My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Pulang Ke Belanda



Pulang Ke Belanda

2"Diego, kau sudah tahu kalau ada raja biru di dunia ini?"     

"Tidak hanya raja biru, aku juga tahu Bibi Katie merupakan raja merah sebelumnya."     

"Kau ingat?"     

Dulu sewaktu Chleo dan keluarganya berlibur ke Jerman mengunjungi Katie, samar-samar dia mendengar percakapan orang dewasa yang mengatakan Katie adalah raja merah dan sebagainya. Waktu itu Diego masih sangat kecil bahkan belum bisa berbicara dengan lancar, sehingga dia tidak mengira Diego akan mengingat apa-apa yang terjadi di Jerman.     

"Sedikit-sedikit." sebenarnya Diego sama sekali tidak ingat kejadian penculikan atau apapun saat mereka berada di Jerman. Dia hanya ingat kejadian yang telah terjadi di kehidupan masa lalunya.     

Dan dia ingat, ayahnya sempat memberitahunya bahwa Katie, sang raja merah pernah memberikan transfusi energi kehidupan pada Chleo sebagai ganti nyawanya. Dari situlah dia mengetahui keberadaan raja merah. Tapi dia sama sekali tidak tahu kalau ada raja warna lain selain raja merah.     

Barulah setelah kembali ke kehidupan yang baru ini dia mengetahui ada empat penguasa alam yang menyebar di dunia ini.     

"Kalau begitu apakah kau tahu siapa yang menjadi raja biru?" tanya Chleo dengan penasaran.     

"Aku tahu. Itu sebabnya aku meminta bantuannya saat mengetahui kakak menghilang. Jadi sebenarnya apa yang terjadi? Apa maksud kakak hampir mati?"     

"Sebenarnya…" lalu Chleo menceritakan semuanya pada Diego termasuk dia yang diikat serta diberi kain penutup mata membuatnya hampir jatuh bebas dari gedung Flex group.     

Mendengar penjelasan Chleo membuat rahang Diego mengeras serta kedua tangannya mengepal hingga kukunya menusuk ke dalam dagingnya.     

Apakah ada seseorang yang begitu membenci Chleo sehingga menyuruh Vectis miliknya untuk membunuh kakaknya?     

Itu tidak mungkin. Kakaknya yang sekarang adalah orang yang menyenangkan sehingga tidak mungkin ada orang yang begitu membencinya hingga ingin membunuhnya.     

Kakaknya bukanlah orang yang menyebalkan ataupun suka membuat masalah. Sebaliknya, Chleo adalah orang yang menyenangkan membuat siapapun ingin berteman dengannya.     

"Untung saja Axel datang tepat waktu, kalau tidak, mungkin kepalaku sudah pecah." sambung Chleo mengakhiri kalimat penjelasannya. "Sekarang aku baik-baik saja. Aku harap dia tidak cari gara-gara lagi."     

"Dia? Apakah kakak tahu pelakunya?"     

"Hm. Tadi dia datang kemari."     

"Siapa?"     

"Namanya Ashley Grey. Beberapa bulan terakhir ini dia suka menyulitkanku. Aku tidak tahu kenapa."     

Ashley Grey?     

"Kakak, aku tidak tahu apakah orang bernama Ashley ini adalah penculik kakak atau bukan, tapi coba pikirkan. Bagaimana mungkin kakak bisa tiba di New York, terlebih lagi di gedung perusahaan papa kurang dari dua jam? Ini sama sekali tidak masuk akal."     

"Ah, kau benar. Aku belum memikirkan sampai situ."     

"Hanya ada satu kemungkinan. Orang yang telah menculik kakak bukan manusia biasa. Bisa jadi orang itu memiliki kekuatan yang mirip dengan para raja warna. Sebaiknya kakak berhati-hati."     

"Kurasa kau benar." Chleo mengambil napas panjang mendengarnya. "Menurutmu Ashley bukan manusia biasa?"     

