Akhirnya...
Akhirnya...
Untung saja Alpha muncul dan mau membantunya dengan memberi perintah pada para binatang. Lalu kini.. bagaimana caranya memadamkan kobaran api ini?
Katie sudah mencobanya beberapa kali, tapi dia tidak bisa mengendalikan api itu. Dia bahkan tidak bisa menyentuhnya apalagi memadamkannya.
Tunggu dulu. Bagaimana dengan Kinsey dan Tanya?
Katie langsung menanyakan keadaan mereka pada Tiffany.
"Merah membawa Tanya serta Joan ke luar perbatasan Prussia. Kini mereka aman disana. Sementara Kinsey..."
"Ada apa dengan Kinsey?" Katie tidak bisa tidak merasa panik mendengar kalimat Tiffany yang terputus.
"Tenang saja. Dia baik-baik saja. Malahan dia membantu para warga menyingkir dari kobaran api. Sepertinya kobaran api juga menghindari Kinsey."
Api juga menghindari Kinsey? Kenapa? Apakakah karena Kinsey adalah origin?
"Tidak hanya Kinsey, Stanley juga tidak didekati. Aku sempat melihat keadaan Tanya dan Joan. Api juga tidak mendekati mereka. Seharusnya mereka aman, tapi mungkin karena panik mereka malah berlari tanpa arah tidak sadar kalau api sebenarnya menghindari mereka. Untung saja Merah muncul menolong mereka."
Katie merenungkan info ini dengan seksama. Apa ini berarti... energi api ini tidak berniat melukai orang asing? Lagipula, Kinsey dan lainnya bukanlah warga asli Prussia.
Krak!!
Katie mendongak lalu membelalak lebar ketika sebatang pohon terbakar api melayang tinggi ke udara lalu terjatu ke kerumunan warga yang dikeliling para binatang.
Secara refleks para binatang menghindar. mengakibatkan ada sebagian manusia terkena percikan api atau tertindih pohon yang terjatuh.
Tidak lama kemudian beberapa pohon lainnya mulai terlepas dari akarnya dan melayang menuju ke arah manusia.
Kali ini apa yang terjadi?
"ALPHA!" panggil Katie.
"Hanya kau yang bisa menghentikannya. Jika dibiarkan terus, kobaran api ini akan semakin ganas." jawab Alpha didalam pikirannya.
Katie memang harus menghentikannya. Tapi, bagaimana caranya? Tiap kali dia masuk ke dalam kobaran api, dia sama sekali tidak merasakan apa-apa.
Bagaimana caranya dia melenyapkan api yang membara ini?
Katie melihat keadaan sekelilingnya dengan napas memburu. Banyak manusia berlarian berusaha tidak terkena kobaran api. Jeritan, tangisan dan juga ekspresi putus asa mereka...
Bukankah dia pernah berpikir ingin melihatnya? Kesengsaraan mereka, teriakan keterpurukan mereka, semua ini bukankah ada di dalam benaknya semenjak dia ditindas teman-teman sekolahnya?
Apakah.. memang ini yang diinginkannya?
"Kinsey, apa yang harus aku lakukan? Cathy, kalau kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan?" monolog Katie dengan sedih. Dia sudah tidak tahu lagi bagaimana harus mengakhiri amukan energi api ini.
"Katie, Katie. Jangan menyerah."
Sebuah suara yang lain tiba-tiba terdengar didalam pikirannya. Bukan suara Tiffany, juga bukan suara Alpha. Lalu suara siapa ini?
Katie berbalik dan melihat seekor serigala merah lainnya disana. Merah! Merah ada disana dan... berbicara didalam pikirannya?
Bagaimana bisa?
Bukankah yang bisa mendengar suara Alpha dan Luna adalah host? Katie bukan host mereka, lalu bagaimana bisa dia mendengar suara serigala merah? Apalagi dua serigala merah sekaligus!
Katie bisa mencari jawabannya lain waktu. Untuk saat ini dia lebih memilih mendengarkan apa yang akan dikatakan Merah dengan serius.
"Saat ini sumber energi menolak mendengarkanmu. Kau harus membuat mereka semua mendengarkanmu. Hanya ini satu-satunya cara agar kau bisa mengendalikan kobaran api ini."
"Dia benar. Kau harus membuat mereka mendengarkanmu." sambung Alpha menyetujui kalimat Luna.
