My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Aku Tidak Akan Melepaskanmu



Aku Tidak Akan Melepaskanmu

0Kita kembali pada Chleo yang saat ini berdiri di tepi jurang sementara para Vectis menciptakan tombak dari bebatuan lalu diarahkan padanya.     

Jantung Chleo berdetak tak karuan dan kedua kakinya bergetar nyaris tak sanggup untuk bertahan menopang tubuhnya.     

Chleo ingin sekali menerobos maju untuk menjauhi jurang yang sangat dalam dibelakangnya. Tapi dia tidak bisa bergerak maju karena dia berhadapan puluhan bahkan ratusan tombak tajam yang melayang di udara.     

Ujung tombak tersebut terarah kearahnya dan saling menempel dengan satu sama lain. Dia merasa seperti berhadapan dengan dinding yang ditanami ujung tombak didalamnya.     

Namun kini dinding tersebut bergerak maju kearahnya, memaksanya untuk melangkah mundur membuat kedua kakinya semakin bergetar. Chleo menggigit bibirnya karena tidak tahu lagi jalan apa yang bisa menyelamatkannya dari kematian.     

Dia melirik ke arah Ashley yang kini berteriak sambil meronta karena tubuhnya dicengkeram oleh salah satu Vectis dengan kasar.     

Tubuh Ashley bahkan terangkat keatas karena Vectis yang mencengkeramnya bertubuh tinggi dan melingkarkan sebelah tangannya ke perut Ashley untuk ditahan.     

Kedua kaki Ashley bergerak-gerak serta menendang kaki penangkapnya, tapi Vectis yang menahannya tidak bergeming dari tempatnya. Ashley merasa dia sedang menendang dinding yang kokoh dan saat melihat posisi Chleo telah kembali ke tempat paling ujung tebing, matanya mulai berkaca-kaca.     

Chleo sendiri juga bisa merasakan kepedihan serta ketidakberdayaan Ashley melalui matanya dan tanpa sadar matanyapun turut berkaca-kaca.     

Apakah hari ini adalah kematiannya yang sesungguhnya? Apakah kali ini tidak ada keajaiban yang mendatanginya?     

Tap. Tap.     

Sudah hampir tidak ada lagi jalan untuk memijakkan kakinya ke belakang. Tapi Chleo berusaha sekuat tenaga untuk bergeser kesamping tanpa jatuh agar bisa menghindari tombak tersebut.     

Namun dia salah melangkahkan kakinya sehingga tempat pijakan kakinya runtuh dan akhirnya tubuhnya oleng dan terjatuh ke belakang. Saat itulah Chleo merasa jantungnya berhenti berdetak.     

"CHLEOOOOO!!!"     

Chleo sempat mendengar suara panggilan Ashley membuatnya meneteskan air mata.     

Kenapa? Kenapa dia harus merasakan ini lagi?     

Dia sudah pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh dari tempat ketinggian dan dia nyaris dijemput maut. Kini dia mengalaminya lagi dan dia yakin tidak akan ada yang sanggup menolongnya.     

Chleo memejamkan matanya dan membiarkan gravitasi menarik tubuhnya semakin kebawah.     

Apakah dia akan merasakan sakit bila tubuhnya terbentur ke bawah? Ah, alangkah baiknya jika dia bisa langsung mati saja begitu tubuhnya menghantam dasar jurang ini. Dengan begitu dia tidak perlu merasakan sakit.     

Kiiiik!!     

Tiba-tiba saja ada sebuah suara yang sangat memekikkan telinga membuatnya penasaran. Tepat disaat dia membuka matanya, badai angin terasa kencang menerpa tubuhnya dan tahu-tahu saja dia merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhnya dan dia merasa seperti melayang di tengah udara.     

Bukan. Bukan melayang. Tapi dia merasa seperti sedang naik ke atas dengan kecepatan tinggi!!     

Chleo mengangkat wajahnya dan sangat terkejut melihat wajah tampan berambut platinum serta mata biru yang menatapnya dengan pandangan sejuta cinta.     

"Axe…Hmph!"     

Belum sempat mencerna apa yang terjadi, tiba-tiba saja Axelard memeluknya dengan erat hingga membuatnya sulit untuk bernapas.     

"Untunglah. Syukurlah aku bisa menemukanmu tepat waktu."     

Tampaknya Chleo masih terpaku dan otaknya agak lambat untuk berpikir. Dia baru saja menerima takdirnya yang akan pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya tanpa bisa bertemu dengan keluarganya serta Axel.     

Tapi tiba-tiba saja Axel muncul dihadapannya membuatnya mengira apa yang dialaminya hanyalah mimpi belaka.     

Namun suhu dingin yang nyaman serta suara Axe yang sangat khas membuatnya yakin bahwa dia tidak sedang bermimpi.     

