Tebakan Diego
Tebakan Diego
'Hai, Chleo, apa kabarmu? Aku akan kembali tanggal lima belas nanti, apa kau bisa menjemputku?'
Tanpa bisa dicegahnya, ingatan Chleo menerawang ke tahun lalu dimana dia sedang berkencan dengan Alexis di bianglala, the Great Wheel, Seattle.
'Saat aku kembali, bisakah kau menjemputku? Bila saat itu tiba, jika kau menerima perasaanku, pakailah ini di hari kau menjemputku. Saat itu aku akan tahu jawabanmu.'
Apakah itu berarti, dia harus memberi jawaban disaat dengan memakai kalung atau tidak saat dia menjemput Alexis di bandara?
Kalau seandainya ingatannya belum kembali, dia yakin dia bisa menjemput Alexis dengan hati lapang serta mengembalikan kalung tersebut. Dia yakin dia sanggup menolak pria itu, tapi…
Sekarang ingatannya telah kembali dan kenangan disaat dia melihat ekspresi kecewa serta syok disaat Alexis hendak mati karena racun pemberiannya, menghantui serta menggerorgoti jiwanya.
Bisakah dia hidup bersama Axelard dengan membawa perasaan bersalah ini? Bisakah dia hidup bahagia memilih Axelard dengan melukai Alexis sekali lagi dan mengubur perasaannya terhadap pemuda itu?
Tapi, kalau seandainya dia memilih Alexis untuk menebus keegoisan serta kesembronoannya di masa lalu, bagaimana dengan Axelard? Apakah dia memiliki hati untuk menyakiti pria itu untuk kesekian kalinya?
Chleo berjalan menuju ke meja rias dimana ada cermin besar menampilkan bayangannya disana.
Chleo merasa dia sedang melihat dirinya di masa ini sementara dirinya adalah Chleo di masa lalu. Dia bahkan merasa pantulan bayangannya di cermin itu memiliki ekspresi yang berbeda dengan dirinya seolah ada dua pribadi yang berbeda di dalam kamarnya.
'Apa lagi yang kau ragukan?'
Chleo terkesiap saat melihat pantulan bayangannya di cermin bergerak meskipun dirinya tidak sedang berbicara.
'Kau sudah tidak ada di dunia ini lagi. Jangan rebut kehidupanku yang sekarang. Jangan ambil kebahagianku!'
"A…Aku tidak mengambil kebahagianmu."
'Kalau begitu kenapa kau mendiamkan Axel? Bukankah kau ingin merasakan bagaimana rasanya hidup di tengah-tengah keluarga ini? Bukankah kau merasa iri padaku? Aku sudah membiarkanmu menikmati semua perasaan bahagia ini, jadi jangan merusaknya.'
Chleo melangkah mundur dan dia menatap ke cermin dengan perasaan ngeri saat melihat pantulan bayangannya sama sekali tidak bergerak.
"Ti… tidak… TIDAK!!!!!"
Seperti orang gila, Chleo membanting barang-barang diatas meja riasnya ke cermin membuat kaca tersebut pecah.
Chleo berharap pantulan bayangan yang memandangnya dengan sinis serta membencinya menghilang dari pandangannya. Entah kenapa dia merasa takut melihat dirinya sendiri seakan pantulannya menatapnya sebagai orang jahat.
"Chleo! Chleo, hentikan nak. Apa yang sudah kau lakukan?"
Chleo sudah banyak melempar segala benda yang ditemukannya memecahkan cermin riasnya tanpa menyadari kehadiran kedua orangtuanya serta adiknya.
Vincent memeluk putrinya dengan erat sementara Chleo meronta untuk dilepaskan sambil menjerit ketakutan seolah dia sedang disiksa oleh penjahat.
Melihat kondisi putrinya yang seperti ini membuat air mata Cathy mengalir begitu saja sambil membantu suaminya menenangkan putri mereka.
"Diego, panggil dokter kemari."
Diego langsung menghubungi dokter pribadi keluarga mereka setelah mendengar perintah dari sang ayah.
Setelah menyuruh dokter pribadi mereka datang kemari, Diego langsung menghubungi Axelard. Begitu panggilannya tersambung, Diego sama sekali tidak berbasa-basi dan langsung mengajukan tuduhannya.
"Axelard, ada yang kau sembunyikan dariku?"
"…"
"Sebenarnya apa yang terjadi pada kakakku di dunia sana? Kenapa sekarang dia menjadi seperti orang yang memiliki trauma akut dan ketakutan seperti orang gila?"
"Apa maksudmu? Apa yang terjadi?"