"Bagaimana caranya?"
"Kami akan membantumu." jawab Alpha.
Alpha dan Merah membawa Katie masuk kedalam kobaran api yang paling besar. Meskipun tubuh mereka diselimuti kobaran api, namun tubuh mereka sama sekali tidak terbakar ataupun terluka.
Lalu Alpha dan Luna berdiri dengan tubuh melengkung seolah memerangkap tubuh Katie. Kepala mereka mendongak keatas menaungi kepala Katie yang hanya setinggi leher mereka.
Selanjutnya Alpha dan Luna melolong bersamaan menciptakan gelombang frekuensi disekitar mereka. Gelombang tersebut berhasil menghentikan pergerakan api yang mengehar dan memburu semua manusia yang berlarian untuk kabur.
Disaat bersamaan, Katie mulai merasakan hawa panas didalam tubuhnya. Dia kembali merasakan panasnya api yang membara disekitarnya. Katie tidak membuang waktu lagi dan segera melentangkan kedua tangannya disisinya.
Katie memejamkan matanya untuk berkosentrasi. Dia memusatkan aliran energinya menyusup masuk mengikuti jalur kobaran api tersebut.
Mulai dari posisinya lalu tersebar hingga ke tempat Kinsey. Menyebar lagi hingga ke kediaman mansion Tettero, Bayern serta Oberpflaz.
Setelah dirasanya dia telah menjangkau seluruh garis jalur pergerakan api yang sedang membara ini, Katie mulai menarik semuanya menuju kedua telapak tangannya yang terbuka.
Energi api jauh lebih kuat dibandingkan dirinya. Tubuhnya terlalu kecil untuk menampung semua api tersebut. Kini seluruh kulit Katie berubah menjadi merah akibat suhu panas yang nyaris tidak bisa dibendung lagi.
"Katie jangan menampung semuanya. Salurkan ke langit!" perintah Merah dengan tergesa-gesa khawatir tubuh Katie akan meledak karena menerima semua suhu panas api ini.
Katie mengikuti arahannya dan langsung mengarahkan kedua tangannya ke langit. Semburan api yang amat besar keluar dari telapak tangannya yang kecil, melambung tinggi hingga menembus ke awan. Sementara api disekitarnya mulai mengecil seiringnya berjalan waktu.
Butuh sepuluh menit penuh untuk menyerap energi api yang telah menyebar, lalu menyaring energi kehidupan dan membuang sisa energi api ke langit membuat api disekitarnya padam secara berangsur.
Selesai menyalurkan semuanya, kedua kaki Katie lemas bersamaan jatuhnya dua serigala merah disisi kaki Katie.
Katie memandang ke arah langit yang kini sedang bergemuruh hebat. Beberapa petir berdatangan lalu disusul turunnya hujan deras membuat semua orang kebasahan.
Akhirnya... akhirnya mereka berhasil memadamkan kebakaran hebat ini. Meskipun hutan sudah tak berbentuk, istana juga sudah hancur dan banyak memakan korban... tapi setidaknya mereka berhasil mengakhirinya.
Setidaknya masih banyak warga yang berhasil selamat meskipun.. jumlah mereka sangat sedikit.
"Terima kasih. Aku tidak bisa melakukannya tanpa kalian." sahut Katie setelah bisa mengatur pernapasannya kembali.
Katie mengelus puncak kepala dua serigala merah tersebut yang tengah berbaring disisinya.
Merah menanggapinya dengan mengeluskan wajahnya di pahanya sementara Alpha hanya menyundulkan hidungnya ke telapak tangannya.
Seumur hidupnya semenjak dia diberitahu dia harus waspada terhadap serigala merah, Katie sama sekali tidak pernah bermimpi dia akan mendapatkan bantuan dari serigala merah. Apalagi dia bisa duduk santai diapit dua serigala merah yang katanya ganas itu.
Sungguh sebuah keajaiban yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Dia yakin para raja merah di generasi sebelumnya juga tidak mengalami fenomena seperti ini.
Kini Katie benar-benar merasa beruntung. Dia tidak lagi menyalahkan kelahirannya. Dia tidak lagi merutuki nasibnya sebagai seorang raja merah.
Tidak peduli seberapa buruk perjuangannya untuk mencapai titik sekarang, itu semua sebanding dengan apa yang dialaminya saat ini.