Axelard memang ada disini bersamanya! Pria itu menyusulnya mendatangi dunia para Vectis.     

Diliputi perasaan lega yang luar biasa dari rasa kegelisahannya selama seminggu ini membuat air mata Chleo tidak bisa dibendung lagi. Dia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Axel dan membalas pelukan pria itu.     

Mendengar suara tangisan Chleo yang terdengar nyaring di telinganya membuat hati Axel terkikis.     

Dia berubah pikiran. Kalau seandainya dia berencana membawa Chleo pulang terlebih dulu sebelum memberi pelajaran pada para Vectis jahat, kini dia tidak ingin mengembalikan Chleo pulang.     

Dia merasa Chleo jauh lebih aman bersamanya dibandingkan mengembalikan Chleo pada keluarganya yang hanya manusia biasa.     

Jika musuh mereka hanyalah manusia, maka Axel bisa tenang mengembalikan Chleo kedalam perlindungan keluarganya. Dia yakin tidak ada manusia yang sanggup menembus perlindungan Vincent Regnz sekaligus Kinsey Alvianc. Ditambah lagi mereka memiliki bantuan dari Stanley Calvins yang memiliki banyak mata di seluruh dunia manusia.     

Tapi musuh mereka bukan manusia, melainkan Vectis.     

Itu sebabnya Chleo akan lebih aman bersamanya daripada berpisah darinya.     

"Chleo, mulai sekarang aku tidak akan melepaskanmu pergi. Aku akan membawamu kemanapun aku pergi dan aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi." ucap Axel dengan tegas tanpa mengendorkan pelukannya.     

"En. Aku akan menurutimu."     

Axel melonggarkan pelukannya lalu mengecek kondisi tubuh Chleo untuk mencari apakah ada luka pada tubuh mungil istrinya… calon istrinya. Koreksinya dalam hati.     

"Kau tidak terluka?" sambil bertanya Axel menghapus jejak air mata pada pipi Chleo lalu tersenyum tipis saat Chleo menggelengkan kepalanya.     

Chleo mengerling ke arah bawah dan matanya membulat lebar saat melihat bulu putih dibawah bokongnya.     

"I…ini?"     

"Ah, ini pertama kalinya kau melihat wujud Falcon yang sebenarnya."     

"Fa… Falcon!?" Chleo sama sekali tidak menyangka burung raksasa yang ditungganginya bersama Axel ini adalah Falcon, burung elang yang sering dilihatnya!     

Tubuh Falcon saat ini sangat besar, bahkan mungkin cukup untuk menapung tiga hingga empat orang lagi di punggungnya. Chleo bergeser semakin merapatkan diri ke tubuh Axelard. Selain dia takut terjatuh karena saat ini mereka terbang sangat tinggi, Chleo lebih merasa nyaman tubuhnya diselimuti dengan hawa dingin dari tubuh Axel.     

"Ah," lalu tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Ashley, dia masih berada bersama para makhluk itu."     

"Tenang saja. Temanku sudah mengurusnya."     

Kejadian yang sebenarnya, tepat saat Chleo terjatuh dari tebing, suara burung raksasa terdengar dari atas langit dan melesat turun menuju ke jurang tepat dimana Chleo terjatuh.     

Ashley serta para Vectis terkesiap kaget sama sekali tidak menduga ada burung sebesar burung yang dilihat mereka muncul di dunia ini.     

Ashley melongo dan untuk beberapa detik, dia berubah menjadi patung. Ashley kembali sadar saat burung raksasa yang sama tiba-tiba keluar dari jurang dan terbang tinggi ke atas.     

Apakah burung itu datang untuk menyelamatkan Chleo? Dia sungguh berharap jawabannya adalah iya.     

Whoosh!     

Tiba-tiba saja hembusan angin panas menerpa mereka semua membuat Vectis yang menahannya menjatuhkannya tiba-tiba.     

"Aduh!" Karena dia diangkat cukup tinggi dan belum siap untuk mendarat ke tanah, Ashley terjatuh dengan bokongnya yang mencium tanah dengan keras.     

"Kau baik-baik saja?"     

Saat Ashley mengelus bokongnya yang terasa sakit, sebuah uluran tangan manusia tampak di penglihatannya. Ukuran tangan tersebut tidak besar… yah, lebih besar dari tangannya, tapi tidak sebesar ukuran tangan Vectis.     

Karena penasaran, Ashley mendongakkan kepalanya dan napasnya tercekat saat menatap sepasang mata merah yang menyeramkan namun mengagumkan.     

Terlahir sebagai putri tuan gubernur Grey, Ashley sering bertemu dengan pejabat-pejabat penting serta penguasa dari kalangan super. Dia suka mendatangi acara atau event penting yang mengundang superstar. Bukan superstar selebritis atau entertainer, tapi superstar usahawan dan pejabat.     

