My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Master X



Master X

0Gelap.     

Hampa.     

Dingin.     

Tunggu. Dingin? Dia bisa merasakan dingin? Bukankah dia seorang raja biru? Dia tidak pernah merasakan kedinginan sebelumnya. Bagaimana dia bisa merasakan suhu dingin?     

Dimana dia?     

Saat ini dia berada di sebuah ruanganya kosong seperti sebuah dimensi hampa yang tidak ada apa-apa. Tidak ada dinding, tidak ada lantai maupun makhluk hidup. Apakah mungkin dia berada di dimensi astral yang hampa? Bagaimana dia bisa masuk kemari?     

'X, berhati-hatilah. Mereka menginginkan jiwa yang memiliki sumber energi kehidupan.'     

Axel segera memutar tubuhnya mencari sumber suara tersebut. Namun karena suara tersebut berasal di seluruh sudut, sangat sulit baginya menemukannya.     

"Siapa? Siapa kau? Siapa mereka yang kau maksudkan?"     

'Mereka berhasil mendapatkan jiwa Chleora Regnz. Tapi karena waktu telah berjalan mundur dan Chleo tidak memiliki jiwa energi raja merah, jiwa yang mereka dapatkan berangsur redup. Mereka akan mencarinya lagi.'     

Jantungnya seakan merasa sesak mendengar Chleo menjadi incaran 'mereka'.     

"Sebenarnya siapa mereka? Siapa kau? Kenapa kau memberitahuku semua ini? Chleo tidak memiliki energi raja warna. Dia tidak akan menjadi target mereka. Iya kan?"     

Tidak ada jawaban dari suara tersebut namun sebagai gantinya ada sebuah sinar terang yang sangat menyilaukan. Mengikuti instingnya, Axel mengikuti cahaya tersebut lalau dia tiba di sebuah kamar asing. Tidak. Dia pernah melihat kamar ini tapi tidak begitu ingat kapan dia pernah datang kemari.     

"Chloe, maaf. Maaf, jangan pergi." terdengar suara seperti putus asa di atas ranjang.     

Axel menajamkan penglihatannya dan melihat ada seorang pemuda sedang tertidur disana. Tampaknya pemuda tersebut sedang mengalami mimpi buruk karena wajahnya berpeluh keringat dan kedua alisnya bertautan menunjukkan ekspresi penderitaan yang mendalam.     

Namun apa yang membuatnya terkejut bukanlah karena kamar yang terasa familiar ini. Tapi wajah pemuda itu. Bukankah pemuda itu adalah Vincentius Regnz?     

Benar. Ini adalah kamar Vincent di asrama khusus pria yang disediakan di kampusnya.     

Apa yang dilakukannya disini? Tidak. Dia ingat apa yang dilakukannya disini. Dia ingat dia pernah datang ke Amerika atas permintaan Zigfried untuk mengecek keadaan Vincent yang dalam pemulihan depresi akut.     

Dan benar saja. Kini dia melihat dirinya sendiri muncul disana lalu mengarahkan tangannya ke dahi Vincent. Sekarang dia mengingatnya. Dia pernah menyalurkan energinya untuk mengunci beberapa ingatan kelam dari pikiran Vincent. Itu sebabnya Vincent bisa melupakan wajah wanita itu, dia akan melupakan kenyataan bahwa dialah salah satu penyebab kematian wanita itu. Dengan begitu kehidupan pemuda itu akan jauh lebih baik dan bisa menikmati hidup.     

Meskipun pada kenyataannya, ingatan tersebut kembali lagi saat bertemu dengan Cathy yang kini adalah istrinya. Untungnya semua berjalan dengan baik dan berakhir bahagia.     

Hanya saja, dia sama sekali tidak menyangka… dia telah melupakan kenyataan yang sangat penting ini. Dia sama sekali tidak ingat pernah memberikan sebagian kecil sumber energi kehidupannya pada Vincent.     

Tidak heran, Chleo tahan akan sentuhan dinginnya. Tidak heran dia memiliki rasa ketertarikan pada gadis itu. Chleo telah mewarisi sumber energi kehidupan raja biru dari Vincent!     

Tiba-tiba saja dada Axel merasa sesak. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang menghambat kerongkongannya hingga sulit bernapas. Secara perlahan namun pasti, titik hitam mulai bermunculan pada penglihatannya sebelum akhirnya memenuhinya sepenuhnya dan dia kembali masuk kedalam kegelapan.     

Dia tidak bisa melihat apa-apa ataupun mendengar. Tapi dia bisa merasakan elusan lembut pada kepalanya. Tangan yang hangat dan menenangkan membuat rasa kegelisahannya semakin berkurang.     