"Menurutmu aku akan memberitahumu tanpa mendengarkan penjelasanmu? Beritahu aku apa saja yang dialami kakakku selama ada di dunia luar sana?!"
"Ehem…"
Diego berbalik mendengar suara deheman berat dan tegas dari arah belakang dan jantung Diego seakan berhenti berdetak saat melihat ekspresi ayahnya yang begitu gelap.
Saat ini ayahnya benar-benar marah dan dia bisa menduga-duga penyebab kemarahan ayahnya.
Vincent hanya mengulurkan tangannya ke arah Diego seperti meminta sesuatu yang langsung dimengerti oleh Diego. Dengan terpaksa Diego menyerahkan handphonenya kepada sang ayah.
"Axelard. Aku sudah tahu kau adalah salah satu raja warna. Jika kau memang masih menyayangi putriku, sebaiknya kau segera datang kemari dan menjelaskan pada kami apa yang sudah terjadi padanya selama berada disana."
Tanpa menunggu respon dari seberang, Vincent mematikan koneksi panggilan lalu mengembalikannya pada Diego.
"Papa tahu kalau Axelard adalah raja warna?"
"Jika kau ingin menyembunyikan sesuatu dariku, kau harus belajar beberapa tahun lagi." jawab Vincent dengan datar lalu kembali ke kamar putrinya dimana Chleo masih menangis didalam pelukan sang ibunda.
Diego menempelkan kedua telapak tangannya ke wajahnya sambil mendesah berat. Dia sama sekali tidak menyangka ayahnya mengetahui identiras Axelard.
Kenapa segalanya bisa menjadi rumit seperti ini? Sebenarnya apa yang sudah terjadi pada kakaknya?
Kalaupun Chleo mengalami trauma serta mimpi buruk, seharusnya kakak sudah mengalaminya di hari-hari pertama kepulangannya. Sekarang sudah berjalan lebih dari dua bulan semenjak kejadian itu, dan selama ini kakaknya tampak baik-baik saja.
Malahan, akhir-akhir ini Chleo sering tersenyum sendiri di rumah sambil membayangkan sesuatu yang menyenangkan dari kencannya bersama Axelard. Senyuman Chleo seperti orang gila sanggup membuat Diego serta Vincent merasa geli, tapi mereka merasa puas melihat Chleo sangat bahagia.
Tapi kenapa hanya dalam satu malam saja, kebahagiaan Chleo berubah begitu drastis?
Diego duduk di sofa panjang yang empuk dengan kedua tangan menyatu dengan kesepuluh jemarinya saling beratutan. Dia menempelkan tautan jarinya ke dahinya sambil berpikir dengan serius.
Dia mencoba merangkai apa-apa saja yang terjadi selama beberapa hari terakhir. Kebiasaan Chleo yang berjalan seperti biasa, kencan kakaknya dengan Axelard juga berakhir dengan baik membuat Diego sendiri ingin muntah karena mereka tidak pernah menyembunyikan kemesraan mereka di depan publik.
Kalau bukan beberapa hari terakhir, maka perubahan kakaknya terjadi kemarin malam hingga pagi ini.
Diego mencoba mengingat percakapannya dengan sang kakak kemarin malam sebelum mereka tidur, dan dia tidak menemukan ada yang mencurigakan. Bagaimana dengan pagi ini?
Bagaimana dia bisa menemukan ada yang salah kalau dia sama sekali belum sempat berbicara dengan sang kakak begitu bangun?
Apakah ada sesuatu yang dilewatkannya? Pasti ada sebuah petunjuk yang bisa memberitahunya alasan perubahan drastis dari kakaknya.
'Axel, apakah mungkin… kakakku sudah ingat kembali?'
Diego termenung mengingat pertanyaan yang diajukannya pada Axel.
Saat dia menebak asal kemungkinan ini, Axel sama sekali tidak menyangkalnya dan malah menjadi pendiam.
Apakah mungkin… perubahan drastis ini benar-benar karena kakaknya sudah ingat kembali? Kalau setelah dipikir-pikir, sinar mata kakaknya saat membanting barang sambil menjerit histeris, hampir sama dengan sinar mata kakaknya berambut merah. Malahan yang ini dua kali lebih buruk dari sebelumnya.
Wuzz!
Diego merasakan hembusan angin dingin di dekatnya dan melirik ke arah Axel yang sudah tiba masuk kedalam rumahnya tanpa menggunakan pintu depan, tapi menggunakan teleport!
Tidak bisakah pria itu memasuki rumah orang dengan cara normal??