"Entahlah. Aku akan mencoba menyelidikinya."     

Chleo mengedipkan matanya beberapa kali berusaha mencerna kalimat adiknya.     

Diego akan menyelidikinya? Bagaimana caranya? Memangnya apa yang bisa dilakukan anak remaja seperti Diego untuk menyelidiki kasus penculikannya?     

Lalu Chleo tersenyum serta tertawa kecil.     

"Apa yang lucu?"     

"Tidak apa-apa. Aku tahu kau tidak akan bisa membantu banyak, tapi terima kasih sudah menghiburku. Rasanya aku sudah tidak perlu takut lagi."     

Diego menggigit bibirnya menyadari kecerobohannya.     

Aiya, dihadapan kakaknya saat ini, dia hanyalah anak ingusan berusia enam belas tahun. Tapi dia malah bersikap seperti anak dewasa yang sudah tahu seluk beluk dunia kriminal. Diego menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan canggung lalu menepuk tangan satu kali saat teringat sesuatu.     

"O, iya. Aku baru ingat. Kita harus berangkat ke Washington sekarang."     

"Ha? Kenapa?" meskipun Chleo bingung dengan sikap tergesa-gesa adiknya, dia membiarkan Diego menarik tangannya dan langsung keluar menuju ke halte bis.     

"Hari ini paman Stanley akan kembali ke Belanda. Aku datang kesini untuk menjemput kakak agar kita bisa sama-sama mengantar mereka."     

"Jam berapa mereka akan pulang?"     

"Katanya pesawat mereka berangkat jam lima sore. Masih ada sekitar tiga setengah jam."     

Sekitar jam tiga lebih, Chleo dan Diego tiba di bandara Washington. Diego langsung menghubungi keluarganya untuk menanyakan posisi mereka di bandara. Chleo hanya mengikuti Diego dan langsung berlari menghampiri keluarganya begitu Chleo melihat wajah ayah serta ibunya.     

Dia langsung memeluk ibunya dari belakang membuat Cathy terkejut setengah mati.     

"Astaga, Chleo. Kau hampir membuat mama jantungan."     

Chleo cekikikan tanpa melepaskan pelukannya.     

"Ada apa nih? Yang berangkat adalah aku tapi kenapa sepertinya Chleo tidak mau melepaskan kepergian Cathy?"     

Semuanya tertawa mendengar godaan Stanley pada Chleo sementara Chleo hanya menjulur lidahnya saja dengan manja.     

Chleo sendiri sama sekali tidak menyangka akan bisa melihat wajah ayah serta ibunya kembali. Kemarin malam saat dia terjatuh dari gedung Flex corp, Chleo mengira dia tidak akan pernah lagi bisa bertemu dengan keluarganya. Karena itulah dia sangat bersyukur sekali bisa kembali bertemu dengan orang-orang disayanginya.     

Dia jadi bertanya-tanya apa yang terjadi antara Axel dengan ayahnya. Bukankah ayahnya ingin berbicara empat mata dengan Axel? Tapi Axel menemaninya semalaman, jadi mereka tidak bertemu?     

Ah, biarkan saja. Selama ayahnya tidak menyinggung soal Axel, dia juga tidak akan menyinggungnya.     

Tidak lama setelahnya pengumuman gerbang masuk pesawat yang akan dinaiki keluarga Calvin terdengar.     

Melodie serta Harmonie saling menempelkan pipi mereka sambil berpelukan seolah merasa enggan berpisah.     

"Apakah Meli tidak bisa ikut dengan kami?" rajuk Moni dengan memanyunkan bibirnya membuat Katie tertawa geli.     

"Kami akan mengunjungi kalian saat liburan musim panas nanti. Bagaimana?"     

"Benarkah?"     

Meli serta Moni menatap ke arah Kinsey dengan mata berbinar-binar membuat Kinsey tak bisa mengelak.     

