Chleo Jatuh Cinta
Chleo Jatuh Cinta
"Ewwwww!"
Kiiiiik! Cit! Cit!
Sepasang mata coklat Chleo membelalak lebar tidak percaya akan apa yang dilihatnya.
Ada burung-burung kecil menyerang Ashley dan para anggota gengnya. Burung-burung tersebut juga menciprati mereka dengan kotoran bewarna putih ke atas rambut para wanita membuat Chleo juga mengernyit jijik.
Chleo ingin bergerak dari tempatnya, setidaknya dia ingin menghindar dari serangan sekelompok burung aneh ini. Tapi dia sudah dikepung oleh para gadis geng Ashley yang kini sibuk mengusir para burung yang jumlahnya sudah tak terhitung lagi.
Sebenarnya darimana burung ini berasal? Bukankah sekarang musim dingin? Seharusnya burung-burung sudah mulai jarang terlihat memasuki cuaca dingin seperti ini.
Terlebih aneh lagi, tidak ada satupun burung yang mendekati Chleo. Seolah Chleo tidak pernah ada disana. Burung-burung tersebut bertingkah seolah tidak bisa melihat Chleo.
Aneh sekali.
"Sialan! Badanku bau semua."
"Eww.. Rambutku jadi kotor."
Chleo hanya terdiam menyaksikan adegan misterius itu. Antara dia ingin tertawa ataukah bersimpati terhadap mereka, Chleo sama sekali tidak tahu. Setidaknya untuk saat ini Ashley melupakan niatannya menginterogasi Chleo karena terlalu panik memikirkan penampilannya.
Tidak lama kemudian, mereka semua segera berlari memasuki pintu menuju kedalam gedung. Mereka semua melupakan keberadaan Chleo untuk sementara waktu.
Melihat tidak ada lagi sasaran untuk diserang, para burung terbang menjauh hingga tak terlihat lagi. Hanya satu burung elang putih yang terbang tinggi berputar diatas Chleo.
"Burung yang aneh. Kenapa aku merasa mereka sedang membantuku? Hahaha. Itu tidak mungkin. Memangnya aku ini Cinderella?" Monolog Chleo.
Dia sama sekali tidak tahu, burung elang putih tersebut adalah utusan dari Axel untuk menjaganya secara tersembunyi. Dan atas perintah elang itu pula, burung-burung kecil lainnya menyerang grup Ashley dengan serempak.
Kemudian Chleo turut membuka pintu atap lalu turun dan melanjutkan rencananya untuk menyerahkan buku tugasnya.
Setelah mencari di tiap kelas, akhirnya dia menemukan asisten dosennya yang dia cari.
"Bruce!" panggil Chleo dengan agak keras karena orang yang dipanggilnya sedang berjalan memunggunginya.
Bruce, salah satu idola kampus serta asisten dosen yang tampan berbalik ketika mendengar namanya dipanggil. Bruce memiliki mata hijau seperti batu emerald yang berharga dan rambut coklat yang sangat terang. Dia juga bersikap ramah pada siapapun yang ditemuinya sehingga tidak heran dia menjadi salah satu idola kampus ini.
Sebuah senyuman lebar menghiasi wajahnya ketika melihat Chleo berjalan kearahnya.
"Aku mencarimu dari tadi."
"Kau kan bisa menghubungiku." Balas Bruce dengan nada jenaka.
"Aku sudah pasti akan menghubungimu kalau kau tidak mengganti nomormu... lagi!" gerutu Chleo.
"Hahaha, maaf aku lupa. Jadi ini buku sketsamu?"
"Iya." Dengan antusias Chleo menyerahkan buku tugasnya pada pemuda itu.
Bruce membuka buku tugasnya dan mengecek hasil karya tugas designnya dengan tatapan kagum.
"Wah, semuanya bagus sekali. Mr. Tony akan menyukainya. Aku akan memberikannya padanya nanti sore."
"Terima kasih. Ngomong-ngomong, kenapa kau sering mengganti nomormu, huh? Kau tidak takut Mr. Tony akan memecatmu sebagai asistennya?"
"Tentu saja tidak dong. Aku memiliki dua nomor. Yang satu untuk para gadis, yang satu khusus untuk Mr. Tony. Dengan begini aku bisa menghindari kejaran para gadis dengan membuang nomorku yang lama."
"Ckckckck. Dasar playboy! Hati-hati kalau kau jatuh cinta pada seorang perempuan lalu dia akan mematahkan hatimu."
Bruce mengangkat kedua bahunya dengan cuek. "Aku akan memikirkannya nanti. Tapi mungkin aku akan mempertimbangkannya jika kau mau jadi kekasihku." Goda Bruce dengan tatapan nakalnya.
Chleo mengetuk dagunya dengan jarinya seolah sedang berpikir, "Hm... mungkin aku bisa mempertimbangkannya jika Evie menyetujuinya."
