Sisi Psikopat Stanley
Sisi Psikopat Stanley
Darcy memekik senang akhirnya Stanley mengaktifkan Bella kembali. Darcy langsung melacak sinyal Bella dan dalam sekejap dia sudah menemukan posisi Stanley saat ini.
Dia mengajak sepuluh anak buahnya untuk ikut bersamanya menyerang tempat Stanley berada. Saat ini para pengawal di vila pasti lemah akibat diare berkepanjangan. Mereka akan mudah diserang lalu menjarah barang-barang berharga mereka.
Darcy mengikuti sinyal Bella hingga tiba di sebuah pemukiman tak berpenghuni. Dia terlalu senang karena sebentar lagi dia akan bisa melihat Stanley akan tunduk padanya. Dia sama sekali tidak merasa curiga atau aneh dengan tempat yang begitu gelap dan sepi ini. Dia terlalu buta dan sombong untuk mengetahui karakter Stanley yang sebenarnya. Dia terlalu percaya diri permainan ini akan dimenangkannya.
Darcy serta sepuluh anak buahnya turun dari mobil lalu mengendap-endap mendekati sebuah rumah besar yang diduganya adalah markas persembunyian Stanley. mereka berjalan diantara rerumputan liar yang tingginya nyaris menutupi seluruh tubuh mereka.
Yang berjalan paling depan adalah dua anak buah terbaiknya lalu disusul Darcy kemudian delapan anak buah lainnya. Mereka terus berjalan dengan sangat lambat agar tidak menimbulkan suara.
Jarak antara yang satu dengan orang didepannya cukup jauh, sehingga mereka sama sekali tidak sadar bahwa satu per satu mereka telah ditumbangkan.
Awalnya adalah orang yang paling belakang. Orang paling belakang tiba-tiba jatuh tanpa sebab. Lalu orang kedua dibawa pergi tiba-tiba oleh makhluk raksasa dengan kecepatan tinggi. Mereka mengira angin yang berhembus kencang sehingga mereka tidak menganggap aneh.
Begitu terus hingga hanya tersisa Darcy dan dua anak buah didepannya.
Stanley yang dari tadi memandang punggung Darcy di belakangnya hanya tersenyum sarkas. Kemudian dia mengeluarkan pistol kesukaannya lalu menargetkan dua orang terdepan.
Meskipun rumput liar menghalangi pandangannya, Stanley masih bisa membidik dengan tepat. Bidikannya tidak pernah meleset dan selalu mengenai sasaran.
Pistol itu dibuat khusus dan tidak akan menimbulkan suara apapun. Sehingga mereka tidak akan bisa mendengar letusannya ketika peluru ditembakkan.
Melihat dua orang didepannya mati seketika, Darcy segera berbalik dan melihat Stanley disana. Tidak hanya itu, Darcy tidak menemukan delapan anak buahnya yang dikira mengikutinya di belakang. Dia menjadi geram dan menembakkan pistol ke arah Stanley secara membabi buta.
Anehnya pelurunya tidak melukai Stanley tapi malah menembus tubuh pria itu. Dengan frustrasi, Darcy berjalan mendekat dan seperti yang diduganya ada alat proyektor kecil tepat di bawah kaki Stanley. Pria yang dilihatnya saat ini hanyalah hologram saja.
Kini dia sadar. Dia telah dijebak. Stanley mengaktifkan Bella di tempat seperti ini untuk memancingnya kemari. Tempat ini sama sekali bukan markas persembunyian Stanley dan keluarga Regnz.
"Stanley, AKU MEMBENCIMU!" sekali lagi dia menembak asal ketika dia merasakan kehadiran pria itu dibelakangnya. Lagi-lagi, pria yang dilihatnya hanyalah sebuah hologram.
Dia menembak terus seperti orang gila hingga kehabisan peluru.
"Brengsek! Sejak kapan kau menjadi pengecut huh? Apa kau begitu takut menghadapiku?"
Stanley yang sebenarnya sedang duduk santai di balik pohon terbesar. Dia memakai kacamata khusus yang bisa melihat apa yang dilihat Tiffany.
Yang sebenarnya dia sangat marah pada Darcy. Dia ingin membalasnya karena wanita itu telah melukai istrinya. Alasan kenapa dia tidak segera muncul, dia ingin melihat Darcy menjadi 'gila'.
