Menghadap Vincent (2)
Menghadap Vincent (2)
Chleo berusaha menenangkan diri sambil menutup kembali pintunya. Kemudian dia mencoba mengambil napas panjang untuk kedua kalinya sebelum akhirnya berbalik untuk berjalan menghadap sang ayah dengan langkah penuh keyakinan dan tanpa ragu.
Jika dia ingin mendapatkan restu dari sang ayah, dia harus menunjukkan bahwa dia bukanlah anak kecil yang sembarang mengambil keputusan secara impulsif. Dia juga ingin menunjukkan pada ayahnya bahwa dia sanggup keluar dari perlindungan sang ayah dan bisa bertahan menghadapi masalah kehidupan yang akan dijalaninya.
Berbeda dengan ibunya, Chleo tidak bisa bersikap manja seperti yang beberapa saat lalu dia lakukan pada ibunya. Dia juga tidak bisa memasang puppy eyes seperti sebelumnya untuk mendapatkan persetujuan ayahnya.
Jika dia melakukannya, maka sampai selamanya Vincent akan menganggapnya sebagai anak kecil dan masih memerlukan perlindungan dibawah sayapnya.
Chleo tidak menginginkan hal itu terjadi. Dia memang sangat menyayangi ayahnya, tapi bukan berarti dia tidak ingin keluar dari perlindungan ayahnya. Jika dia masih terus tinggal dalam perlindungan sang ayah, itu berarti dia tidak akan bisa bersama dengan Axel.
Karena itu dia menahan diri untuk tidak memohon ataupun merengek seperti yang dulu seringkali ia lakukan tiap kali dia hendak meminta sesuatu.
"Papa, Axel memberitahuku papa ingin bertemu denganku."
"Apakah aku tidak boleh menemui anak perempuanku?"
Chleo berusaha sekuat tenaga untuk tidak menggigit bibirnya sendiri dan hanya menelan ludahnya sendiri.
"Tentu saja boleh. Papa selalu boleh menemuiku dan aku akan memastikan akan datang mengunjungi papa dan mama."
Sebelah alis Vincent terangkat mendengar kalimat putrinya yang terkesan merasa yakin bahwa dia telah memberikan restunya untuk menerima lamaran Axel.
"Kenapa kau harus mengunjungi kami, kau masih tinggal di rumah kami."
"Papa, aku memang tidak tahu apa saja yang kau bicarakan dengan Axel. Tapi aku sudah menerima lamarannya dan aku berharap papa bisa memberikan restu pada kami."
"Kalau aku tidak memberi restuku, apa yang akan kau lakukan?"
"Apa yang harus aku lakukan agar papa merestui kami?"
"Hm? Kau tidak akan menggunakan jurus kesukaanmu? Biasanya kau akan memasang wajah memelas dengan puppy eyes milikmu yang sangat ampuh."
Chleo merasa malu mendengar kalimat ayahnya yang tampak menyindirnya.
"Pa, aku bukan anak kecil lagi. Aku akan melakukan apa yang papa inginkan untuk mendapatkan persetujuan dari papa."
Vincent tersenyum lembut mendengar keputusan dari nada yang penuh ketekatan dari anak perempuannya.
"Kau sudah dewasa, tapi kenapa aku merasa sedih? Aku merasa aku akan kehilangan anak perempuanku."
Chleo merasa tercekat saat mendengar nada sedih dari ayahnya.
"Papa," Chleo mulai merasa dirinya sudah tidak merasa gugup dan kini tidak lagi merasa dirinya tengah berada di dalam ruangan ujian ataupun sidang eksekusi.
Saat ini dia berhadapan dengan sang ayah yang begitu menyayanginya hingga tidak rela harus melepaskannya kepada pria lain.
Chleo berjalan menghampiri ayahnya hingga berdiri didepan persis meja kerja sang ayah.
"Papa, kau tidak akan kehilanganku. Walaupun aku bukan anak kecil lagi dan memutuskan untuk menjadi seorang istri, aku tetaplah anak gadis kecil papa. Semua pelukan, kecupan serta nasihat papa akan selalu kuingat dalam hati. Aku tidak akan pernah melupakan papa, aku juga tidak akan melupakan mama dan Diego. Bagiku kalian selalu tinggal didalam hatiku walaupun aku tidak tinggal disini lagi."
Vincent tersenyum lembut mendengar penjelasan putrinya, namun detik berikutnya ekspresi sang ayah kembali serius.
"Chleo, apakah kau sudah memikirkannya dengan serius? Dia bukanlah manusia biasa dan ada kemungkinan anak yang kau lahirkan juga bukan anak biasa. Apa kau sudah memikirkan ke depannya?"
