Kedatangan Vectis
Kedatangan Vectis
Untung saja nafsu makan kedua gadis itu tidak sebesar orang pada umumnya sehingga mereka bisa membagi bahan makanan yang seharusnya untuk tiga hari menjadi empat hingga lima hari.
Namun pada hari kelima, bahan makanan telah habis sementara persediaan batu api juga telah habis digunakan. Yang tersisa hanyalah tiga batu api untuk penerangan didalam gua disaat malam tiba. Begitu batu api habis digunakan, maka ruangan disekitar mereka akan gelap gulita membuat keduanya tidak bisa melihat apa-apa.
Setelah menunggu hingga hampir seminggu dan Vectis Yuna belum muncul, mau tidak mau mereka mulai merasa gelisah dan tidak tenang.
"Menurutmu terjadi sesuatu pada makhluk itu?"
"Hhhh…" Chleo menghembuskan napas berat mendengar tebakan negatif dari sahabatnya. "Entahlah. Aku harap dia baik-baik saja."
"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Cepat atau lambat kita harus keluar dari tempat ini."
"Memang benar, tapi bukankah tidak aman jika kita keluar?"
"Cepat atau lambat kita akan mati kelaparan disini. Daripada mati berdiam diri disini, lebih baik kita berjuang terlebih dulu di luar sana. Setidaknya kita bisa langsung bersembunyi begitu melihat ada Vectis lainnya."
Chleo menggigit kukunya sambil merenungkan apa yang dikatakan Ashley.
Memang benar, jika mereka terus berdiam disini cepat atau lambat mereka akan menjadi lemas dan lambat laun akan mati kelaparan. Akan lebih baik jika seandainya Vectis Yuna kembali, tapi hingga menunggu hampir satu minggu, makhluk itu tidak kunjung muncul membuat mereka berpikir apakah mungkin terjadi sesuatu pada makhluk itu?
Lagipula Vectis sendiri yang bilang kalau dia akan mencari tahu siapa yang mengincar Chleo sesungguhnya serta mencari cara untuk membuka portal. Bagaimana kalau dalam pencariannya ke tempat musuh, Vectis lain telah menangkapnya?
Ugh!
Chleo berharap Vectis baik hati itu baik-baik saja dan tidak kenapa-kenapa.
"Kurasa sebaiknya kita menunggu hingga persediaan bahan makanan kita habis. Barulah setelah itu kita akan keluar. Aku takut begitu kita keluar Vectis akan pulang." ujar Chleo kemudian dan akhirnya Ashley menyetujuinya.
Akan jauh lebih baik bila Vectis kembali daripada mereka terpaksa keluar dari tempat ini dan malah ketahuan oleh Vectis lainnya.
Mereka memutuskan kembali berbaring di atas batu perbaringan yang dialasi jerami sambil berbincang-bincang. Beginilah aktivitas mereka selama seminggu ini. Makan, tidur sambil berbincang-bincang lalu memasak untuk makan keseharian mereka lagi.
Mereka luar biasa bosan dan hampir tidak tahan bertahan tinggal menetap di ruangan yang sangat minim penerangan ini. Kalau seandainya mereka tidak ingat bahwa nyawa mereka dipertaruhkan ditempat ini, mereka sudah pasti akan keluar dari gua ini sejak lama.
Mereka sama-sama memiliki jiwa petualang sehingga mereka akan selalu tertarik untuk menjelajahi tempat baru. Apalagi mereka sedang berada di dunia lain dimana penghuninya bukan manusia seperti mereka.
Seluruh tubuh mereka terasa gatal ingin berjalan keluar untuk melihat-lihat seperti apakah dunia tempat tinggal para Vectis ini. Namun mereka tahu, mereka pasti akan langsung mati begitu mereka tertangkap oleh Vectis jahat. Karena itulah mereka memaksakan diri untuk tetap tinggal dan menunggu kepulangan Vectis milik Yuna.
Yah, ada hikmatnya mereka tinggal disana. Mereka menjadi lebih akrab dan saling mengenal satu sama lain.
