Bekas Kemerahan
Bekas Kemerahan
Pria itu memang mengeluarkan jarinya, tapi detik berikutnya…
Thrust!
Axel memasukkan kembali jarinya membuat tubuh Chleo kembali mengejang dan suaranya mengerang dengan nikmat. Kali ini Axel tidak tinggal diam dan menggerakkan jarinya keluar dan masuk melewati bibir selatan Chleo.
Chleo juga tidak bisa menutup kakinya walaupun ingin, karena serangan sensasi nikmat terlalu besar untuk dialaminya. Yang ada malah kakinya terbuka lebar seakan menyambut kedatangan jari lincah Axel.
Sebenarnya, Chleo ingin protes karena Axel tidak menepati janjinya, tapi begitu merasakan sensasi nikmat yang luar biasa, protes yang ingin diungkapkannya tenggelam digantikan dengan erangan nikmat.
Berulang kali Axel memompa daerah privasi Chleo dengan jarinya, tapi tidak terlalu dalam sehingga menyakiti Chleo.
"Oh, hm…" Chleo terus merintih dan mengerang dengan nikmat karena serang cepat dari jari kekasihnya.
Tubuhnya bergetar dan mengejang karena Axel memompanya tanpa henti hingga dia merasa darahnya mengalir dan berkumpul didalam otaknya. Dia merasakan sensasi seperti aliran listrik menyebar ke seluruh tubuhnya. Tindakan Axel yang tanpa henti membuat tubuhnya sangat aneh.
Dia merasa jari yang memasuki tubuhnya lebih intens daripada hanya sekedar lidahnya.
Tidak lama kemudian, untuk kedua kalinya dia merasakan suhu tubuhnya semakin meningkat dan dia merasakan sesuatu di bagian tubuh selatannya seperti ada yang mau keluar.
Axel menyadari Chleo sudah hampir mencapai klimaks begitu melihat rona muka Chleo yang memerah begitu seksi. Tanpa menunggu ataupun memberi peringatan, Axel mengeluarkan jarinya, lalu masuk kembali bersama dengan jari telunjuk dan masuk dengan tekanan yang kuat membuat Chleo mengerang lebih keras.
Tepat disaat jari Axel menabrak titik tertentu, tubuh Chleo melengkung ke atas dan saat itu juga dia mengalami pelepasan keduanya membasahi kedua jari Axel.
Begitu cairan cinta Chleo berhenti mengalir, tubuh Chleo kembali terhempas ke atas ranjang dengan napas tersengal-sengal.
Axel menikmati pemandangan indah di atas ranjangnya.
Rambut hitam tampak acak-acakan menyebar di atas seprei putihnya, rona muka yang tampak erotis karena mengalami kepuasan tiada tara. Sepasang mata coklat yang tampak berkaca-kaca dan tidak fokus, belum lagi saat ini, Chleo sedang mengenakan kemeja putihnya yang masih belum dibukanya.
Gadis ini… istrinya sungguh terlihat cantik dan seksi membuat Axel tidak pernah bosan memuja kecantikan istrinya.
Sementara itu, Chleo sama sekali tidak bisa berpikir karena dilanda oleh euphoria yang sangat besar. Dalam detik ini, dia sudah tidak peduli lagi karena dia telah melepaskan predator buas dalam kurungan.
Diam-diam, dia lebih menyukai sisi predator kekasihnya ini. Siapa yang menyangka Axel yang tampak memiliki pengendalian diri yang luar biasa, ternyata bisa menjadi buas di atas ranjang?
[author: semua pria juga begitu. Mereka pasti menjadi buas di atas ranjang.]
Chleo merasakan ada sesuatu yang menekan dinding kewanitaannya dan baru sadar, kedua jari Axel masih belum keluar dari gua selatannya!
Chleo mengerling kearah Axel dan menyadari pria itu tengah mengamati ekpresinya dengan tatapan memuja membuat Chleo merasa malu.
Untungnya dia masih memakai kemeja putih pria itu, kalau tidak dia yakin sekali, Axel akan melihat seluruh rona merah pada tubuhnya.
Chleo menutupi wajahnya dengan kedua tangannya yang sungguh merupakan kesalahan.
Saat ini sisi kemeja yang panjang menutupi tangannya yang menutupi wajahnya. Gerakannya ini menarik ujung kemeja yang tadinya sudah terangkat di atas menampilkan bagian privasi didaerah selatan sana menjadi lebih terangkat lagi dan menunjukkan setengah dari pusar perutnya.
Belum lagi, lengan kemeja yang kebesar tertekuk menutupi wajah gadis jelita itu sementara hampir sebagian bawah tubuhnya tidak tertutupi apapun, Axel benar-benar merasa dia telah berjalan diatas es yang sangat tipis.
Axel sengaja tidak membuka kancing kemejanya karena dia tahu, dia akan menyerang Chleo seutuhnya jika dia melihat gadis itu seutuhnya telanjang dihadapannya.
Sebenarnya dia masih ingin mendengarkan suara erotis yang indah keluar dari mulut manis gadis itu. Dia paling suka mendengar Chleo mendesah nikmat sambil memanggil namanya. Tidak ada pria yang tidak menambakan namanya dipanggil dengan suara erangan erotis dari wanita yang dicintainya saat keduanya melakukan hubungan suami istri.
Kedua jarinya juga merasa betah tinggal didalam gua kewanitaannya, tapi dia tahu dia harus berhenti saat ini juga.
Pada akhirnya, dengan hati yang berat, Axel menarik keluar jarinya. Hanya saja gerakannya sangat lambat membuat Chleo tercekat oleh napasnya sendiri.