Lagipula keinginannya adalah untuk menjadi istri seorang yang memiliki posisi tertinggi dimana tidak akan ada satupun yang berani meremehkannya ataupun menindasnya.     

Soal tampang, dia akan memikirkannya belakangan. Yang penting adalah harta kekayaannya serta kedudukannya ditingkatan sosial. Kalau dia mendapatkan suami seperti Axel yang memiliki ketampanan bagaikan dewa Yunani serta kedudukan pemilik perindustrian perkapalan nomor satu di dunia, maka hidupnya akan sempurna.     

Tapi tidak. Dia tidak lagi mengincar Axel dan telah menghapus nama pria itu dari daftar pencalonan suami untuknya. Dia tidak mau bersaing dengan Chleo apalagi merebut milik sahabat barunya.     

Kini dia hanya mencari calon lain dan tidak memikirkan tampangnya. Hanya saja, dia berubah pikiran saat bertemu langsung dengan Axel. Akan bohong namanya kalau dia mengatakan dia tidak tertarik pada pria itu.     

Pria itu sungguh sangat tampan dengan kulit putih bagaikan salju serta rambut bewarna silver yang kemilau. Belum lagi mata birunya yang cemerlang seakan dia bisa melihat laut pada kedua mata tersebut.     

Semenjak itu dia memutuskan akan mencari pria berkedudukan tinggi serta tampan!     

Dia tidak mau memiliki suami yang tidak tampan walaupun suaminya itu memiliki seisi dunia. Dia mulai berpikir tidak masalah jika kekayaan suaminya tidak seberapa asalkan wajah suaminya tampan seperti Axel.     

[author: Kenapa harus menyebut nama Axel melulu? :thinking_face::thinking_face:]     

Asalkan pria itu tidak malas dan mau berjuang, Ashley bisa membantunya dan bersama-sama mereka bisa mencapai kesuksesan yang sama dengan para pengusaha lainnya.     

Walaupun begitu, Ashley merasa dia tidak akan terlalu memusingkan ketampanan seseorang karena dalam hati kecilnya, dia tetap memilih calon suami yang berada di tingkatan sosial yang tinggi.     

Sudah banyak anak muda yang tertarik padanya dan mendekatinya, tapi rata-rata pemuda itu tidak bisa bekerja dan mengandalkan uang orangtua mereka.     

Yah, memang benar, kalau pemuda di usianya kebanyakan hanya berpikir untuk bersenang-senang dan memamerkan harta kekayaan keluarganya untuk menggaet para wanita.     

Justru pemuda seperti inilah yang ingin sekali dihindari Ashley. Dia ingin mencari pemuda yang walaupun masih kuliah, tapi telah berpikir dewasa bahkan telah memikirkan masa depannya.     

Waktu pemuda tersebut tidak dihabiskan untuk bersenang-senang dengan bergaul anak muda lainnya atau berclubing, melainkan untuk memapak dan merencanakan masa depannya dengan bijaksana.     

Ashley yakin diluar sana pasti ada pemuda yang seperti ini, hanya saja Ashley belum menemukannya. Apalagi pemuda yang seperti ini biasanya tidak mencolok dan baru akan muncul setelah meraih kesuksesannya.     

Nah, Ashley ingin menemukan pemuda seperti ini dan menjalin hubungan dengannya sebelum pemuda itu sukses. Tentu saja tidak mudah karena pemuda seperti ini sulit untuk dideteksi.     

Namun segala pemikiran Ashley mengenai pria idaman khayalannya hancur berantakan begitu matanya bertumpu pada sepasang mata merah seperti darah.     

Sekali lihat Ashley langsung tahu bahwa orang ini bukanlah Vectis, melainkan manusia seperti dirinya. Dia juga langsung tahu bahwa orang ini berkewarganegaraan Asia menilai dari bentuk wajahnya.     

Hanya saja, apakah orang Asia suka mengecat rambutnya dengan warna merah yang mencolok seperti orang ini?     

Ah, masa bodoh dengan warna rambutnya! Ashley bahkan tidak bisa berpikir ataupun mengalihkan pandangannya dari mata merah pemuda itu seolah ada magnet sendiri yang menariknya untuk memandangi pemuda Asia dihadapannya ini.     

Ini yang kedua kalinya Ashley melihat secara live seorang pemuda yang tampan. Axel juga tampan tapi berbeda tipe. Axel tampak seperti pahatan dewa Yunani yang kokoh dan megah, sedangkan pemuda dihadapannya ini seperti seorang warrior di kerajaan Cina yang memiliki wibawa serta martabat yang tinggi.     

Betapa gagahnya pemuda dihadapannya ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.