Semakin dia merasa tenang, semakin terasa pula elusan lembut itu. Karena penasaran siapa yang telah memberikan ketenangan padanya, Axel membuka matanya. Dia berhembus napas lega begitu mengenali kamarnya di mansion di Seattle ini. Setidaknya dia kembali.     

"Kau sudah bangun?"     

Axel menoleh ke sebelah dan melihat Chleo duduk di sebelah kepalanya sementara tangannya yang mengelus dahinya hingga ke puncaknya.     

"Apa yang terjadi padaku?"     

"Justru aku yang ingin bertanya padamu. Mengapa kau tiba-tiba pingsan? Apakah gara-gara aku memberimu ciuman di pipi? Seharusnya aku tidak melakukannya. Aku tidak menyangka kau langsung jatuh sakit begitu kucium."     

Axel tersenyum geli mendengar gerutu yang sengaja dibuat-buat oleh Chleo.     

"Mungkin lain kali kau harus melakukannya di bibir agar aku tidak jatuh pingsan."     

Entah sudah berapa kali Chleo harus membulatkan matanya mendengar kalimat absurb dari kekasihnya. Dasar pria tidak tahu malu!!     

Chleo mengalihkan pandangannya menolak menatap tatapan penuh kemenangan dari Axel sementara dia sama sekali tidak tahu, Axel bisa melihat jelas telinganya yang kini memerah.     

Meskipun Chleo tampak marah dan merasa jengkel padanya, namun tangannya masih belum berhenti mengelus kepalanya membuat hatinya menghangat.     

"Apakah kau dari tadi yang mengusap kepalaku?"     

"Hm. Aku ingat Fye pernah melakukannya untukmu dan kau berangsur membaik. Jadi aku pikir kau juga akan membaik jika aku yang melakukannya."     

Sebenarnya apa yang dilakukan Fye dan Chleo sangatlah berbeda. Fye menyalurkan transfusi energinya sedangkan Chleo murni memberinya kedamaian dan menenangkan jiwanya.     

"Aku rasa sudah saatnya aku pulang. Apakah kau memiliki seseorang yang bisa mengantarku?"     

"…"     

"Kau memiliki banyak pelayan disini, seharusnya kau juga memiliki supir kan?"     

"Aku akan mengantarmu pulang."     

Axel hendak bangkit berdiri namun dicegah oleh Chleo. "Tidak master X. Aku tidak mengizinkanmu keluar dari tempat ini. Kau butuh istirahat."     

Axel tidak membantah lagi dan kembali berbaring. Meskipun begitu dia tidak melewatkan nama panggilan yang keluar dari mulut gadisnya.     

"Master X?"     

"Aku dengar para pelayanmu memanggilmu seperti itu saat tadi kau jatuh pingsan. Menurutku sangat lucu."     

Lucu?? Pemuda mana yang suka namanya disebut lucu?     

"Jadi, siapa yang akan mengantarku pulang?" Chleo harus pulang sekarang, kalau tidak bisa-bisa dia sungguhan akan menginap disini.     

"Biarkan aku tidur sepuluh menit lagi baru aku akan mengantarmu pulang." Axel bersikeras ingin dirinya yang mengantar Chleo pulang. Lebih tepatnya dia tidak ingin pria manapun yang mengantar wanitanya pulang ke rumah.     

Walaupun begitu dia sangat mengenali kondisi tubuhnya dan saat ini dia masih belum pulih untuk menyetir jarak jauh. Dia akan beristirahat sepuluh menit lagi sambil mengumpulkan kekuatannya.     

Hanya saja… sebuah ide nakal terlintas di otaknya. Tampaknya ide-ide jahil serta nakal yang kini dipikirkan olehnya hanya muncul disaat dia bersama Chleo.     

Axel menarik pinggang Chleo mendekat lalu memiringkan tubuhnya agar dia bisa meletakkan kepalanya di paha Chleo dengan nyaman.     

Chleo menahan napas begitu kakinya terasa agak berat karena kepala Axel telah bersender sempurna diatas pahanya.     

"Axe… a… aapa yang sedang kau lakukan?"     

"Sssh… Biarkan aku tidur."     

Pria tak tahu malu itu memejamkan matanya dengan begitu khidmatnya dan langsung jatuh tertidur begitu saja.     

Baiklah. Chleo menyerah. Sampai kapanpun dia tidak akan bisa melawan pria satu ini. Karena hatinya sudah hanya tertuju pada pemuda ini dan dia yakin sekali tidak dia tidak akan pernah bisa lepas dari pesona pemuda ini.     

Satu menit… dua menit… hingga sepuluh menit berjalan tanpa terasa. Sudah waktunya Chleo membangunkan Axel. Namun karena dia sendiri juga merasa lelah karena menunggu pria itu terbangun selama enam jam tanpa istirahat, Chleo turut terlelap jua.     

Tepat saat dia terlelap, pukul sudah menunjukkan tengah malam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.