My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Angin Topan



Angin Topan

2Ashley yang terlebih dulu sadar dari rasa keterkejutannya. Dengan cepat dia melihat kesekeliling mereka untuk mencari pegangan agar tubuh mereka tidak terbawa oleh angin tersebut. Namun tidak ada. Tidak ada batu ataupun tempat pegangan untuk dijadikan alat menahan tubuh mereka tetap bertahan di tanah.     

Tidak lama kemudian mereka mulai merasakan imbas tornado tersebut. Angin berhembus kencang ke arah mereka nyaris membuat kaki mereka terangkat dari pijakan tanah.     

Ashley segera mengguncangkan bahu Chleo untuk menyadarkan gadis itu dari lamunannya karena tampaknya Chleo terlalu syok menghadapi tornado yang luar biasa besar itu.     

"Chleo! Kita harus memikirkan cara untuk pergi dari tempat ini!"     

Cara? Memangnya ada cara apa jika berhadapan dengan tornado sebesar itu sementara mereka berada di atas tebing yang dikelilingi jurang? Mereka tidak memiliki harapan dan mereka pasti akan mati.     

Namun Chleo memaksa dirinya untuk tidak menyerah. Sudah cukup dia merasa putus asa dan menyerah menghadapi rencana jahat Vectis terhadapnya.     

Chleo segera bangkit berdiri dan melihat kesekelilingnya. Di sekelilingnya memang ada jurang, tapi ada juga tebing lainnya yang ketinggiannya lebih rendah daripada posisi mereka. Jaraknya cukup jauh jadi tidak mungkin mereka bisa melompat dan mendarat persis di tebing tersebut. Tapi jika menggunakan hembusan angin yang dahsyat ini ada kemungkinan tubuh mereka bisa terbawa angin lebih jauh dan mencapai ke tebing target mereka.     

"Kita harus melompat kesana!" teriak Chleo karena angin mulai terasa semakin keras melenyapkan suaranya.     

"Terlalu jauh!" balas Ashley.     

"Kita bisa gunakan angin ini untuk mendorong kita kesana. Tidak ada cara lain!"     

Ashley melirik ke belakang yang kini tornado tersebut sudah semakin dekat dengan jarak mereka membuat kakinya semakin kesulitan bertahan pada tempatnya.     

"Baiklah!"     

Mereka berusaha sekuat tenaga berjalan melawan arus angin untuk berada di ujung tebing agar mereka bisa memiliki jarak lari yang cukup untuk melakukan lompatan jauh. Begitu dirasanya cukup dan tidak memiliki banyak waktu sebelum tubuh mereka terhisap ke pusaran angin tornado tersebut, mereka langsung berlari mengikuti arus angin lalu melompat setinggi-tingginya begitu berada di ujung tebing.     

Persis seperti apa yang diduga Chleo, tubuh mereka serasa seperti didorong suatu kekuatan besar dari belakang dan dalam sekejap tebing dataran yang lebih rendah sudah berada dibawah kaki mereka.     

Hanya saja, tubuh mereka masih belum menurun dan terus melayang seolah tidak ada gravitasi di antara mereka. Setelah berada di tengah udara selama beberapa detik yang terasa seperti beberapa jam, akhirnya tubuh mereka jatuh kebawah dengan kasar menyebabkan luka-luka pada tubuh mereka.     

Keduanya tidak sempat merasakan rasa sakit pada luka mereka karena mereka fokus untuk bangkit berdiri dan berlari menghindar dari angin torpedo tersebut. Mata mereka mengerling kesekitar mereka untuk mencari tempat yang kokoh untuk dijadikan tempat persembunyian tanpa berhenti berlari.     

Sayangnya, tidak ada satupun tempat yang bisa mereka jadikan tempat perlindungan. Tempat ini dipenuhi dengan bebatuan yang tidak rata serta tidak ada tanaman ataupun rumput. Tempat ini sangat gersang dan tidak ada satupun bangunan ataupun gua.     

Pada akhirnya mereka hanya bisa berlari secepatnya tanpa memperdulikan rasa perih yang mulai terasa akibat goresan tanah kasar dengan kulit mereka. Hingga akhirnya mereka berlari hingga ke ujung yang mana ada jurang juga didepannya, mereka menemui jalan buntu.     

Ashley serta Chleo saling berpandangan sambil terengah-engah lalu sama-sama menoleh kebelakang melihat tornado masih sama kuatnya dan masih mengejar mereka.     

