My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Perasaan yang Tumpul



Perasaan yang Tumpul

1"HAHAHAHAHAHA... aduh, perutku. HAHAHAHAHA.. Lucu sekali! Diego akan menikah! HAHAHAHAHA.. perutku sampai sakit sekali. Hahahaha!" Evie tidak berhenti tertawa hingga terpingkal-pingkal membuat otot wajah serta perutnya sakit.     

Bagaimana tidak? Mendengar penjelasan serta cerita dari Diego sangat membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak menertawakannya.     

Melihat Evie yang tidak bisa berhenti tertawa meski sudah berjalan selama 10 menit, Diego menjadi semakin cemberut dan menganggap wanita itu tidak ada dihadapannya. Bahkan kini Chleo ikut menertawakannya membuat Diego ingin menangis rasanya.     

"Kakak, kakak berada dipihak siapa?"     

"Hahaha. Maaf, tapi.. aku sama sekali tidak menyangka ada orang seperti teman barumu itu." ungkap Chleo jujur sembari mengusap air mata yang keluar dari ujung matanya akibat terlalu banyak tertawa. "Meskipun begitu, aku tidak percaya papa akan menyetujuinya. Dia tidak akan menyetujuinya, iya kan? Kau masih 16 tahun, memangnya apa yang bisa dilakukan anak 16 tahun begitu menikah?"     

"Itulah yang kumaksud. Aku tidak mengerti jalan pikiran ayahnya. Lagipula, jelas-jelas itu foto editan. Didalam foto itu aku tampak seperti menikmatinya, padahal aku sama sekali tidak menikmatinya!"     

"Ah, masa? Kurasa kau sangat menikmatinya. Lagipula semua naluri pemuda sehat pasti seperti itu." goda Evie yang masih tertawa kecil.     

"Mana mungkin aku bisa menikmatinya! Aku terlalu syok saat itu. Aku bahkan sempat mengira itu semua hanya mimpi buruk. AHHH!! Aku tidak tahu lagi!" gerutu Diego sambil menjambak rambutnya sendiri dengan frustrasi membuat rambuknya berantakan dengan lucu.     

Chleo tertawa kecil melihat polah adiknya. Dengan sabar dia merapikan kembali rambut adiknya sambil mengorek informasi lebih lanjut.     

"Jadi, apa yang dilakukan papa? Jawaban seperti apa yang papa berikan?"     

"Memangnya papa bisa apa. Ternyata Tuan Miyazaki sangat berpengaruh penting bagi proyek papa yang baru. Papa juga tidak bisa berbuat banyak selain menunda pernikahan kami. Justru itulah yang membuatku gila."     

"Memangnya kenapa?"     

"Yuna menyebarkan rumor ke semua orang kami bertunangan. Dan tiap hari aku diteror di sekolah dengan kehadirannya. Didalam kelas, di luar kelas, di perpustakaan... dia selalu muncul dihadapanku seperti hantu. Kakak, apakah mungkin aku sudah tidak ada bumi lagi? Mungkin arwahku sudah pergi meninggalkan tubuhku."     

"Hush! Jangan bicara sembarangan. Tapi... harus aku akui, aku agak ingin bertemu dengan tunanganmu."     

"Kakaaaak." rajuk Diego protes karena Chleo ikut menjahilinya.     

Evie ikut tertawa melihat adegan dua bersaudara Regnz tersebut.     

"Jadi, kau memutuskan bersembunyi disini?" tebak Evie terang-terangan. "Bagaimana dengan ujianmu?"     

"Tentu saja aku sudah menyelesaikannya. Liburan musim dingin akan dimulai minggu depan. Tidak masalah aku membolos beberapa hari sebelum liburan dimulai." jawab Diego lemas. Dia sungguh berharap iblis cilik itu tidak muncul disini.     

"Bagaimana dengan papa dan mama? Apakah mereka tahu kau ada disini?" kali ini Chleo yang bertanya. Dia hanya tidak ingin kedua orang tuanya khawatir.     

"Sepertinya mereka sudah tahu. Lagipula, aku meminta bantuan paman Darrel untuk datang kesini. Aku pinjam helikopternya. Jadi.. aku tidak akan terlacak oleh iblis itu. Kurasa, saat ini paman Darrel sudah memberitahu papa."     

Chleo menepuk jidatnya mendengar pengakuan adiknya itu. Astaga! Bukankah Regnz punya helikopter dan pesawat pribadi sendiri? Kenapa harus pinjam dari paman Darrel??     

"Hei, kenapa kau meminjam pesawat orang lain kalau kau punya pesawat sendiri?"     

Seolah bisa mendengar pemikiran Chleo, Evie mengutarakan rasa penasarannya langsung.     

"Duh. Masa kau tidak mengerti? Kalau aku pakai punya keluargaku sendiri, bukankah si iblis kecil akan tahu kalau aku sudah tidak di New York lagi?"     

"Ah, masuk akal juga. Sepertinya tunanganmu memiliki koneksi yang hebat juga jika dia sampai bisa melacakmu meskipun kau memakai helikopter keluarga sendiri."     