Di luar dugaan mereka memiliki banyak kesamaan seperti yang suka melakukan traveling dan juga menyukai lautan. Keduanya juga sama-sama akan langsung pergi ke pantai begitu musim panas tiba dan membangun istana pasir setinggi-tingginya.
Mereka sama sekali tidak menyangka kesukaan serta hobi mereka sangatlah mirip. Kalau sedari awal mereka mengetahui akan hal ini, mungkin saja mereka bisa berteman sejak awal semester kuliah mereka.
Kling! Klang!
Tiba-tiba ada sebuah suara seperti seseorang menendang kaleng ke tong sampah membuat keduanya langsung terdiam dan bersikap waspada. Suara tersebut berasal dari arah jalur masuk kedalam gua ini.
Apakah mungkin Vectis Yuna telah kembali?
"Apakah mungkin Vectis yang menolong kita sudah kembali?" Ashley bertanya dengan nada berbisik pada Chleo.
"Entahlah." Chleo juga turut berbisik karena ragu bahwa langkah suara yang mendekat adalah langkah kaki milik Vectis Yuna.
Chleo menarik Ashley untuk menuntunnya bangkit dari batu tempat berbaring lalu bergerak ke arah pojokan untuk bersembunyi. Mereka tidak ingin lengah dan menganggap Vectis yang datang adalah makhluk sama yang telah menolong mereka dengan sembrono.
Tidak masalah kalau yang datang memang adalah Vectis Yuna, tapi bagaimana kalau ternyata Vectis yang lain? Mereka hanya akan membongkar keberadaan mereka dan langsung dibawa ke gerbang kematian.
Chleo tidak mau mengambil resiko itu sehingga dia memilih untuk bersembunyi terlebih dulu.
Sialnya, Chleo telah melupakan hal yang paling penting. Semua Vectis sanggup memanfaatkan energi alam disekitar mereka.
Hanya dalam satu kali gerakan saja, semua lilin yang terpajang di tiap jalan menyala dengan api yang bersinar-sinar. Gua yang tadinya terlihat gelap karena posisi Chleo serta Ashley sebelumnya jauh agak ke dalam, kini tiba-tiba menjadi terang seperti ada puluhan lampu didalam satu kamar kecil.
Chleo serta Ashley langsung memincingkan mata karena cahaya yang tiba-tiba muncul terlalu menyilaukan untuk mata mereka yang sudah lama tidak melihat cahaya terang.
Tap! Tap! Tap!
Suara langkah kaki semakin terdengar dengan jelas membuat kedua jantung mereka berdebar-debar tak karuan.
Ah, kenapa Vectis tersebut harus menyalakan lilin sih? Mereka lebih merasa aman kalau seandainya ruangan gelap. Tapi kini karena ruangan sekitar mereka terang benderang bagaikan padang rumput dibawah teriknya sinar matahari, mereka ragu kalau tubuh mereka bisa bersembunyi di belakang batu yang tingginya hanya setinggi tubuh mereka.
Mereka hanya bisa berharap yang datang adalah Vectis Yuna, kalau tidak…
Entah seperti apa nasib mereka.
Tanpa sadar kedua tangan mereka saling bertautan satu sama lain saat langkah kaki seseorang berhenti di tengah ruangan. Mereka berdua sama-sama menahan napas dan mulai merasakan punggung mereka mengeluarkan keringat dingin.
Chleo menggigit bibirnya hingga dia merasakan rasa besi di lidahnya. Dia tidak tahu yang mana yang lebih menakutkan. Berada di situasi saat ini ataukah jatuh dari roof top gedung perusahaan ayahnya.
Sepertinya… keduanya sama-sama menakutkan baginya.
Krak! Krak!
Suara apa itu?
Chleo serta Ashley saling berpandangan saat mendengar suara aneh berasal dari seseorang yang baru saja memasuki gua ini.
Mereka mulai semakin panik memikirkan kemungkian Vectis yang datang ini bukanlah Vectis Yuna.
Dan ternyata…
Boom!!
"AAAAAA!!!"
Batu yang dijadikan mereka untuk menutupi tubuh mereka hancur berkeping-keping.