Sebenarnya Kinsey sama sekali tidak ada rencana liburan ke Belanda untuk musim panas nanti. Malahan dia ingin mengajak keluarganya liburan ke Asia daripada ke Eropa. Tapi karena istrinya sudah berkata akan mengunjungi Belanda, maka dia harus merubah rencananya.     

Di dunia ini satu-satunya yang bisa menaklukkan seorang Kinsey Alvianc hanyalah istrnya, Katalina Alvianc.     

"Benar. Kita akan datang musim panas nanti."     

"Yey!!!" seru Moni dengan girang sambil melompat-lompat diikuti Meli tanpa melepaskan pelukan mereka.     

"Kenapa kalian tidak naik salah satu pesawat pribadi milik kami saja?" tanya Vincent merasa penasaran.     

"Tidak apa. Kami akan mengambil pesawat biasa saja."     

Sebenarnya Stanley tidak berani naik pesawat pribadi. Diego sudah memberitahunya bahwa yang menculik Chleo kemarin adalah salah satu Vectis. Kemarin dia mengambil resiko membuat putrinya untuk menggunakan kemampuannya agar bisa melacak keberadaan Chleo.     

Jika Vectis ini mengetahui identitas raja kuning yang sekarang, bisa jadi makhluk itu tidak akan tinggal diam. Dia tidak ingin naik ke pesawat pribadi dimana hanya sejumlah manusia didalamnya membuat Vectis menyerang pesawatnya.     

Sebaliknya, jika dia naik ke pesawat yang penumpangnya ada lebih dari seratus, Vectis tidak akan berani bertindak. Karena begitu seorang Vectis melakukan pembunuhan dalam skala besar, salah satu penguasa dimensi lain pasti akan bertindak menghabisi Vectis tersebut.     

Untuk saat ini, berada didalam keramaian manusia jauh lebih aman dibandingkan mengasingkan keluarganya di tempat terpencil. Mereka juga tidak akan aman jika terus berada di Amerika.     

Harmonie sudah memberitahunya ada raja biru di Amerika dan dia ingat energi biru dan kuning sangat berlawanan. Meskipun tidak terlalu kontras, tapi putrinya bisa menjadi sakit bila terlalu lama berdekatan dengan energi raja biru. Tinggal di Washington saja sudah membuat putrinya agak demam di hari pertama mereka datang ke Washington. Siapa yang menyangka kalau raja biru tinggal di Seattle yang hanya berjarak satu jam perjalanan dengan Washington.     

Itu sebabnya, Stanley ingin segera kembali ke Belanda secepat mungkin meskipun jadwal kepulangan mereka sebenarnya masih beberapa hari lagi.     

Setelah saling berpamitan, Stanley mengajak istri serta ketiga anaknya masuk kedalam. Sebelum menghampiri sang ayah, Moni menghampiri Chleo dan meminta dipeluk oleh sang kakak.     

Chleo menurutinya dan membungkuk untuk memeluk adiknya.     

"Kak Chleo," bisik Moni di telinga Chleo sambil memastikan tidak ada siapapun yang mendengar suaranya dengan mengendalikan angin disekitarnya. "Kalau suatu saat nanti kakak tersesat, teriak sekencang-kencangnya. Cukup satu kali tapi dengan suara keras."     

Moni melepaskan pelukannya lalu tersenyum manis kearahnya, sementara Chleo memandangnya dengan tatapan bingung.     

"Jangan lupa ya." sambung Moni sambil menangkup wajah Chleo dengan kedua tangan mungilnya lalu memberi kecupan singkat pada pipi Chleo.     

"Ah, curang. Masa hanya kak Chleo yang mendapat ciuman." rajuk Kenken membuat lainnya tertawa.     

Pada akhirnya Moni memberikan kecupan pipi pada tiap-tiap saudara sepupunya serta paman dan bibinya. Setelah itu mereka beranjak pergi dan pulang kembali ke Belanda.     

Sayangnya, disaat Chleo 'tersesat', Chleo sama sekali tidak ingat pesan dari Moni dan nyaris dijemput maut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.