Padahal mereka sudah berbelok-belok dan menghindari alur jalannya tornado itu. Tapi kenapa tornado tersebut masih saja mengikuti mereka seolah pusaran angin itu memiliki pikirannya sendiri.     

Sepertinya kali ini Vectis benar-benar ingin memastikan Chleo mati agar bisa segera mengambil jiwanya.     

Chleo serta Ashley merasa tidak berdaya dan hanya bisa berdiri disana sambil melihat tornado mendatangi mereka dengan cepat. Mereka tidak memiliki jalan keluar, mereka juga tidak memiliki kekuatan untuk menghilangkan tornado itu. Apakah ini adalah akhir hidup mereka?     

Angin berhembus semakin kencang menandakan jarak antara tornado serta kedua gadis yang berdiri di ujung jurang semakin menipis. Kaki mereka yang bertahan pada tanah semakin lama semakin bergeser mundur karena saking besarnya hembusan angin tornado tersebut.     

Chleo serta Ashley sama sama menggunakan sebelah tangan mereka untuk melindungi mata mereka dari hembusan angin kencang tersebut. Mereka tidak sadar ada seorang asing muncul di belakang mereka untuk mencengkeram tangan mereka.     

Disaat mereka menyadari ada orang dibelakang mereka, sudah terlambat. Orang tersebut menarik tangan mereka dengan kasar lalu melompat terjun ke jurang membuat keduanya berteriak histeris.     

"AAAAAAAAAA!!"     

"AAAAAAAAAA!!"     

-     

Untuk pertama kalinya semenjak dia diculik bersama Ashley, Chleo yang terlebih dulu sadar sementara Ashley masih tidur di sebelahnya.     

Chleo mengernyit kebingungan melihat ruangan yang begitu gelap dan hanya sebuah lilin yang menyala untuk memberi cahaya ruangan. Dimana ia? Tempat apa ini? Apa yang terjadi? Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran Chleo.     

Dia mencoba mengingat-ingat apa saja yang terjadi dan hal terakhir yang ia ingat adalah saat dia bersama Ashley berhadapan dengan tornado, lalu… ada orang yang menarik mereka dan terjun ke jurang!     

Siapa orang itu? Dan darimana orang itu muncul? Jika mereka terjun ke jurang apakah itu berarti mereka sudah mati? Apakah ini surga? Ah, tidak mungkin.     

Dia tidak tahu seperti apa itu surga, tapi dia yakin sekali surga itu tidak segelap ini.     

Chleo duduk lalu memincingkan matanya untuk melihat isi ruangan ini dengan jelas. Dinding ruangan ini seperti terbuat dari batu-batu, dan ada bau khas yang tercipta dari kumpulan air didalam kolam batu. Dia juga mendengar tetesan air seperti tetesan air yang jatuh ke kolam. Suaranya juga menggema tanpa adanya peredam suara seakan dia berada didalam… gua?     

Apakah ini gua?     

Hhhh.. Dari padang pasir, kemudian kabin tahanan manusia kanibal, lalu berdiri di ujung tebing dengan jurang mengelilinginya. Sekarang dia berada didalam gua?     

Dia tidak akan terkejut lagi kalau tempat berikutnya disaat dia bangun adalah di tengah hutan.     

Chleo memijat pelipisnya karena kepalanya terasa pusing akan semua ini. Semula dia hidup dengan normal dan damai bersama keluarganya. Kenapa tiba-tiba kehidupannya berubah drastis seperti ini?     

Ini semua gara-gara Vectis yang mengincarnya! Sebenarnya, apa yang diinginkan makhluk mistis itu? Mengapa dia bersikeras ingin sekali mencelakainya?     

"Nona Chleo, anda sudah bangun?"     

Chleo langsung menegakkan tubuhnya begitu mendengar suara asing tersebut. Dia mengerling kesekelilingnya untuk mencari pemilik suara tersebut namun dia tidak bisa melihat apa-apa.     

Whoosh! Whoosh! Tiba-tiba saja ada ratusan bahkan mungkin ribuan lilin menyala disekitarnya membuat tempat yang gelap ini menjadi terang. Saat itulah dia melihat sosok seorang makhluk rupawan dari ujung kepala hingga ke kaki.     

Wajah bagaikan fairy di negeri dongeng, bentuk telinga lancip seperti telinga elf, serta dua warna mata yang memukau, merah dan biru. Rambut orang itu bewarna ungu dari atas namun ujung rambutnya bewarna kuning keemasan.     

Dalam sekejap, Chleo terpesona akan kecantikan makhluk itu. Apakah ini adalah Vectis yang terkenal itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.