My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

\'Keranjang Bayi\'



\'Keranjang Bayi\'

0Malam sebelumnya di sebuah klub malam, seorang wanita menari dengan riang layaknya orang mabuk. Terlalu asyik menari, dia tidak sadar ada dua orang menghampirinya. Lalu wanita itu ditarik keluar dengan paksa.     

Semula wanita tersebut meronta, namun ketika mengenali wajah dua orang pria itu yang selama ini menjadi pengawalnya, wanita itu berhenti meronta. Dia hanya tertawa sarkas. Sejak kapan pamannya mencarinya kembali?     

Hillary Dunst menjadi seperti orang gila ketika mendengar kabar kematian Kinsey Alvianc. Dia cukup merasa lega karena ternyata kabar itu hanya kabar bohong belakang. Namun dia menjadi lebih gila lagi ketika tahu pamannya menikam Kinsey yang hampir merenggut nyawa Kinsey.     

Karena itulah dia sudah tidak peduli lagi. Semula dia berharap ketika dia datang ke Jerman menyusul Kinsey, dia bisa mendapatkan hati pria itu. Dia bisa meminta bantuan pamannya untuk mengikatkan hubungan mereka melalui pernikahan bisnis.     

Tapi.. pamannya sangat egois dan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Ditambah lagi, hubungan Kinsey dan Katie semakin erat hampir tak terpisahkan. Kini tidak ada celah bagi Hillary masuk. Karena itu, dia meluapkan segala frustrasinya dengan berfoya-foya di klub malam ini.     

Hillary juga membiarkan dirinya dibawa oleh kedua pengawalnya. Dia sudah tidak peduli lagi. Dia tidak peduli akan ambisi pamannya. Dia tidak peduli pada Kinsey atau posisi idamannya sebagai Nyonya besar Alvianc.     

Dia hanya ingin pulang... kembali ke Amerika.     

Dugaannya, kedua pengawal yang ditetapkan oleh Lemar menjadi pengawalnya, akan membawanya kembali ke atas gunung. Tapi dugaannya salah.     

Dua orang tersebut membawanya ke suatu tempat yang sama sekali tidak dikenalnya. Disana dia melihat seorang wanita lain dengan senyuman lebar.     

"Halo. Jadi kau yang bernama Hillary?"     

"Siapa? Ugh!"     

Salah satu pengawalnya memukul tengkuk leher Hillary lalu jatuh pingsan.     

-     

Hillary baru terbangun keesokan paginya. Disana dia melihat Lemar duduk dengan sikap keangkuhannya di sofa dekat ranjangnya.     

"Paman." sapa Hillary dengan lemah sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.     

"Mulai sekarang, kau tidak akan kuizinkan pergi. Kau harus tinggal disini selama seminggu kedepan, setelah itu aku akan memulangkanmu ke Amerika."     

"Kenapa tidak sekarang saja? Aku ingin pulang."     

"Hmph! Sudah terlambat. Sebentar lagi aku akan memicu perang dengan para penguasa lainnya. Kalau kau ingin menjadi sandera mereka silahkan saja. Karena aku tidak peduli akan keselamatanmu."     

Hillary mencengkeram kain bajunya. Ternyata Lemar lebih egois daripada perkiraannya. Dia memutuskan untuk diam tak bersuara menunggu Lemar pergi meninggalkannya.     

Begitu pintu terkunci dan Lemar menghilang dari pandangannya, Hillary memandang pintu dengan tatapan dingin. Dia mendengus sinis lalu beranjak dari tempat tidurnya dengan santai.     

Sebenarnya, kepalanya tidak pusing. Dia hanya bersandiwara saja agar Lemar tidak curiga kalau sebenarnya kemarin dia sama sekali tidak mabuk.     

Setelah berganti pakaian kasual, Hillary kembali berbaring di ranjang sambil membaca buku yang ditemukannya di meja kerjanya.     

Pada saat jam makan siang, seorang pelayan membuka pintu kamarnya untuk menghidangkan santapan enak. Tanpa ragu, Hillary menyantapnya dengan habis lalu kembali membaca.     

Begitu juga malam harinya. Seharian ini dia hanya berada didalam kamarnya. Tidur, membaca, makan... hal yang sangat membosankan. Tapi dia tidak mengeluh. Karena hal yang sangat seru akan terjadi beberapa jam lagi.     

Tepat pukul sepuluh malam, suara ribut mulai terdengar. Hillary menyeringai, akhirnya orang itu datang juga.     

Hillary melepaskan jepit rambutnya yang terpasang indah di kepalanya, lalu dengan ahli membuka kunci pintu kamarnya.     

Dengan penuh keyakinan, dia membuka pintu kamar lalu berjalan santai menuju pintu keluar. Ada beberapa pengawal yang mengenali wajahnya langsung menahannya untuk pergi.     

