Gadis Berambut Pirang
Gadis Berambut Pirang
Kinsey juga menyemir rambutnya menjadi coklat gelap karena dia tidak ingin teringat kembali akan kenangan Katie yang mana akan membuatnya berpikir ingin mengakhiri hidupnya.
'Hei, rambut merah!'
Dulu Katie kecil sering memanggilnya dengan julukan rambut merah, padahal yang sebenarnya rambutnya lebih ke arah coklat. Hanya saat terkena sinar matahari saja, rambutnya akan terlihat merah.
Namun sekarang entah kenapa akhir-akhir ini rambutnya lebih sering terlihat merah daripada coklat. Bukan. Semenjak Katie memberikan energi kehidupan miliknya, warna rambutnya telah berubah menjadi merah. Merah yang sangat gelap seperti merah maroon.
Karena itulah, Kinsey menyemir rambutnya ke arah coklat gelap. Dia tidak ingin tiap kali melihat pantulannya di cermin, dia akan teringat kembali kenangan manisnya bersama Katie yang mana malah akan membuatnya terpuruk dalam kesedihan.
Dia tahu adiknya juga merasa sedih seperti dirinya. Belum lagi Meisya dan Keisha yang merupakan keluarga kandung Katie, mereka juga merasa sangat kehilangan. Tapi dia yakin.. perasaan kehilangan mereka semua tidak sedalam dan seberat apa yang dirasakannya.
Kalau bisa, dia ingin menyusul wanita itu. Dia tidak ingin hidup di dunia ini bila tidak ada wanita yang dicintainya.
Entah sudah berapa kali dia nyaris membiarkan dirinya diterjang maut. Berjalan di tengah jalan raya yang padat, berdiri di ujung tebing, mengendarai mobil sambil melamun... berulang kali dia nyaris mengalami kecelakaan. Berulang kali dia berpikir untuk bunuh diri.
Tapi dia tetap bertahan. Tanpa sadar, keinginannya yang ingin mempercayai harapan kecil membuatnya untuk bertahan. Bagaimana kalau ternyata Katie masih hidup? Bagaimana kalau ternyata Katie akan kembali di waktu yang tak terduga? Bagaimana kalau wanita itu kembali tapi mendapatinya sudah tiada? Wanita itu pasti akan sangat sedih sekali.
Karena itulah dia memutuskan untuk tetap bertahan. Dia menjalani kesehariannya dengan normal. Terkadang berkumpul bersama adik dan sepupunya. Dia juga membiarkan rumahnya dikunjungi saudara-saudaranya.
Dia masih bisa tersenyum hangat, bisa bersikap penuh kasih sayang pada para adik perempuannya. Namun ketika dia seorang diri... tidak ada yang sanggup menghibur hatinya yang berlubang.
Suatu hari Kinsey memutuskan pergi ke pantai... pantai dimana dia mengajak Katie kencan untuk pertama kali. Tempat dimana mereka berbagi ciuman pertama mereka.
Kinsey masih tidak tahu, beberapa hari yang lalu Stanley telah dihubungi BZO mengatakan bayi raja merah yang baru telah lahir di Cina.
Stanley juga memutuskan untuk menyembunyikan kenyataan ini sementara waktu. Untuk saat ini hanya Stanley dan Meisya yang mengetahui kabar kelahiran raja merah. Stanley juga meminta BZO untuk tidak memberitahu Kinsey maupun Vincent serta Cathy mengenai hal ini.
Meskipun Keisha tidak diberitahu, tapi dia merasa curiga dengan kesedihan Meisya yang selalu tidak pernah bisa menyembunyikan kepedihannya. Keisha mulai menebak bahwa raja merah generasi baru telah lahir. Itu berarti, putri sulungnya.. Katalina tidak akan pernah kembali.
Pada akhirnya Stanley melakukan segala cara untuk menghibur kedua wanita itu tanpa menyebarkan berita duka ini pada anggota keluarga lainnya.
Itu sebabnya hingga saat ini Kinsey tidak tahu soal kelahiran raja merah yang baru.
Kinsey juga tidak mencari tahu kabar terbaru dari BZO. Baginya merupakan sebuah kabar bagus bila tidak mendengar kabar dari BZO. Itu berarti raja merah belum lahir, itu berarti ada kemungkinan Katie masih hidup, itu berarti.. Katie akan kembali suatu saat nanti.
Kinsey membuka botol wiski yang dibawanya dari rumahnya. Tanpa menuangkannya ke dalam gelas apapun, Kinsey meneguknya langsung dari botol.
Kinsey meneguk minumannya lalu memandang kosong ke arah lautan. Entah kenapa.. dia merasa dia tidak akan bisa melihat Katie lagi.
