dia juga tidak tahu jalan keluar dari area ini. Dia merasa seperti didalam hutan namun masih ada beberapa reruntuhan bangunan di kedua sisinya.
Sepertinya, area tempat ini sudah tidak berpenghuni lagi sehingga sangat tepat untuk dijadikan markas penjahat.
Ashley terus berlari lurus hingga mendengar suara seekor burung elang.
Tanpa menghentikan langkahnya, Ashley memandang ke atas ke arah burung tersebut. Burung elang bewarna putih itu… apakah mungkin Falcon?
Tiba-tiba saja burung tersebut berbelok ke kanan dan Ashley mengikutinya dari bawah karena dia berpikir burung tersebut adalah burung elang milik raja biru.
Hanya saja…
"Hei! Jangan lari kau!"
Kenapa para penculiknya begitu cepat menyusulnya? Padahal dia sudah berlari sekencang mungkin tapi kenapa dia masih tidak bisa lepas dari kejaran mereka?
Pasti gara-gara kakinya yang terluka sehingga tanpa disadarinya kecepatan berlarinya semakin berkurang seiringnya berjalannya waktu.
Brug!
Tiba-tiba kakinya tersandung oleh sesuatu membuatnya terjatuh dan saat itu juga energinya menguap tanpa bekas. Dia sudah tidak memiliki tenaga lagi karena luka pada kaki dan tangannya.
Dulu Ashley memang pernah belajar ilmu bela diri selama setahun, tapi setelahnya dia tidak berlatih dan bermalas-malasan. Dan disaat dia diculik bersama Chleo di dunia Vectis, Ashley juga tidak terluka dan sanggup berlari hingga berjam-jam untuk menghindari musuh.
Tapi…
Saat ini kaki serta tangannya terluka dan dia sudah kehilangan cukup banyak darah membuat kepalanya pusing dan lemas.
"Itu dia!"
Ashley menoleh kebelakang saat mendengar suara orang asing tersebut dan dia hanya bisa membisikkan sebuah nama saat melihat belasan orang berlari menghampirinya.
'Chu Jung,'
Wuzzz!
Seketika kobaran api muncul entah darimana dan membakar tanah diantara Ashley dengan sekelompok penculiknya. Kobaran api tersebut memanjang secara horizontal dan kobarannya menjulang tinggi hingga ke angkasa.
Kobaran api tersebut seakan menjadi sebuah dinding pemisah antara posisi Ashley dengan para penculiknya membuat Ashley bernapas lega.
Chu Jung ada disini. Kekasihnya berhasil menemukannya disini.