My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Cap Target



Cap Target

0Hening. Tidak ada suara apapun walaupun Chleo serta Ashley telah berdiri di tengah kerumunan para Vectis.     

Chleo serta Ashley sendiri juga tidak berani bersuara mengingat sebelumnya Vectis perempuan langsung menyerangnya setelah Chleo membuka suara untuk sekedar bertanya.     

Kini mereka tidak mau ambil resiko dengan bersuara lalu mendapat serangan dari para Vectis sekaligus. Bisa-bisa mereka langsung mati di tempat.     

Anehnya, Chleo menyadari tanduk di kepala mereka bersinar-sinar secara bergantian. Ada juga yang tidak bersinar dan memasang muka datar, tapi kebanyakan tanduk para Vectis bersinar-sinar seperti bintang di langit.     

Lalu Chleo teringat akan ucapan Vectis Yuna yang memberitahu mereka mengenai fungsi tanduk yang dimilikinya.     

'Kami jarang bertemu dengan bertatap muka. Biasanya kami berkomunikasi melalui tanduk kami'     

Melihat tanduk yang bersinar-sinar secara bergantian, apakah mungkin para Vectis sedang saling berkomunikasi?     

Ugh!     

Sungguh tidak adil sekali. Mereka bisa melakukan telepati dan manusia tidak akan mengetahui apapun pembahasan mereka sementara manusia harus mengeluarkan suara untuk saling berkomunikasi yang pastinya akan didengar oleh makhluk mistis ini.     

Chleo sungguh tidak mengerti kenapa sang pencipta menciptakan dunia yang begitu berlawanan dengan dunia manusia dan perbedaan mereka bagaikan langit dan bumi.     

Tidak lama kemudian salah satu dari Vectis berjalan menghampiri mereka disaat bersamaan tanduk diatas kepala mereka berhenti bersinar.     

Chleo serta Ashley menelan ludah dengan gugup saat menyadari ada satu Vectis yang berjalan menghampiri mereka.     

Vectis ini sangat tinggi, bahkan mungkin lebih tinggi dari Axel serta paman Kinsey. Chleo serta Ashley harus mendangakkan kepala mereka begitu Vectis ini berdiri didepan mereka.     

"Manusia, apa tujuan kalian datang kemari?"     

Chleo serta Ashley saling berpandangan begitu mendengar pertanyaan Vectis yang diucapkan dalam bahasa manusia.     

��Kami tersesat." kali ini Ashley yang menjawab. "Kami dikejar oleh musuh kami hingga tidak sengaja masuk ke dalam kuil yang sudah runtuh. Lalu tiba-tiba saja kami berada di tempat ini."     

"Teman kami bilang kalian berteman dengan salah satu anggota kami."     

"Itu benar. Dia membantu kami untuk bersembunyi terlebih dulu sementara dia mencari jalan bagi kami untuk kembali pulang ke dunia kami."     

"Bagaimana denganmu?" kali ini Vectis melirik ke arah Chleo dengan tatapan tajam yang sangat mengintimidasi. "Kenapa kau memiliki cap target milik kerajaan Vectis?"     

Chleo mengernyit bingung sama sekali tidak mengerti mendengar pertanyaan Vectis galak yang satu ini. Apa maksudnya dengan cap target? Cap target apa?     

"Apa yang kau bicarakan? Cap target apa yang kau maksudkan?"     

Gasp!!     

Seketika hampir semua Vectis disana terkesiap kaget dan langsung bersikap ofensif ke arah Chleo. Rata-rata yang bersikap ofensif ada Vectis yang memiliki dua tanduk, sementara Vectis bertanduk satu masih bersikap santai dan ada beberapa yang merasa bingung dengan sikap waspada dari teman-temannya.     

Chleo serta Ashley sungguh dibuat kebingungan dengan sikap ofensif dari para Vectis bertanduk dua.     

Bukankah Vectis perempuan yang menemui mereka di dalam gua juga sama. Vectis tersebut tidak berbuat apa-apa dan hanya memandang mereka dengan kebingungan serta penasaran.     

Namun begitu mendengar suara Chleo, Vectis tersebut menjadi waspada dan langsung mengikat mereka.     

Saat ini juga sama. Awalnya para Vectis tersebut hanya berdiri tegak dan memandang mereka dengan tak bersahabat namun tidak bersikap mengintimidasi.     

Tapi begitu Chleo berbicara, sikap mereka langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Pose mereka langsung membungkuk seolah siap untuk menerkam mangsa sementara giginya mulai memanjang menunjukkan dua taring seperti taring vampire yang dilihatnya di film-film.     

Ugh! Chleo, kau benar-benar harus berhenti melihat film-film seperti itu. Pikir Chleo dalam hati.     

