My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Waktu Khusus Katie-Meisya



Waktu Khusus Katie-Meisya

2Stanley serta Kinsey memberi ruang khusus bagi Katie dan Meisya. Mereka tahu dua saudara kembar itu pasti memiliki banyak hal untuk dibicarakan. Karenanya setelah makan malam, Kinsey membiarkan Katie mengajak Meisya duduk di kursi di halaman belakang.     

Sepasang mata Meisya berbinar-binar saat melihat Merah disana. Dia merasa seperti sedang melihat Alpha, kecuali bentuk telinga yang lebih tajam merupakan ciri khas serigala betina.     

"Merah, aku tidak ingin kau mendengar percakapan kami. Shu shu.. pergi sana." ujar Katie dengan melambaikan tangannya mengusir Merah.     

Merah memasang mata memelas dan sedih berusaha mengubah keputusan Katie. Namun Katie tidak akan tertipu oleh mata itu.     

"Kenapa kau memanggilnya Merah? Namanya Luna, bukan?" tanya Meisya.     

"Oh, waktu itu aku tidak tahu kalau dia sudah memiliki nama. Jadi aku memberinya nama Merah sesuai warna bulunya." jawab Katie. "Sana pergi." lanjutnya lagi sambil berusaha mendorong Merah sekuat tenaga yang ternyata menolak bergerak dari tempatnya.     

Meisya tertawa melihat keenganan Merah pergi. "Biarkan saja, sepertinya dia sangat menyayangimu."     

"Aku tahu. Tapi aku tidak ingin Kinsey mendengarkan kita."     

"Apa hubungannya dengan Kinsey?"     

"Kinsey adalah hostnya. Kupikir kau sudah tahu?"     

Mulut Meisya terbuka mendengarnya. Dia tahu kalau masing-masing serigala merah pasti menemukan host. Tapi dia sama sekali tidak menyangka Kinsey adalah host Luna.     

"Aku tahu kalau Alpha dan Luna memiliki host. Tapi aku tidak tahu kalau host Luna adalah Kinsey."     

"Kalau begitu apakah kau tahu host Alpha adalah Raja Dieter?"     

Sekali lagi Meisya terkejut mendengarnya. Dieter adalah host Alpha? Sejak kapan? Mereka tidak tampak terlihat bersama-sama. Malahan, Alpha bersikap seperti tidak memiliki host sama sekali.     

Ah, kini dia ingat. Sewaktu Dieter mengunjunginya di Belanda, Alpha juga ada disana. Ternyata Dieter adalah host Alpha. Tidak heran Alpha tidak bersikap sinis pada Dieter kala itu.     

"Kinsey, aku tidak akan menemuimu kalau kau tidak menyuruh Merah pergi."     

Kinsey yang sedang berdiskusi dengan Stanley tertawa kecil mendengar suara Katie di pikirannya.     

"Ada apa?" tanya Stanley heran.     

"Barusan Katie mengancamku tidak akan menemuiku lagi kalau tidak menyuruh Merah pergi."     

Stanley terkekeh pelan mendengarnya. "Kalau dia benar-benar tidak akan menemuimu, apa yang akan kau lakukan?"     

"Aku akan membuat diriku jatuh sakit. Dia tidak akan meninggalkanku sendiri kalau aku sakit."     

"Ckckckck..." decak Stanley menggelengkan kepalanya. "Kau orang terlicik yang pernah kukenal. Lagipula darimana kau mengetahuinya?"     

Darimana Kinsey mengetahuinya? Ini semua berkat cerita dari Mina serta Walther. Mereka berdua memberitahunya bagaimana cara menghadapi emosi Katie yang terkadang tidak menentu.     

Katie memiliki hati yang sangat lembut, sehingga amarahnya akan cepat lenyap begitu mendengar orang yang dikasihinya terluka atau jatuh sakit.     

Itu sebabnya, Katie langsung berlari mengunjungi Kinsey yang sakit walau keduanya sedang bertengkar kala itu. Itu sebabnya pula Katie langsung melupakan kejengkelannya begitu Kinsey menyinggung soal ledakan di tempatnya.     

