My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Tempat Favorit



Tempat Favorit

1Akhirnya!     

Chleo tidak bisa tidak merasa senang begitu dia masuk ke dalam mobil bersama Axel setelah melayani para tamu undangan selama lebih dari tiga jam.     

Yah, walaupun ada kendala di tengah-tengah acara karena salah satu tamu undangan tiba-tiba jatuh sakit, tapi acara perkenalan Chleora Regnz kepada semua kolega ayahnya berjalan dengan lancar.     

Dia juga menempel terus pada Axel selama acara sehingga hanya sedikit nyonya-nyonya muda yang mendekatinya.     

Malah sebaliknya, banyak gadis-gadis muda yang tebal muka berusaha mendekati Axel, apalagi ada beberapa orang yang mengenal kekasihnya sebagai master X dari Inggris.     

'Selama tali pernikahan belum terikat, maka ada kesempatan untuk mendapatkannya.'     

Itulah bisikan dari para gadis yang tidak tahu malu mendekati Axel untuk berkenalan dengannya.     

Suasana hati Chleo tidak terlalu buruk karena seperti dirinya yang menempel dengan Axel, pria itu juga menempel seperti perangko kepadanya.     

Karena itu dia merasa puas karena Axel hanya melihatnya saja dan tidak melirik ke arah gadis-gadis cantik lainnya.     

Chleo tidak tahu bahwa Axel memang sengaja menempelnya seperti perangko karena dia memiliki motif tersembunyi.     

Dia tidak suka cara para anak muda yang melihat Chleo dengan maksud tertentu. Axel terlebih tidak suka lagi kalau Chleo memberikan senyuman manisnya kepada pemuda-pemuda itu.     

Karenanya Axel sengaja tidak meninggalkan Chleo seorang diri agar tidak ada serangga yang tidak penting mendekati Chleo.     

Hhhh…     

Tampaknya, keduanya sudah sama-sama menjadi posesif antara satu sama lain.     

"Kita akan pergi kemana?" Chleo bertanya dengan nada ceria dan penuh semangat membuat Axel nyaris memberi jawabannya.     

"Kau akan tahu nanti."     

"Ck. Bagaimana kau masih bertahan merahasiakannya?"     

Axel menggandeng sebelah tangan Chleo lalu mengangkatnya untuk mencium punggung tangan gadis itu.     

Chleo tersenyum senang menerima kecupan pada tangannya dan hatinya meleleh sehingga dia tidak lagi menuntut untuk mendapatkan jawabannya.     

"Aku tidak percaya kau berhasil mendapatkan izin ayahku untuk membawaku pergi. Bagaimana kau melakukannya?"     

Axel tersenyum geli. "Aku punya caraku sendiri."     

"Kau juga tidak akan memberitahuku?"     

"Kau bisa bertanya pada ayahmu nanti."     

"Ah, kau ini semakin hari semakin menyebalkan."     

Axel tertawa lepas mendengar rajukan kekasihnya. Dia membawa tangan Chleo ke wajahnya untuk merasakan kulit lembut gadis itu pada pipinya.     

Tidak lama kemudian, mereka tiba di penthouse Axel dan bersama-sama keduanya naik ke lantai paling atas sambil bergandengan tangan.     

"Kupikir kita akan pergi ke suatu tempat? Kenapa kita kemari?"     

"Kau lupa aku bisa berteleport langsung? Kita akan berteleport di penthouse agar tidak ada yang curiga."     

"Ah, ternyata begitu."     

"Tapi… sepertinya kau sudah mengantuk." tebak Axel saat menyadari mata lelah pada wajah Chleo.     

"Tidak. Aku sama sekali tidak mengantuk." sangkal Chleo dengan cepat karena dia ingin segera tahu tempat apa yang akan mereka tuju.     

Axel menggelengkan kepalanya membuat Chleo merasa curiga kalau pria itu akan berubah pikiran. "Sebaiknya kita tidur dulu, baru setelah itu kita berangkat."     

"Tapi…"     

"Menurutlah." potong Axel sambil menjepit dagu Chleo dengan kedua jarinya dan menggoyangkannya dengan gemas.     

"Baiklah." jawab Chleo dengan lemas lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan make up dari wajahnya.     

Setelah itu dia mengambil baju tidur dari dalam tasnya untuk mengganti pakaiannya.     

Sebelum ini dia memang telah membawa beberapa pakaian extra karena Axel berhasil mendapatkan izin dari ayahnya untuk membawanya berlibur ke suatu tempat selama beberapa hari.     

Chleo merasa antusias dan sangat menantikan liburan ini karena dia bisa berduaan dengan Axel selama dua hari penuh dan mungkin… mereka bisa melakukannya hingga akhir?     

Ah, sungguh sangat membuat adrenalinnya naik dan kini kelopak matanya tidak lagi mengantuk.     

Tapi…     

Hhhh…     

Chleo memang sangat ingin melakukannya bersama dengan Axel, tapi disaat bersamaan dia juga merasa takut jika dia melakukannya hingga akhir.     

Selama ini Chleo telah mendapatkan didikan serta nasihat dari ayahnya bahwa dia harus menjaga kesuciannya hingga di saat malam pertama pernikahan mereka.     

Hingga sampai saat ini Axel belum melamarnya dan dugaannya, pria itu akan menunggunya hingga dia berusia dua puluh empat atau dua puluh lima.     

Jika dia menunggu selama itu, mana mungkin dia bisa tahan?     

Walaupun mereka belum menikah di kehidupan ini, mereka sudah menjadi suami-istri di kehidupan lalu. Tidak bisakah mereka melakukannya?     

Ah, bukan. Chleo masih ragu karena nasihat ayahnya masih terngiang-ngiang di kepalanya. Karena itu dia merasa agak sedikit takut jika dia melanggar ajaran ayahnya.     