Menjadi seorang terpilih sebagai cinta sejati raja biru, dia harus menyiapkan diri untuk memiliki seorang anak yang berbeda dengan anak manusia lainnya.
Raja biru akan mewariskan segala kekuatannya pada keturunan menjadikan anak pertama yang akan dilahirkan Chleo sebagai raja biru berikutnya secara otomatis.
Axel sudah menjelaskan padanya bahwa anak mereka tidak akan bisa keluar di tengah masyarakat selama sepuluh tahun pertama. Anak mereka akan mulai menunjukkan kekuatan esnya di usia lima tahun dan energi kekuatannya akan semakin kuat seiringnya berjalan waktu.
Karena masih anak-anak, sudah dipastikan anak mereka tidak akan bisa mengendalikan kekuatannya. Jika anak itu dibiarkan dikelilingi manusia biasa dan tanpa sengaja membuat anak mereka merasa jengkel, bisa-bisa akan ada banyak yang terluka atau langsung mati karena jantung mereka membeku.
Karenanya, Axel harus berada disisi anak mereka selama dua puluh empat jam untuk memastikan anak mereka tidak akan hilang kendali.
Barulah setelah memastikan anak mereka sanggup mengendalikan emosi serta energi dingin didalam tubuhnya, anaknya baru bisa muncul di tengah publik dan bersekolah bersama dengan anak-anak seusianya di sekolah umum.
Chleo sudah mengetahuinya dan dia siap menerima kenyataan bahwa dia akan menemani suami serta anak pertamanya mengungsi selama sepuluh tahun terlebih dulu.
Dengan kata lain, selama sepuluh tahun itu, dia tidak akan bisa bertatap muka dengan keluarganya serta saudara-saudara sepupunya. Dia hanya bisa berkomunikasi dengan mereka semua melalui voice call ataupun video call.
Axel juga telah menjelaskan hal ini pada Vincent serta Cathy. Awalnya Vincent menolaknya dan ingin sekali menentang pernikahan putrinya. Namun pada akhirnya Vincent mengalah disaat istrinya berhasil meyakinkan dirinya bahwa Chleo tidak akan pernah bisa menemukan kebahagiaannya jika dia menghalangi hubungan asmara mereka.
Karena itulah Vincent merestui hubungan mereka sambil melihat perkembangan keduanya selama menjalani hubungan. Tapi dia sama sekali tidak menyangka, Axel akan melamar putrinya beberapa hari setelah pesta perkenalan putrinya.
"Aku sudah memikirkannya, papa. Dan aku siap menerimanya."
"Kau tega tidak bertemu denganku? Dengan mama? Bukankah kau bilang kau akan sering mengunjungi kami walaupun kau tidak tinggal bersama kami?"
"Aku janji akan mengunjungi kalian. Aku bisa meminta Axel untuk meneleportku kemari, tapi aku tidak bisa berlama-lama karena aku tidak ingin meninggalkan anakku. Aku yakin papa juga tidak ingin memiliki putri yang menelantarkan anaknya, iya kan?"
Ah, kau semakin pandai menggunakan kalimat nasihatku untuk mendapatkan persetujuanku. Pikir Vincent dalam benaknya.
"Apakah kau benar-benar mencintainya? Apa kau tidak bisa menunggu beberapa tahun lagi? Aku masih ingin bersama putriku setidaknya selama tiga tahun. Kau sudah tinggal di Seattle selama tiga tahun. Begitu kau lulus dan pulang kemari, apakah kau tega membuatku harus berpisah lagi denganmu."
"A…Aku…" Chleo sama sekali tidak bisa berkata apa-apa mendengarnya.
Dia memang sudah dengan egoisnya pergi ke Seattle dengan alasan ingin berusaha mandiri tanpa menggunakan nama ayahnya. Sebagai gantinya dia harus tinggal di tempat jauh dari keluarganya selama tiga tahun dan hanya bisa bertemu disaat dia pulang ke New York di hari liburannya.
Kini setelah dia berhasil lulus mempersingkat waktu kuliahnya, Chleo malah menerima lamaran Axel dan memutuskan sendiri ingin menikah tahun ini juga.
Bukankah itu berarti dia kembali menjadi egois demi memenuhi egonya bersama kekasihnya dan tidak memperdulikan perasaan kedua orangtuanya?
Dia tidak tega meninggalkan kedua orangtuanya begitu saja, tapi dia juga tidak ingin menunda pernikahannya bersama Axelard.
Apa yang harus dia lakukan?