Chleo Bangun
Chleo Bangun
Jika pria itu bertanya padanya mengenai pertanyaannya ini, Chleo sudah siap akan jawabannya dan dia tidak ragu sedikitpun akan jawabannya.
Hanya saja, pertanyaan yang dilontarkan pria itu sama sekali tidak diduganya dan Chleo juga tidak tahu jawaban apa yang tepat untuknya.
"Jika… Jika seandainya aku yang bertemu denganmu terlebih dulu, apakah kau akan jatuh cinta padaku?"
Chleo tersenyum lemah karena dia tidak pernah membayangkan apa yang akan terjadi jika seandainya dia bertemu dengan Harry terlebih dulu.
Dia mencoba membandingkan pertemuan pertamanya dengan Alexis serta disaat dia bertemu dengan Harry untuk pertama kali.
Saat dia bertemu dengan Alexis, dia merasa nyaman dan untuk pertama kalinya dia tidak bersikap waspada pada orang asing. Alexis adalah orang yang sanggup memasuki hatinya tanpa bisa ia cegah.
Sementara pertemuannya dengan Harry dimulai tidak dengan bagus. Dia mabuk dan pria itu membawanya pulang ke rumah pria itu tanpa seizinnya. Butuh waktu berhari-hari bagi pria itu untuk membuatnya mau berteman dengannya.
Chleo tidak tahu apakah dia akan jatuh cinta pada Harry jika seandainya pria itu yang bertemu dengannya terlebih dulu, tapi dia tahu satu hal. Dia akan lebih cepat jatuh cinta pada Alexis yang tanpa usaha sanggup memasuki hatinya daripada Harry yang membutuhkan berhari-hari untuk membuatnya bersedia berteman dengannya.
"Aku tidak tahu… Aku rasa… aku tetap akan jatuh cinta padanya… meskipun aku bertemu denganmu terlebih dulu. Tapi… uhuk…uhuk…." Chleo sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit dan mencegah gumpalan darah yang keluar dari mulutnya.
Chleo sudah berusaha keras untuk menjaga kesadarannya dan tidak memejamkan matanya. Tapi apa daya, begitu dia mengeluarkan gumpalan darah lainnya, seketika kesekelilingnya menjadi gelap.
Dia mencoba berbicara, tapi tidak ada suara pada mulutnya. Dia mencoba menggerakan tubuhnya, tapi dia sama sekali tidak merasakan otot-otot tubuhnya.
Apakah kali ini dia benar-benar mati? Apakah dia sudah menghembuskan napas terakhirnya sebelum dia sempat memberitahu perasaannya pada pria itu?
Chleo menangis. Dia menangis didalam kegelapan tanpa cahaya. Dia bahkan tidak bisa melihat tubuhnya sendiri ataupun merasakan tangannya yang sudah ia coba untuk ia gerakkan.
Dia bahkan merasa sepertinya sebentar lagi, pikirannya sendiri juga akan tenggelam dalam kegelapan ini.
'Papa, mama, Diego, aku harap kalian tidak terlalu bersedih saat mengetahui aku sudah tidak ada disini.'
'Harry, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf karena telah melukai perasaanmu berulang kali selama dua tahun ini. Jika seandainya kita bertemu lagi di kehidupan berikutnya, aku ingin bertemu denganmu terlebih dulu. Aku ingin jatuh cinta padamu dan bersamamu.'
Aku mencintaimu.
Tepat saat itulah, Chleo sudah tidak bisa berpikir lagi karena jiwanya sudah menghilang dari tubuhnya seutuhnya.
-
Suara musik yang memainkan alunan melodi yang sangat indah membangunkan Chleo dari tidur cantiknya.
Kedua kelopak matanya terbuka dan ada bekas air mata di kedua ujung matanya.
Napasnya agak sedikit tersengal-sengal seakan dia baru saja berlari sepanjang seratus meter tanpa henti.
Chleo bangun menegakkan tubuhnya dengan enggan sambil mengusap air matanya dari pipinya. Dia membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya lalu menelan ludahnya dengan susah payah.
Awalnya dia ingin mengelap kering air matanya, tapi malahan air matanya bercucuran dengan deras tanpa bisa ia hentikan.
Sedikit demi sedikit isakan mulai terdengar dari mulutnya dan seketika dadanya menjadi sesak. Chleo memukul dadanya dengan kepalan tangannya sambil meredakan tangisannya.
Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan muncul seorang wanita yang hampir mencapai usia lima puluh tahunan muncul dengan senyuman lebar.
"Selamat pa…" namun senyuman itu lenyap seketika saat melihat wajah Chleo bersimbah air mata serta tangannya yang terus-menerus memukul dadanya sambil menahan isakannya.
Nyonya besar Catherine Regnz segera menutup pintu kamar putrinya dan berjalan untuk duduk disebelah putrinya.