Dia merasa nikmat disaat bersamaan dia merasa Axel tengah menindasnya.
Chleo merasa kehilangan saat kedua jari pria itu keluar dari tempatnya. Dia merasa malu pada dirinya sendiri karena masih menginginkannya. Dia bahkan menginginkan lebih, tapi tidak tahu apakah dia boleh memiliki keinginan seperti ini.
Chleo menarik turun tangannya untuk mengintip Axel. Tatapannya sangat memelas seakan dia hendak memohon sesuatu.
Selama ini Axel langsung bisa membaca isi hatinya hanya melalui ekspresinya saja, karena itu Chleo berharap pria itu bisa mengetahui pikirannya walaupun dia tidak mengutarakannya melalui suara.
Axel tersenyum melihat puppy eyes dari istrinya. Kemudian dia merangkak seperti singa yang diam-diam bersembunyi untuk menerkam mangsanya hingga kepalanya diatas kepala Chleo.
"Aku tahu apa yang kau inginkan karena aku juga menginginkan hal yang sama. Tapi aku ingin menyimpannya untuk malam pertama kita." Axel mengecup kening Chleo membuat Chleo memejamkan mata secara refleks untuk menikmati sensasi dingin pada kepalanya. "Aku mencintaimu."
Chleo mengerling ke bawah, tiba-tiba merasa tidak sanggup menatap sepasang mata biru safir milik kekasihnya. Walaupun saat ini sebagian besar wajahnya tertutup oleh kedua tangannya, Axel masih bisa melihat semburat rona merah menghiasi wajah istrinya.
"Kau tidak lapar?"
Tiba-tiba saja Axel bertanya sesuatu yang sangat tidak berhubungan dengan aktivitas mereka. Tujuan Axel mengalihkan pembicaraan karena dia tidak ingin lepas kendali.
Bagaimana mungkin dia bisa mengendalikan dirinya sementara bagian tubuh dibawah selatan miliknya telah menjerit ingin segera memasuki sesuatu yang sempit dan hangat. Terlebih lagi wanita idamannya ada didalam jangkauannya dan berada dibawah tindihannya. Dia yakin, es tipis dibawah kakinya akan retak jika dia terlalu lama berada dalam posisi seperti ini.
Namun dia masih merasa enggan untuk menyingkir dan menikmati rona kewalahan Chleo berada dibawah tubuhnya.
Lain dengan Axel yang masih berusaha mengendalikan hasratnya, Chleo kembali sadar dan akal sehatnya kembali masuk kedalam otaknya.
Begitu Axel menanyakan apakah dia lapar atau tidak, perut Chleo kembali berbunyi dengan suara 'Grrrrrrrr' yang sangat keras.
Chleo kembali menutup seluruh wajahnya karena merasa malu, sementara Axel tertawa terbahak-bahak mendengar suara itu.
"Kenapa kau tidak bilang kalau kau lapar?"
"Bukankah itu salahmu?" protes Chleo karena pria itu langsung menyerangnya membuatnya tidak bisa berpikir dan melupakan bahwa sedari tadi pagi dia belum makan!
"Baiklah, salahku. Maafkan aku." hibur Axel seraya mengecup kening Chleo sebelum beranjak menyingkir dari tubuh menggiurkan dibawahnya. "Pakaianmu ada di kamar mandi. Kau bisa berganti terlebih dulu, setelah itu kita akan kerumahku untuk makan."
Tanpa membuka wajahnya, Chleo mengangguk kepala mengiyakannya membuat Axel tertawa geli.
Setelah itu Axel bersusah payah mengalihkan pandangannya dari tubuh Chleo bagian bawah yang sama sekali tidak tertutup sehelai kain apapun. Membutuhkan seluruh ketekatannya untuk tidak kembali menyerang gadis itu.
Akhirnya, setelah berhasil memutuskan pandangannya dengan gua menuju ke langit ketujuh, Axel keluar dari kamar untuk memberikan waktu privasi bagi Chleo.
Setelah memastikan Chleo berada didalam kamar seorang diri, Chleo berbalik sehingga tubuhnya tengkurap dengan punggung berhadapan dengan langit kamar. Kemudian kedua kakinya terangkat dan memukul matras ranjang secara bergantian sementara dia memekik senang yang ditutupinya dengan bantal.
Ini pertama kalinya dia merasakan sesuatu yang baru dan pertama kalinya pula tubuhnya disentuh oleh seorang pria. Dia tidak menyangka, ada sensasi yang luar biasa seenak ini saat tubuhnya dijamah oleh pria yang dicintainya.
'Grrrrrrr.'
Ugh!
Untung saja perutnya bersikap baik tidak berbunyi saat Axel memuaskannya, kalau tidak, mereka tidak akan berbuat sampai sejauh ini.
Dengan gerakan enggan, Chleo masuk kedalam kamar mandi sambil membuka kancing kemeja kekasihnya.
Satu, dua, hingga kedelapan kancing telah berhasil dibukanya.
Disaat dia melepas kemeja berlengan panjang itu, matanya membelalak lebar melihat kedua tangannya serta tubuhnya. Ada bulatan merah muda kecil dihampir seluruh tubuh bagian atasnya.
Mulai dari leher, bahu, lengan, dada serta perut. Bahkan kedua tangannya juga memiliki bulatan merah yang sama.
Sejak kapan dia mendapatkan bekas seperti memar pada tubuhnya?? Lagipula siapa yang telah tega menandainya dengan bekas ciuman seperti ini!? Dia tidak akan bisa memakai kaos lengan pendek dan harus menutupi lehernya dengan syal!
[author: Axel pelakunya]