Dan rencananya berhasil. Sebelum dia mengaktifkan Bella, Stanley telah memasang belasan alat proyektor yang tersembunyi dibalik rerumputan. Dengan waktu yang tepat, Tiffany mengaktifkan alat proyektor tersebut memunculkan gambarannya membuat Darcy menjadi gila karena merasa dipermainkan.
Darcy merasa dirinya adalah seekor tikus yang sedang dipermainkan oleh singa yang sebentar lagi akan memangsanya.
Dia merasa kesal dan frustrasi. Pada akhirnya dia memutuskan untuk kembali. Dia berlari menuju ke mobilnya untuk melarikan diri.
"Sudah mau pergi?"
Dia mendengar Stanley bertanya padanya di belakangnya. Dia tidak menoleh karena menganggap orang itu juga pastilah hologram.
"Aaaargh!!"
Tiba-tiba saja, kakinya terserang rasa sakit luar biasa membuatnya terjatuh. Dia melihat kakinya mengeluarkan darah dan ada lubang bekas peluru yang menembus kulitnya.
Darcy mendelik marah pada orang yang baru saja menembaknya. Orang itu berjalan mendekatinya dengan langkah santai serta seringaian lebar. Kali ini bukan hologram. Kali ini Stanley sendiri yang berjalan ke arahnya.
Ini pertama kalinya dia melihat seringaian mengerikan dari Stanley. Apakah ini benar Stanley? Stanley yang ia kenal tidak pernah menunjukkan aura menyeramkan seperti ini.
Stanley yang ia kenal selalu tersenyum polos dan tidak berani menatap matanya lebih dari lima detik. Bahkan ketika Stanley marah padanya karena memanfaatkan Bella membunuh ratusan orang, Stanley hanya menatapnya kecewa dan marah.
Ketika Stanley membalas perbuatannya dengan menjual semua data rahasia perusahaan ayahnya, Stanley sama sekali tidak tersenyum. Dia hanya bersikap dingin tanpa ekspresi terhadapnya.
Tapi Stanley yang sekarang... dia seperti seorang psikopat yang bergairah untuk menyiksa orang. Dia seperti seorang penjahat yang tidak memiliki hati nurani.
"Apa kau sudah menyerah? Kau membuatku kecewa. Tadinya kupikir, aku masih bisa bersenang-senang. Sepertinya aku harus segera mengakhirinya."
"Kau.. bagaimana kau melakukannya?"
"Darcy, kau lupa aku pernah mengawasimu selama tiga tahun? Aku mengejarmu seperti anjing yang mengemis perhatian pada majikannya. Jalan pikiranmu dan seperti apa emosimu, aku sangat mengenalnya. Aku sangat mengingatnya."
Darcy tertawa sarkas mengabaikan rasa sakit di kakinya. "Jadi, selama ini kau masih memikirkanku? Sudah kuduga, aku masih ada dihatimu. Kau sama sekali tidak mencintai istrimu."
"Aku memang tidak melupakanmu. Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu? Aku selalu memikirkan betapa kejamnya kau memanfaatkanku. Aku juga berpikir kapan aku bisa melihat keadaan menyedihkanmu. Kurasa yang waktu itu tidak ada apa-apanya dengan ini. Apakah kau akan menangis lagi? Apakah kau akan memohon untuk mengampunimu?"
Cara Stanley mengucapkannya membuat Darcy merasa ngeri ketakutan. Orang ini benar-benar psikopat.
"Ah, satu lagi. Bagaimana kabar Darwin? Apakah dia baik-baik saja?"
Seketika wajah Darcy memucat mendengarnya. Bagaimana Stanley bisa tahu soal Darwin?
"Darwin sangat menggemaskan sekali. Sayangnya, dia tidak akan memiliki masa depan. Dia akan mendengar rumor mengenai ibunya yang seorang hacker terkenal akan kejahatannya dalam membunuh ratusan orang di sebuah gedung teater. Dia akan tahu bahwa ibunya menjadi buronan internasional. Dia akan dikucilkan karena dia adalah anak kriminal."
Darcy menggigit bibirnya dengan frustrasi. Sejak kapan Stanley mengetahui soal anaknya?
"Tega sekali kau! Dia bahkan masih belum berusia empat tahun!"
