Chleo Mulai Cemburu
Chleo Mulai Cemburu
"..."
"Aku sudah merasa sehat."
Axelard mendesah pasrah melihat kekeraskepalaan gadis mungil berambut hitam ini.
Hanya karena dia diserang sakit kepala luar biasa saja, Chleo menjadi panik setengah mati hingga menghubungi Dexter. Kini tidak hanya Dexter yang datang kemari, namun Fye juga ikut datang bersamanya.
Alhasil mereka malah makan siang bersama dengan dihiasi kecanggungan luar biasa.
Selama menikmati hidangan, Axel bisa merasakan lirikan dari sebelahnya yang terbilang sangat rutin.
"Aku sungguh tidak apa-apa. Kau tidak perlu khawatir."
"Itu benar. Dia bukanlah orang yang mudah sakit." Sahut Fye dengan nada ceria. "Ngomong-ngomong, kita belum sempat berkenalan. Namaku Fylorania Schoskovia Marlandishce."
"Ha? Floranya?" Chleo merasa agak kesulitan mengucapkan nama kepanjangan gadis berambut pirang ini. Namanya sungguh aneh sekali.
"Panggil saja Fye. Itu akan lebih mudah."
"Hahaha.. Fye." Kenapa tidak dari tadi? Gerutu Chleo dalam hati. "Namaku Chleo West."
"Hm. Aku tahu."
Chleo mengernyit mendengar ini. Fye tahu namanya? Bagaimana bisa?
Hanya saja Chleo tidak terlalu memikirkannya karena dia masih mengkhawatirkan pemuda yang sudah memikat hatinya ini.
Kulitnya saja sudah terlihat pucat, apalagi tadi saat pemuda itu mengerang kesakitan, kedua bibirnya yang seharusnya merah menjadi putih seperti kulitnya.
Setidaknya warna bibir pemuda itu sudah kembali sedia kala, dan ekspresi Axel juga tidak tampak terlihat sakit. Pada akhirnya Chleo kembali diam sambil melanjukan acara makannya yang sedari tadi hampir tidak tersentuh olehnya.
"Jadi, sampai dimana hubungan kalian?" tanya Fye secara blak-blakan membuat Axel dan Chleo tersedak makanan mereka.
Axel menatap sinis kearah Fye yang sama sekali tidak digubrisnya. Sementara Dexter hanya bisa duduk diam, melahap makanannya tanpa peduli ketegangan yang terjadi antara dua raja warna tersebut. Dia menganggap dia sedang makan sendirian dan berpura-pura tidak mengenal kedua orang itu.
Ah, seandainya Evie bersamanya.
"Kurasa.. ada salah paham." Jawab Chleo dengan gugup. "Kami tidak memiliki hubungan seperti itu." meskipun kini Chleo berharap suatu saat nanti mereka akan menjalin sebuah hubungan khusus.
"Eh? Kalau begitu kenapa kau begitu mengkhawatirkan kakakku?"
Axel menatap ganas ke arah Fye yang duduk berseberangan dengannya.
'Sejak kapan aku menjadi kakakmu?'
Seolah bisa berbicara melalui mata, Axel bertanya pada Fye yang untuk kesekian kalinya tidak digubris raja violet usil ini.
Tiba-tiba saja dia menyesal telah membawa Fye ikut ke Amerika. Seharusnya dia meninggalkan Fye di Inggris dan membiarkan para polisi mengejarnya dan menangkapnya.
"Kakak? Kalian kakak adik?" Chleo lebih merasa terkejut mendengar ternyata gadis cantik unik ini adalah adik dari Axel.
Tidak heran mereka sama-sama memiliki wajah rupawan yang tidak umum. Hanya saja, keduanya tidak memiliki kemiripan layaknya saudara. Yah, seharusnya Chleo tidak perlu meragukannya apalagi dia dan adiknya juga tidak mirip.
Semua orang tidak akan menyangka kalau Diego adalah adiknya kalau seandainya Chleo tidak memberitahu mereka.
Sementara Chleo menunggu jawaban, Fye hanya memberi senyuman misterius yang tidak bisa dimengerti Chleo. Chleo melirik ke arah sebelahnya untuk menanti jawaban, tapi Axel hanya mendesah berat dan tidak mengkonfirmasi apapun.
Chleo melirik Dexter yang malah sibuk melahap makanannya seolah dia sedang makan seorang diri.
Jadi sebenarnya Fye dan Axel adalah saudara atau bukan? Kenapa pula Chleo sangat ingin tahu jawabannya? Entah kenapa dia merasa dia akan merasa lega kalau ternyata Fye ternyata adalah adik kandung Axel.
"Dex, apakah kau masih mencari designer baru?"
Tiba-tiba saja Axel mengalihkan pembicaraan membuyarkan lamunan Chleo.