"Nona, sebaiknya anda kembali."     

"Aww.. apakah kau tidak tahu di dalam kamar aku merasa bosan. Bagaimana kalau kau menemaniku?" Hillari mengait lengan pengawalnya dengan tatapan menggoda.     

"Ehem.. nona, itu tidak baik."     

"Apa yang tidak baik?" tanya Hillary dengan wajah polos. "Ini?" sebelah tangannya menyusup masuk ke dalam baju pengawalnya untuk menggoda kulit pria paruh baya itu. "Ataukah INI?"     

"UGH!!"     

Rupanya Hillary menggerakkan lututnya ke atas tepat mengenai kejantanan pria itu. Begitu pria itu menunduk untuk memegangi kejantanannya, Hillary langsung meninju wajahnya dengan kepalan tangannya membuat orang itu tidak sadarkan diri.     

Pengawal lainnya yang melihatnya langsung menyerang Hillary bersamaan, namun tidak menjadi halangan bagi Hillary. Dengan cekatan dan lihai, Hillary menghajar mereka satu per satu sampai tidak ada yang bersisa.     

Terdengar sebuah siulan memukau memuji ketangkasan Hillary. Seketika Hillary tersenyum pada pria yang baru saja menunjukkan batang hidungnya. Pria yang seharian ini dinantikannya.     

Senyuman Hillary melebar melihat langkah pria itu mendekatinya.     

"Merindukanku?" goda Hillary dengan seringaian jahilnya. Hillary tertawa kecil ketika pria itu menangkap pinggangnya membuat kedua tubuh mereka menempel dengan sempurna. "Bagaimana penampilanku sekarang?"     

"Cantik. Tapi aku lebih suka kau melepaskan samaranmu. Kau lebih cantik tanpa menyamar sebagai Hillary."     

'Hillary' tertawa pelan, lalu menuruti apa yang diinginkan pria itu. Hillary melepaskan topengnya dan muncullah sebuah wajah yang baru. Wajah yang sama sekali bukan Hillary.     

Wanita yang menyamar itu adalah Alpha III, sedangkan pria yang baru saja datang adalah Joan.     

"Kau sudah menemukannya?" tanya Tanya ketika keduanya menyusup keluar tanpa menarik perhatian.     

"Sudah." Joan mengeluarkan sebuah usb kecil untuk ditunjukkan pada Tanya. "Semua laporan mengenai data keuangan dan perdagangan ilegal Lemar ada disini. Apa yang dikatakan BZO memang benar. Belasan tahun ini Lemar melakukan perdagangan anak kecil. Dia tidak akan bisa kabur dari pemerintahan Jerman lagi."     

"Bagaimana dengan Hillary yang asli?"     

"Dia dalam perjalanan ke Amerika dengan aman."     

"Baguslah kalau begitu. Nona kedua terlalu baik masih memikirkan keselamatan Hillary."     

"Memang ciri khas nona kedua kan?"     

Keduanya tertawa kecil sambil menyelinap keluar dari markas kaum Vangarians.     

Disaat bersamaan Katie telah tiba di tempat penyimpanan 'alat' yang mengurung energi api milik raja merah.     

Disana dia melihat es dimana-mana. Dinding, lantai bahkan batu-batu kecil juga mengkilat seolah mereka semua terbuat dari es. Dia juga melihat sebuah keranjang.. bentuknya hampir mirip seperti keranjang bayi. Di sekeliling keranjang tersebut berkumpul kabut putih seolah mencegah siapapun menyentuh keranjang itu.     

Katie sendiri merasakan tubuhnya terasa seperti digigit semut. Rasanya geli dan unik. Barulah dia sadar. Tubuhnya dalam pertahanan tinggi karena energi dingin ini menyerangnya.     

Katie membuka kedua tangannya bersamaan munculnya kobaran api di telapak tangannya. Lalu dia menyebarkan hawa panas api tersebut disekelilingnya mencairkan segala macam es yang ada disana.     

Lalu Katie mengarahkan sebelah tangannya ke arah kabut dingin yang mengelilingi kabut tersebut. Begitu kabut itu menghilang, Katie menghancurkan keranjang bayi tersebut dalam sekali hentakan gelombang energinya.     

Begitu keranjang itu hancur, Katie tidak lagi merasa dirinya diserang seperti gigitan semut. Sebaliknya, dia malah merasakan hawa panas disekelilingnya.     

Dari keranjang yang hancur itu muncul sebuah kobaran api yang melayang di tengah udara. Persis sama seperti apa yang dilihatnya sewaktu dia nyaris menyerah ketika dikurung di peti pendinginan.     

Hanya saja.. kobaran api ini jauh lebih besar dan warnanya.. jauh lebih gelap.     

Api macam apa ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.