Dia akan merasa bersalah karena tidak menuruti nasihat ayahnya karena di kehidupannya yang dulu, dia sudah sering memberontak.     

Setidaknya, dia ingin menjadi anak yang berbakti untuk menebus semua sifat pemberontaknya di masa lalu.     

Setelah melakukan segala keperluan malamnya, Chleo keluar dan berjalan masuk kedalam kamar Axel.     

Rupanya pria itu sudah selesai lebih dulu berganti pakaian tidur dan kini duduk di atas ranjang sambil membaca sebuah buku.     

Merasakan kehadiran Chleo yang membuka pintu kamar, Axel menutup bukunya dan meletakkannya di nakas sebelahnya.     

Chleo berjalan menghampiri Axel yang kini mengulurkan tangannya, kemudian membiarkan pria itu menuntunnya untuk tidur disebelahnya.     

Ini bukan pertama kalinya mereka tidur bersama, hanya tidur berbaring bersama tanpa melakukan apa-apa.     

Awalnya, Chleo berpikir, semenjak dia tanpa sengaja melepaskan 'sisi predator buas' dari Axel, pria itu akan selalu menyerangnya di tiap pertemuan mereka.     

Tapi entah kenapa, pria itu kembali jinak dan sama sekali tidak berbuat aneh-aneh disaat mereka berduaan.     

Yah, Chleo sangat berterimakasih karena fokusnya tidak hancur untuk menyelesaikan masa ujian akhir kelulusannya.     

Pria itu tetap tidak mengambil keuntungan darinya walaupun Chleo telah menyelesaikan ujian akhirnya dengan lancar.     

Sesekali mereka akan tidur bersama di kantor Axel saat pria itu membutuhkan tidur siang, atau berbaring bersama di sofa sambil membaca buku di waktu senggang, tapi tidak pernah sekalipun Axel menyentuhnya.     

Pria itu hanya menciumnya, mengecup kening atau pipi tanpa bertindak lebih.     

Hal ini membuat Chleo terheran-heran.     

"Axe, apakah kau menghindariku lagi?"     

Sebelah alis Axel terangkat mendengar ini, "Apa maksudmu aku menghindarimu? Apakah kita belum cukup dekat?" Axel mengeratkan pelukannya membuat tubuh Chleo tertarik ke arahnya menimbulkan debaran cepat pada jantung Chleo.     

Apakah mungkin mereka akan melakukannya?     

Chleo memejamkan matanya seolah dia sedang menanti sesuatu membuat sinar mata biru Axel memancarkan sesuatu yang berbahaya.     

Axel sungguh berusaha menahan diri untuk tidak menyerang kekasihnya karena dia sudah berjanji pada Vincent untuk tidak merenggut keperawanan Chleo sebelum waktunya.     

Hanya saja, dia nekat bermain api dan kini dia harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak lepas kendali karena dia sendiri sudah sangat merindukan 'istrinya'.     

Pada akhirnya Axel bergerak maju untuk melumat bibir Chleo dengan nikmat menciptakan sebuah rintihan erotis dari gadis itu.     

Chleo merasa bersukacita dalam hati disaat merasakan Axel mulai menyelipkan tangannya kedalam baju tidurnya untuk merasakan kulit perutnya yang langsing.     

Erangan Chleo seperti tak bisa dihentikan disaat Axel meremas salah satu bukit kenyalnya dan tiba-tiba…     

Axel menarik keluar tangannya lalu mendekap Chleo lebih erat membuat Chleo cemberut.     

"Tidurlah. Aku tidak ingin kau mengantuk saat kita tiba di tempat favorit kita."     

Tempat favorit? Tempat apa?     

Namun Chleo tidak membantah disaat merasakan elusan lembut pada belakang kepalanya. Elusan tangan yang dilakukan Axel sungguh membuatnya merasa nyaman dan damai hingga sanggup membuat kelopak matanya terasa berat.     

Tidak lama setelahnya, Chleo jatuh tertidur pulas tanpa didatangi mimpi buruk ataupun apapun.     

Chleo tidak tahu jam berapa dia bangun, tapi dia terbangun saat merasakan guncangan pada ranjangnya.     

Apakah ada gempa?     

Ah, tidak mungkin. Jika ada gempa, Axel akan membangunkannya.     

Chleo menggerakkan tubuhnya untuk merenggangkan ototnya lalu mendengar sebuah sapaan yang lembut disebelah telinganya.     

"Selamat pagi,"     

Chleo tersenyum mendengarnya lalu membuka matanya hanya untuk menatap sepasang mata safir yang indah yang kini menatapnya dengan sejuta cinta.     

"Selamat pagi. Apakah sekarang terjadi gempa bumi? Kenapa aku merasa kita sedang bergoyang-goyang?"     

Axel menjawabnya dengan memberikan senyuman misterius yang tidak bisa dipahaminya.     

Kemudian Axel bangkit berdiri sambil menarik tangannya dengan lembut. Saat itulah Chleo sadar, dia sudah tidak berada didalam kamar penthouse Axel, melainkan berada di tempat lain!     

Sejak kapan mereka pindah kemari? Apakah Axel meneleport mereka disaat dia masih tidur?     

Axel membuka pintu kamar dan tercium bau yang khas serta suara air yang terdengar begitu teduh.     

Sepasang matanya membulat melihat apa yang dilihatnya membuatnya harus menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan kedua tangannya.     

Dengan mata berkaca-kaca karena saking terharunya, Chleo memandang Axel dengan tidak percaya.     

"Kau masih mengingatnya?"     

"Tentu saja. Aku tidak akan pernah melupakan tempat favorit kita."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.