Keselamatan orang-orang yang dikasihinya terlebih orang yang sangat dicintainya adalah yang paling utama bagi Katie.     

Pada akhirnya dengan langkah yang berat, Merah berjalan menjauh dengan telinga yang tertunduk. Tiap dua langkah, Merah akan membalikkan kepalanya menatap Katie berharap bisa mengubah pikirannya.     

Tatapan memelas, telinga yang biasanya berdiri tegak kini turun dengan lemas membuat Katie serta Meisya tidak tega.     

Meskipun begitu, Katie tetap pada pendiriannya. Dia benar-benar hanya ingin berduaan dengan adiknya tanpa adanya kehadiran orang lain. Meski Merah bukan manusia, tetap saja Kinsey akan mendengar obrolan mereka melalui Merah. Karena itu, Katie mengeraskan hatinya dan melihat kepergian serigala favoritnya dengan hati yang berat.     

"Aku sungguh tidak ingin melihatnya sedih." gumam Katie setelah Merah menghilang dari pandangannya.     

"Kalau begitu kita bisa membiarkannya disini." sahut Meisya dengan geli.     

"Dan membiarkan Kinsey dan Stanley mengetahui apa yang akan kita bicarakan? Tidak, terima kasih."     

"Stanley? Ada apa dengan Stanley? Kenapa aku merasa kau ingin membahas Stanley denganku."     

"Memang benar." jawab Katie. "Meisya, aku tahu kita baru bertemu satu kali dan aku tahu mungkin sudah terlambat untuk bersikap layaknya seorang kakak. Tapi aku ingin tahu, apakah kau sudah memikirkan matang-matang saat memutuskan menikah dengan Stanley? Aku tahu dia tampak terlihat baik, tapi kita tidak akan pernah tahu seperti apa isi hati seseorang."     

Katie ingat dia pernah melihat warna kehidupan Stanley yang bewarna kelabu. Dia juga ingat peringatan Vasco untuk selalu bersikap waspada terhadap warna kehidupan ini. Dan itu sudah terbukti saat dia menyaksikan sendiri Stanley menembak puluhan orang yang menculik Meisya tanpa mengedipkan mata. Pemuda itu bisa membunuh orang dengan mudah tanpa perasaan takut ataupun menyesal.     

Katie merasa tidak yakin apakah Meisya bisa hidup bahagia bersama Stanley yang bagaikan seekor singa tertidur.     

"Kami sudah menikah hampir setengah tahun, setidaknya aku cukup mengenalinya luar dan dalam. Dia juga memperlakukanku dengan sangat baik. Kau tidak perlu khawatir. Dan juga, kau tetap adalah kakakku. Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk menjadi saudara." jelas Meisya akhirnya dengan nada menenangkan.     

Katie tersenyum mendengar kalimat terakhir adiknya. "Apa kau mencintainya?"     

"Aku sangat mencintainya."     

"Dan dia mencintaimu?"     

Meisya menganggukkan kepalanya dengan malu-malu. Katie sempat melihat semburat rona merah pada wajah adiknya. Ah, pasti adiknya sedang mengenang sesuatu bersama suaminya.     

"Jika itu keputusanmu, aku tidak akan meragukannya lagi. Selama kau bahagia."     

Meisya tersenyum lebar sambil menggenggam tangan kakaknya. "Terima kasih, kakakku."     

Katie turut membalas genggamannya dan tersenyum dengan sama lebarnya. "Sekarang, ceritakan masa kecilmu. Apa saja yang kau alami selama tinggal di istana? Aku ingin tahu semuanya."     

Lalu keduanya secara bergantian saling menceritakan masa kecilnya. Mereka berdua terlahir dengan ibu yang sama, tapi bertumbuh di lingkungan yang sama sekali berbeda.     