Sudah lebih dari satu tahun semenjak menghilangnya tubuh Katie. Tidak ada kabar dari BZO merupakan hal yang bagus. Tapi.. dia menyadari perubahan sikap Stanley serta istrinya.
Stanley menjadi jarang keluar rumah sementara raut muka Meisya tampak sangat sedih seolah sedang berkabung akan kematian seseorang.
Kinsey menjadi curiga bahwa BZO telah menghubungi Stanley tapi sepupunya itu merahasiakannya.
Kalau memang begitu, maka tidak heran jika Meisya serta Keisha murung selama beberapa hari terakhir ini.
Sekali lagi Kinsey meneguk wiskinya. Kali ini isi botol tersebut hanya tersisa setengah. Sekali lagi Kinsey menatap ke arah laut, bedanya matanya mulai berkaca-kaca.
Rindu. Kinsey sangat merindukan wanita itu. Jika wanita itu tidak akan kembali, bolehkah dia menyusulnya?
Kinsey kembali mengangkat botol wiskinya lalu meneguknya hingga habis. Kepalanya mulai terasa pusing, tubuhnya mulai terasa ringan seperti sedang melayang. Sepertinya dia mulai mabuk.
Kinsey tertawa meledek dirinya sendiri. Mana mungkin dia mabuk hanya menghabiskan satu botol wiski? Toleransinya terhadap alkohol sangatlah tinggi. Dia tidak akan mabuk begitu mudahnya.
"Hahaha..hahahahaha..." Kinsey mulai tertawa seperti orang gila namun disaat bersamaan air matanya menetes. Lambat laun tawanya berubah menjadi tangisan yang menyedihkan.
Tubuhnya yang menyender pada pintu mobil merosot turun hingga terduduk di atas pasir.
"Katie.. Katie.." panggilnya dengan suara memilukan.
Kinsey larut dalam kesedihannya, sama sekali tidak peduli akan sekitarnya. Dia tahu di pantai ini sedang sepi dan tidak terlalu banyak pengunjung, jadi dia tidak peduli.
Dia juga tidak peduli angin yang berhembus sangat kencang menerbangkan butiran pasir. Kinsey terlalu sedih, terlalu merana sehingga tidak peduli apa yang sedang terjadi.
Sebuah pusaran angin mulai terbentuk secara perlahan hingga membesar kemudian mengecil kembali hingga menghilang. Disana muncul seorang gadis berambut pirang gelap dengan warna mata coklat terang. Dia memakai gaun musim panas bewarna baby blue dengan belahan punggung terbuka yang seksi.
Gadis itu semula tercengang melihat tempat yang didatanginya. Dia berbalik lalu melihat seorang pria sedang menangis bersender pada mobil sedan mewah.
Tubuh pria itu sangat kurus dengan kemeja lengan panjang yang dilipat hingga ke siku. Siapa pria itu? Kenapa pria itu menangis? Kenapa tangisannya terdengar menyedihkan?
Karena penasaran gadis itu berjalan kearah pemuda itu. Semakin lama mendekat dia masih belum bisa melihat wajah pemuda itu.
Bagaimana tidak? Pria itu menangis dengan kepala tertunduk sementara kedua lututnya bertekuk menyembunyikan wajahnya.
Gadis itu melihat kesekeliling untuk mencari bantuan, tapi hampir tidak ada siapa-siapa disana.
Pada akhirnya gadis itu mendekati pria itu lalu duduk berjongkok didepannya. Gadis itu menepuk lengan pria itu dengan jari telunjuknya untuk menarik perhatiannya.
"Kau baik-baik saja?"
Pria itu menepis tangannya lalu menjawabnya dengan suara dingin. "Tinggalkan aku sendiri."
"..." Gadis itu membelalak tidak percaya mendengarnya. Bukan karena suara pria itu yang sangat dingin, atau sikap pria itu yang sudah kasar menolak tawarannya yang baik. Tapi karena suaranya!
"K..Kinsey? Apakah kau Kinsey?"
Kinsey mendongakkan kepalanya untuk melihat pemilik suara tersebut. Aneh sekali. Suara itu terasa familiar bersamaan terasa asing. Pandangannya agak kabur karena air mata sehingga dia hanya bisa melihat warna rambut gadis itu yang sama sekali bukan merah.
Siapa gadis ini? Kenapa gadis ini sok kenal dengannya?
Kinsey hendak mendorong gadis itu menjauh darinya. Dia tidak suka didekati orang asing, apalagi perempuan yang bukan wanita itu.
Bahkan sebelum Kinsey sempat mengusir perempuan itu, suara gadis itu terdengar kembali. Hanya saja suaranya terdengar lebih ceria dan antusias saat memanggil namanya.
Dan tahu-tahu saja, Kinsey tidak bisa bicara. Bukan karena tenggorokannya sakit, tapi karena... perempuan itu menciumnya?!