"Sayang, ada apa? Kenapa kau menangis?" Hati Cathy turut merasa sedih melihat betapa sedihnya putrinya terlebih lagi saat isakan Chleo menjadi lebih keras begitu Cathy memeluknya.
"Ma…mama…Sakit…"
"Sakit? Apa yang sakit? Dimana? Ayo kita pergi ke rumah sakit sekarang." Cathy tidak bisa tidak panik melihat ekspresi penderitaan putrinya.
Chleo segera menggelengkan kepalanya karena tidak ingin pergi ke rumah sakit. Dia tahu, dokter manapun tidak akan sanggup menyembuhkan rasa sakit yang dirasakannya saat ini.
Padahal Chleo sudah memantapkan hati sebelumnya. Dia yakin dia akan bisa mengatasinya dengan baik disaat ingatannya akan masa lalu muncul.
Tapi dia sama sekali tidak menyangka, seluruh kenangan akan masa lalunya akan langsung keluar ke permukaan sekaligus tanpa memberinya kesempatan untuk mencerna ataupun beristirahat.
Dia ingat betul apa-apa saja yang dialaminya disaat rambutnya bewarna merah. Dia ingat dia pernah mati tenggelam dibawa arus sungai deras namun diselamatkan oleh tranfusi energi kehidupan dari raja merah.
Chleo juga ingat dia takut akan ketinggian serta fobia air akut. Dia tidak pernah tahu bahwa fobia airnya begitu besar disaat dia menghadiri ujian praktikum sekolahnya.
Semenjak dia tenggelam dan mengalami kram pada kedua kakinya, Chleo tidak pernah sekalipun mau menjeburkan kakinya kedalam air.
Dia juga ingat perasaannya terhadap Alexis. Dia sangat mencintai pria itu dan rela melakukan apapun demi bersama pria itu. Dia bahkan tega menyakiti kedua orangtuanya dan melarikan diri dari rumah hanya demi menunjukkan pada Alexis bahwa dia sanggup memilih pria itu dibandingkan keluarganya.
Chleo juga ingat betapa besarnya kebencian terhadap suaminya, Harry McKenzie serta perasaan bersalahnya terhadap pria itu.
Semua kenangannya di kehidupannya sebagai Chleo berambut merah terasa begitu kuat didalam pikirannya, seolah dirinyalah yang mengalaminya semua itu.
Segala perasaan takut, benci serta gelisah yang pernah dialaminya di masa lalu seolah sanggup menutupi perasaan sukacita yang dipenuhi tawa yang dialaminya di masa sekarang.
Tanpa disadarinya, perasaannya terhadap Axelard serta Alexis mulai goyah. Di satu sisi dia mencintai Axelard, namun dia merasa bersalah dan tidak yakin apakah dia masih diperbolehkan bersama pria itu.
Sementara perasaannya terhadap Alexis…
Dia tahu, Alexis di masa lalu telah melakukan kesalahan karena rencana balas dendamnya. Tapi Alexis yang sekarang… hubungan pemuda itu bahkan sangat baik dihadapan keluarganya.
Ayahnya, ibunya serta Diego juga menyukai pemuda itu.
Alexis di masa lalu sudah cukup banyak menderita dan tidak bisa hidup bahagia dengan damai.
Apakah Chleo akan membiarkan Alexis juga tidak mendapatkan kebahagiaannya di kehidupan ini?
Chleo memang mencintai Axelard, tapi disaat bersamaan… dia masih mencintai Alexis sepenuh hatinya.
Terlebih lagi, dia lebih merasa bersalah terhadap Alexis karena melalui tangannyalah, dia merenggut nyawa pemuda itu melalui racun.
Chleo mencengkeram kain baju ibunya sambil membenamkan wajahnya dan mencurahkan segala kebingungan, kesedihan yang ada didalam hatinya.
Cathy merasa kebingungan dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada putrinya. Tapi saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah memeluknya dan menemani putrinya.
>>>>> From author
Halo para pembacaku tercinta. Saya mau minta bantuan kalian dong. Kalau misalkan kalian punya koin lebih, tlg beli privi The Flame Queen And Her Sly Lover ya. Beli yg tier 1 aja cuman 1 koin.
Ga nyangka sudah mencapai lebih dari 200 privi. Mau coba aim 500 nih, biar dapat feature dri WN, dan Kinsey-Katie menjadi lebih dikenal di global.
Tlg bantuin babang Kinsey and Katie dong dengan cara beli privi tier 1 di Flame queen.
Klo berhasil mencapai 500 privi readers. Saya akan up Axel-Chleo 3 bab di tanggal 1 November :beaming_face_with_smiling_eyes::beaming_face_with_smiling_eyes::beaming_face_with_smiling_eyes:
Mohon dukungannya ya, dan saya tunggu support kalian :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:
Salam ketjub basah ala Chleo
Muach muach muuuuuaaaaach!!