"Pertama," Diego mengacungkan jari telunjuknya ke atas sebelum melanjutkan, "Dia bukan tunanganku. Aku tidak akan pernah mau dan menerima iblis itu dalam kehidupanku. Kedua, aku tidak tahu keluarganya sehebat apa, aku hanya melakukannya untuk berjaga-jaga saja."     

"Hati-hati. Semakin kau membencinya, mungkin saja kau akan mencintainya beberapa tahun kedepan." goda Evie dengan tawa kecil membuat Diego mendengus kesal.     

"Daripada itu, aku lebih penasaran kapan kakakku ini akan menyadarinya."     

Nah lho? Kenapa tiba-tiba topik pembicaraan mereka mengarah ke dirinya? Pikir Chleo heran.     

"Aku juga penasaran." Untuk pertama kalinya Evie menyetujui pernyataan Diego membuat Chleo semakin heran lagi.     

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Apa yang harus kusadari?"     

Alih-alih menjawab, dua saudaranya ini malah hanya menatapnya dengan senyuman jahil. Sebenarnya apa sih yang mereka pikirkan?     

Belum sempat bertanya lebih lanjut, smartphone Chleo berdering menyanyikan lagu favoritnya. Secara refleks, Chleo merogoh ponselnya dan mengangkat panggilan masuknya.     

"Halo?.. Hai, Alexis." Anehnya, Chleo melihat pancaran berbinar-binar pada dua saudaranya. Ada apa ini? "Aku? Aku sedang bersama Diego dan Evie di toko es krim... Hm. Yang itu. Tunggu dulu, kau ada di Seattle??"     

"Kak Alexis ada di Seattle?!" seru Diego penuh antusias.     

"Ciyee... seseorang tidak sanggup berpisah denganmu nih."     

Chleo tidak menghiraukan keduanya dan masih berbicara beberapa kata lagi sebelum mengakhiri panggilannya. Chleo bersikap biasa dan santai, sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Bahkan Diego dan Evie sama sekali tidak tahu apa yang sedang dirasakan Chleo saat ini.     

Sesungguhnya, perasaan Chleo saat ini gugup luar biasa. Dia adalah orang bodoh jika tidak tahu perasaan yang dimiliki Alexis untuknya. Cara pria itu mendekatinya sungguh klasik sekali yang kebetulan sangat disukai ayahnya.     

Daripada memenangkan hatinya, pemuda itu lebih dulu mendekati keluarganya. Caranya bicara, caranya bersikap.. pemuda itu selalu datang ke rumahnya dengan tangan penuh. Bahkan adiknya yang dulu tidak suka melihat Chleo didekati teman pria, kini luluh juga. Alexis memberinya hadiah yang sebelumnya pasti dilarang oleh ayahnya. Misalnya, tiket vip menonton balapan motor, dan lain sebagainya yang bisa menyenangkan hati adiknya.     

Pada akhirnya, seluruh keluarganya tanpa terkecuali... berada dipihak pemuda itu dan secara tidak langsung selalu memuji Alexis dihadapannya. Jelas sekali mereka berharap Chleo akan menerima Alexis begitu pemuda itu menyatakan perasaannya.     

Jika seandainya dia memang memiliki perasaan pada Alexis, sudah pasti Chleo tidak akan ragu lagi. Hanya saja... entah kenapa, dia sama sekali tidak bisa membayangkan dirinya bersama Alexis. Bukan hanya Alexis, terhadap pria lainpun, dia sama sekali tidak merasakan apa-apa.     

Apakah mungkin perasaannya ini tumpul? Kenapa dia sama sekali tidak bisa merasakan ketertarikan pada seorang lelaki? Apakah mungkin.. yang sebenarnya dia ini... lesbi?     

Tidak. Tidak mungkin. Dia juga tidak bisa membayangkan dirinya hidup bersama dengan sesama jenis, apalagi menjalin hubungan khusus.     

Chleo mendesah memikirkan ini. Dia sungguh berharap Alexis tidak pernah mengutarakan perasaannya. Dia memang menyukai Alexis, tapi hanya sebatas teman.     

Jika sampai Alexis mengutarakan perasaannya.. apa yang harus dia lakukan? Dia tidak ingin menyakiti hati pemuda itu, tapi dia juga masih ingin berteman dengannya. Apakah dia egois?     

"Hei lihat, siapa yang datang?" tiba-tiba terdengar nada jahil pada Evie yang duduk disebelahnya.     

Seketika, Diego dan Chleo mengedarkan pandangannya ke arah pintu dimana pemuda yang sedang mereka bicarakan muncul disana. Pemuda itu dihiasi senyuman sumringah pada wajahnya begitu menatap Chleo dan berjalan santai kearah mereka.     

Yah, setidaknya Chleo yakin akan satu hal. Di dunia ini satu-satunya teman pria yang sanggup membuatnya merasa nyaman dan bahagia hanyalah Alexis Peskhov.     

[Author : Itu karena kamu belum bertemu dengan X, Chleo :smirking_face::smirking_face:]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.