"Ish!" terdengar sebuah ringisan dari Bruce. "Tidak perlu dipertimbangkan kalau begitu. Sahabatmu itu akan membelahku jadi dua kalau melihatku sekarang."
Chleo tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Baiklah, aku akan pergi sekarang. Sampaikan salamku pada Mr. Tony."
Bruce ikut tertawa bersama Chleo kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke kelas yang akan dibimbingnya. Sambil berjalan dia masih saja melihat hasil karya milik Chleo. Tiap gambar hasil design gadis itu tidak pernah membuatnya berhenti untuk kagum. Design gadis itu sangat unik, memberikan kesan imut disaat bersamaan ada kesan feminim didalamnya.
Designnya sangat mencerminkan orangnya. Chleo yang terkadang bisa terlihat imut disaat bersamaan bisa terlihat feminim dan elegan.
Sebagai seorang pria, maka dia akan berbohong kalau mengatakan dia tidak pernah memiliki perasaan pada Chleo. Chleo adalah gadis imut yang cantik serta memiliki karakter yang unik dan menyenangkan. Hampir semua pemuda yang pernah berkenalan dengan Chleo, tidak ada yang tidak merasa berdebar-debar.
Tapi bagi Bruce, dia merasa Chleo bisa lebih berbahagia jika gadis itu bertemu dengan orang yang benar-benar mencintainya dengan segenap hatinya. Chleo terlalu murni dan bersih untuk disakitinya. Karena Bruce menyadari, dia tidak pernah bisa mengikatkan hatinya hanya untuk satu wanita saja.
Yah, dia akui. Dia memang brengsek.
-
Chleo berjalan keluar dari kampus menuju ke kafe dimana Axel menunggunya. Padahal dia berpikir dia hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh hingga lima belas menit saja. Tapi gara-gara kejadian Ashley tadi, kini dia membuat Axel menunggunya selama lebih dari setengah jam.
Semakin dekat langkahnya dengan kafe, semakin kencang pula debaran jantungnya.
Perasaan ini lagi! Kenapa dia berdebar-debar seperti ini tiap kali akan bertemu dengan pria bernama Axelard? Sebenarnya apa yang sudah merasukinya?
Chleo membuka pintu kafe tersebut menimbulkan suara lonceng yang terletak diatas pintu. Lonceng tersebut akan berbunyi tiap kali pintu terbuka dan tertutup membuat pegawai kafe akan langsung tahu ada pengunjung yang keluar masuk.
Chleo mengerling setempat hingga dia melihat pemuda yang kini sedang menyesapi kopinya.
Axelard duduk di pojokan dekat dinding kaca dengan menyilangkan kakinya dengan elegan. Caranya memegang kopipun juga terlihat sangat elegan seperti seorang bangsawan Inggris yang pernah dilihatnya disebuah film. Setelah menikmati kopinya Axelard masih memandang ke jalanan melalui dinding kaca tersebut.
Sudut wajah pria itu, mata biru itu, rahang yang tegas dan maskulin itu...
Ah, kenapa Axelard bisa begitu tampan sih? Kenapa jantungnya dari tadi tidak mau tenang?
Chleo sama sekali tidak bergerak dan memilih menikmati pemandangan indah itu. Bukan. Sebenarnya dia tidak berani mendekati pria itu. Tiba-tiba saja dia menjadi pengecut dan merasa dirinya tidak pantas berdiri bersebelahan dengan pemuda itu.
Tapi... cepat atau lambat dia harus menghampiri Axelard. Bukankah pria itu bilang dia akan menunggunya hingga urusannya selesai? Lagipula untuk apa pria itu menunggunya? Kenapa pula situasi mereka seperti pasangan kekasih?
Tiba-tiba saja Axelard mengalihkan pandangannya kearahnya membuat jantung Chleo melompat dari tempatnya. Dia masih belum siap menghadapi pemuda itu.
Tanpa persiapan apapun, pemuda itu mengulas senyum yang sangat menawan membuat debaran jantungnya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Melihat senyuman pemuda itu rasanya dia ingin terbang ke angkasa. Dia bahkan nyaris merasakan dipunggungnya ada sepasang sayap yang siap membawanya pergi.
Sedetik kemudian Chleo merasa bisa melihat sejuta bintang mengelilingi mereka. Dia bahkan melihat wajah Axelard tampak begitu bersinar seolah ada lampu sorot yang meneranginya.
Tunggu! Kenapa dia melihat hal-hal yang dideskripsikan Evie padanya beberapa hari yang lalu?
Apakah mungkin....?
Astaga! Dia.. Chleo sudah jatuh cinta? Dan orang yang dicintainya adalah Axelard?
Benarkah itu? Benarkah dia sedang jatuh cinta? Setelah dua puluh tahun dia tidak pernah merasakan yang namanya cinta, kini dia merasakannya??