Ashley menarik Chleo kebelakang tubuhnya seakan dia adalah induk yang memiliki insting melindungi yang luar biasa. Sepertinya, alasan mengapa para Vectis bersikap ofensif kearah mereka gara-gara mendengar suara Chleo.     

Ashley tidak tahu mengapa mereka terpengaruh dengan suara Chleo karena menurutnya suara Chleo terdengar normal di telinganya. Anehnya, hanya para Vectis bertanduk dua yang bisa mengenali suara Chleo. Vectis yang berdiri di hadapan mereka juga semakin memancarkan aura intimidasi membuat bulu kuduk Ashley meriding.     

Bagaimana caranya mereka bisa lolos dari sekumpulan Vectis yang pada dasarnya bisa membunuh mereka hanya dengan satu jentikan jari saja?     

Untuk saat ini, dia harus menyuruh Chleo untuk tidak berbicara terlebih dulu.     

"Chleo, jangan bersuara terlebih dulu." bisik Ashley sepelan mungkin namun memastikan Chleo mendengar suaranya.     

Chleo tidak mengerti apa yang salah pada suaranya, namun dia menurut dan tidak lagi berbicara. Dia membiarkan Ashley yang melakukan negosiasi dengan Vectis yang masih berdiri dihadapan mereka.     

"Maaf, tapi apa maksud anda dengan cap target? Aku yakin temanku ini juga tidak mengerti ucapan anda."     

"Temanmu sudah mati."     

Jawaban singkat ini membuat Ashley serta Chleo serasa diguyur dengan air dingin. Apa maksudnya dengan mengatakan Chleo sudah mati?     

Kalau Chleo memang sudah mati, lalu siapa yang berdiri bersamanya ini?     

Ashley ingin sekali menjerit untuk membantah pernyataan tak masuk akal ini. Jelas-jelas temannya masih hidup dalam keadaan sehat dan berdiri bersamanya, tapi makhluk mistis ini malah mengutuknya dengan mengatakan bahwa Chleo sudah mati.     

Seolah bisa mendengar pikirannya, Vectis tersebut melanjutkan kalimatnya, "Seharusnya dia mati. Tapi seseorang memutar ulang waktu di dunia kalian, sehingga dia masih hidup."     

Memutar ulang waktu?     

"Aku tidak tahu kenapa, tapi anggota kerajaan kami menginginkan jiwa yang dimiliki temanmu. Mereka berhasil mendapatkannya belasan tahun yang lalu, tapi salah satu raja warna memutar ulang dunia kalian. Namun dunia kami masih berjalan dan jiwa anak ini masih berada disini."     

Chleo semakin mengernyit mendengar ini. Jiwa Chleo masih ada di dunia ini? Lalu jiwa apa yang kini mengghinggap dalam tubuhnya?     

Tampaknya Ashley juga berpikiran sama dengannya karena kini Ashley memandangnya dengan penuh kebingungan sama seperti dirinya.     

Tanpa diketahui mereka, Vectis tinggi dihadapan mereka melirik ke salah satu temannya dan berkomunikasi melalui tanduknya. Lalu tanah yang menjadi pijakan kaki mereka bergetar seakan terjadi gempa bumi yang hebat.     

"Maaf, tapi aku harus memastikan anak ini mati disini sebelum jiwa anak ini menghancurkan dunia kami."     

Ashley terkesiap ketika tiba-tiba angin yang sama mengikat tubuh Chleo dan langsung membawanya ke ujung tebing.     

Chleo bergidik ngeri saat dia didaratkan di tanah paling ujung sementara dibelakangnya hanya ada jurang gelap tanpa dasar.     

"Sebaiknya kau menjatuhkan dirimu sendiri karena kami tidak mau mengotori tangan kami."     

"Tidak! Chleo!!" Sayangnya, angin yang sama mengikat tubuh Ashley mencegahnya untuk menyusul Chleo.     

Chleo masih berdiri pada tempatnya tanpa ada niatan melangkah mundur, malahan dia hendak berjalan maju untuk menghindari jurang tersebut.     

Namun, beberapa Vectis bertanduk dua menghalangi jalannya dengan menciptakan tombak dari bebatuan lalu melayangkannya ke arah Chleo.     

Kini Chleo dihadapkan antara jurang dengan belasan tombak yang terarahkan padanya. Tombak tersebut melangkah maju mendekatinya dan jika Chleo nekat melangkah maju, tidak ada yang menjamin tombak itu tidak akan menembus tubuhnya yang rentan.     

Sedikit demi sedikit langkah Chleo berjalan semakin mundur dan tanpa sadar, kakinya tersandung dan tubuhnya langsung terjatuh ke belakang.     

"CHLEOOOOO!!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.