Dexter yang tidak ingin ikut campur antara ketegangan dua raja warna menatap Axel dengan bingung. Seingatnya dia tidak pernah mengusulkan akan mencari designer baru. Malahan dia berharap bisa memecat salah satu designer lama yang ditolak oleh Axel. Kenapa majikannya ini bertanya apakah dia masih mencari designer baru?
"Kebetulan Chleo mencari lowongan magang, mungkin kau bisa mempekerjakannya."
Chleo membelalak lebar sama sekali tidak mengharapkan kalimat yang terucap oleh Axel. Untuk kedua kalinya dia tersedak makanannya sendiri sambil melambaikan tangannya.
"Tidak. Itu, aku tidak ingin merepotkan siapapun. Lupakan saja apa yang dikatakannya."
"Bukankah kau bilang kau membutuhkan..."
"Axel," tanpa sadar Chleo memasang ekspresi khasnya pada Axel membuat Axel kesulitan bernapas.
Saat ini sepasang bola mata coklat Chleo berkaca-kaca dan kedua pipinya bersemu merah. Chleo merapatkan kedua bibir mungilnya rapat-rapat seolah dia berusaha menahan diri untuk tidak berteriak. Kedua alisnya yang terbentuk feminim saling bertautan menambah kecantikannya.
Astaga! Ini pertama kalinya seorang gadis membuatnya berhenti bernapas. Axel harus berdehem beberapa kali untuk meredakan debaran jantungnya yang sudah tidak karuan sebelum mengalihkan pandangannya kembali pada Dexter.
"Lupakan saja apa yang kukatakan tadi."
Tentu saja, Dexter yang seumur hidupnya telah dididik oleh kedua orangtuanya untuk melayani raja biru langsung mengerti apa yang sedang terjadi.
"Chleo, apa yang dikatakan Axe memang benar. Kami membutuhkan seorang designer di tempat kami. Keadaan kami sangat darurat dan membutuhkan seorang designer dengan segera. Jika kau tidak keberatan, mungkin kau bisa datang ke tempat kami besok untuk melakukan wawancara. Bagaimana?"
Chleo menggigit bibirnya dengan gelisah. Tentu saja dia merasa senang bisa mendapatkan pekerjaan untuk mengisi waktu kosongnya selama liburan. Tapi, apa tidak apa-apa dia menerima bantuan pemuda itu? Bagaimana dengan larangan dari ayahnya?
"Aku rasa, aku akan menerimanya kalau itu memang tidak merepotkan."
"Sama sekali tidak merepotkan. Aku akan menghubungi pihak HRDku."
"Terima kasih."
"Aku sudah selesai makan. Aku permisi dulu." pamit Dexter tiba-tiba. "Nona Fye, bukankah setelah ini anda memiliki janji temu?"
"Ha? Janji temu dengan siapa?"
"Pokoknya ada. Ayo, silahkan ikut aku." Dengan sopan dan penuh hormat, Dexter menarik sebelah tangan Fye keluar dari meja makan mereka.
Axel tersenyum senang melihat betapa pengertiannya Dexter terhadap situasinya. Akhirnya dia bisa menikmati waktunya bersama Chleo dengan tenang.
"Uhm.. jadi apakah Fye benar-benar adalah adikmu?"
Seharusnya Chleo berterimakasih dulu pada Axel karena telah membuka jalan untuknya. Tapi sebaliknya, dia malah merasa lebih terusik dengan hubungan antara pemuda ini dengan Fye.
Bagaimana tidak? Chleo ingat saat pertama kali Fye datang bersama Dexter untuk mengecek kondisi Axel, gadis bernama Fye itu terlihat sangat intim sekali. Dia meletakkan telapak tangannya pada dahi Axel sambil mengelus-elusnya dengan lembut.
Chleo merasa cemburu tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak memiliki alasan untuk cemburu dan juga tampaknya kondisi Axel berangsur membaik ketika dahinya dielus seperti itu.
Kalau seandainya keduanya adalah saudara kandung, maka Chleo bisa menerima adegan intim tersebut. Mungkin dia juga akan melakukan hal yang sama jika seandainya adiknya jatuh sakit. Tapi kalau ternyata mereka bukan saudara...
Chleo akan merasa sedih sekali.
Sementara Axel sama sekali tidak mengerti keresahan Chleo. Dia menganggap adegan dimana Fye mengelus dahinya adalah hal biasa. Mungkin dimata manusia mereka mengira Fye sedang mengelus sayang terhadapnya. Tapi sebenarnya, Fye menyalurkan sebagian kecil energinya langsung masuk kearah kepalanya yang terserang rasa sakit.
Sama seperti dulu ketika raja merah yang terkena energi dingin milik raja biru memerlukan raja kuning untuk menetralkan kembali energi sang raja merah. Pada dasarnya merah dan kuning memiliki frekuensi energi panas yang sama sehingga keduanya bisa saling membantu.
Begitu juga dengan raja warna biru dan ungu. Keduanya sama-sama memiliki frekuensi energi dingin.
Sayangnya Chleo tidak mengetahui akan hal ini dan menjadi salah paham.