"Bagaimana dengan keponakanku? Kau juga tidak peduli pada mereka, kenapa aku harus peduli pada anakmu? Aku juga tahu rencana busukmu terhadap istriku. Kau berencana menyiksanya dan mengirim rekamannya padaku. Kau ingin melihatku memohon padamu seperti seorang pengemis huh? Betapa bodoh sekali. Kau mengira kau lebih pintar dariku. Tapi kau tahu.." Stanley mengambil botol terakhir pemberian Kirena, lalu mengambil sebuah jarum suntik. "Butuh puluhan tahun untuk mengakaliku."
"A..apa yang kau lakukan?" tidak bisa dipungkiri, saat ini Darcy benar-benar merasa ketakutan terhadap sisi Stanley yang tidak pernah dilihatnya.
"Apa yang seharusnya kulakukan sedari dulu. Ini akan sangat menyenangkan." sekali lagi Stanley menyeringai dengan mengerikan.
"Tidak! Jangan mendekat!" seperti orang gila, Darcy menembak pistolnya kembali ke arah Stanley. Namun tidak ada peluru yang keluar karena dia sudah menghabiskan amunisinya beberapa saat lalu... sesuai perhitungan Stanley.
Darcy bergerak menjauh menyeret kakinya yang terluka namun sia-sia karena Stanley menahan tubuhnya dari belakang dan segera menyuntikkan cairan di botol tersebut pada lehernya.
Dalam hitungan detik, Darcy tidak bisa merasakan tubuhnya. Dia merasa lumpuh pada seluruh tubuhnya.
"Tenang saja, aku tidak akan membunuhmu. Kau tahu benar aku tidak suka mengotori tanganku. Selamat tinggal."
Untuk sesaat Darcy merasa lega Stanley beranjak meninggalkannya. Setidaknya dia masih hidup. Mungkin efek obat lumpuh ini hanya berjalan selama beberapa jam. Mungkin dia akan kehilangan banyak darah karena luka tembak pada kakinya.
Tapi dia memiliki keinginan hidup yang sangat kuat. Apapun yang terjadi dia tidak akan mati. Dia tidak akan mati sebelum membalas dendam pada semua orang yang telah menyudutkan keluarganya. Kini target utamanya adalah Stanley. Dia sudah terlalu membenci pria itu hingga ke akarnya.
Untuk sesaat Darcy memejamkan matanya tidak lagi melawan rasa kelumpuhannya. Namun ketika dia mendengar suara berisik, dia kembali bersikap waspada.
Disana dia melihat ada seekor serigala raksasa beserta kumpulan serigala lainnya dengan air liur di mulut mereka.
Jantung Darcy berdegup kencang melihat kumpulan serigala disana. Apalagi ketika melihat mereka semua berjalan mendekatinya dengan tatapan lapar.
Rupanya, orang-orang yang mengikutinya dari belakang juga disuntik cairan yang bisa melumpuhkan tubuh. Lalu Stanley membiarkan Merah menggigit tubuh mereka hingga berdarah lalu dibawa masuk ke tengah hutan untuk memancing binatang liar.
Setelahnya, muncul begitu banyak binatang liar yang kelaparan begitu mencium bau darah. Serigala, macan, beruang dan sebagainya datang untuk menikmati 'makanan' yang dihidangkan Merah.
Kini para serigala yang masih kelaparan mengikuti arahan Merah mendekat ke arah Darcy yang tidak bisa bergerak.
"Tidak, jangan mendekat. TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKK!!"
Tidak jauh dari sana, Stanley berdiri di balik pohon besar dengan ekspresi datar. Dia menghela napas panjang ketika mendengar jeritan wanita yang pernah menempati hatinya dulu.
"Kali ini benar-benar berakhir." gumamnya begitu suara jeritan tersebut lenyap seketika. Yang terdengar hanyalah binatang buas yang sedang menikmati 'makanan'.
Merah menyundulkan kepalanya ke kaki Stanley dengan tatapan khawatir.
"Ayo kita kembali."
Merah membiarkan Stanley naik ke punggungnya, lalu berjalan sebelum akhirnya melompat cepat menuju ke Mittenwald.
Soal Darwin... yang sebenarnya Stanley sama sekali tidak berniat mencelakai anak itu. Anak itu tidak bersalah dan tidak layak mendapatkan hukuman yang sama seperti ibunya.
Dia sengaja mengucapkan kalimat begitu kejam hanya untuk membalas wanita itu. Dia ingin membuat kematian wanita itu tidak damai.
Itulah pembalasan yang disiapkan Stanley untuk orang yang berusaha menyakiti anggota keluarganya.