Katie tumbuh dengan penuh kasih sayang akan orang tua asuh namun tidak memiliki saudara apapun yang bisa menemaninya bermain. Sementara Meisya, dia tumbuh bersama saudara-saudaranya yang menyayanginya. Namun dia tidak merasakan kasih dari orang tua lengkap.     

Kemudian keduanya sama-sama bercerita mengenai umbra masing-masing yang berasal dari Oostven. Katie bahkan menceritakan Vasco yang ditemuinya di tempat pelatihannya. Meisya merasa sangat senang ternyata didunia ini masih ada keluarga selain ibunya.     

"Kapan-kapan aku akan membawamu ke Bayern menemui kakek Egon dan nenek Ode. Mereka pasti senang sekali bertemu denganmu."     

"Kenapa tidak besok? Kita bisa kesana besok." usul Meisya dengan antusias.     

"Tidak bisa. Kau sedang diincar. Aku tidak mau kau diculik lagi dan dalam bahaya. Apalagi kau tengah mengandung sekarang. Kau harus jaga kesehatanmu dan pikirkan.."     

"Aku diincar? Kenapa? Aku bukan raja merah, kenapa mereka mengincarku?" Meisya mulai ingat kejadian tadi pagi dimana Angel mengkhianatinya serta penyergapan yang terjadi di ujung tebing.     

Jelas sekali ada orang yang ingin membunuhnya. Tapi Meisya sama sekali tidak tahu siapa dan alasan pihak tersebut.     

"Entahlah. Aku akan membahasnya dengan Stanley nanti. Kau tidak perlu khawatir."     

Ada sesuatu yang disembunyikan Katie darinya. Meisya tahu itu. Tidak hanya Katie, Stanley juga tampak bersikap aneh ketika dia bangun.     

"Meisya, ingatlah. Kau tidak boleh terlalu stress dan jaga kesehatanmu. Hidupmu bukan milikmu sendiri sekarang. Kau harus memikirkan calon bayimu. Hm?"     

Ah, apakah mungkin semuanya menyembunyikan sesuatu untuk membuatnya tidak khawatir. Ketika Tanya memanggilkan dokter kandungan untuknya, Meisya baru mengetahui dia tengah mengandung selama tujuh minggu. Dan kandungannya sangat rawan mengalami keguguran jika dia mengalami tekanan batin yang berat. Karena itu dia bisa mengerti kenapa suaminya serta kakaknya mengkhawatirkannya.     

Tapi tetap saja... rasanya dia sama sekali tidak berguna karena tidak tahu apa-apa atau melakukan sesuatu yang bisa membantu.     

"Aku dengar kau bisa bermain piano?" gugah Katie mengubah topik pembicaraan mereka.     

"Itu benar. Aku belajar main piano sejak kecil."     

"Wah, bagus sekali. Lain kali lakukan duet bersamaku ya."     

"Kau juga bisa bermain piano?"     

"Hahaha, tidak. Aku hanya bisa bermain gitar. Tapi aku suka sekali menyanyi. Aku sempat menjadi penyanyi jazz di Amerika."     

"Penyanyi jazz? Benarkah? Apakah kau memiliki album sendiri?"     

"Tentu saja. Waktu itu aku lebih dikenal sebagai Katleen Morse. Aku menggunakan nama itu selama tinggal di Amerika."     

"Katleen Morse? Sepertinya aku pernah mendengarnya." Meisya terdiam sejenak berusaha menggali ingatan dimana dia pernah mendengar nama itu. "Ah, aku ingat. Nyonya Delcrov sering memasang lagu yang dinyanyikan Katleen Morse. Ah.. rupanya begitu."     

Meisya tersenyum hangat. Ternyata lagu favorit Keisha selama ini adalah lagu yang dinyanyikan putrinya sendiri.     

"Nyonya Delcrov? Siapa yang kau maksud?" tanya Katie karena masih belum menangkap bahwa Nyonya Delcrov yang dimaksud adalah Keisha, ibu kandungnya sendiri.     

"Aku belum terbiasa memanggilnya ibu. Selama ini aku memanggilnya Nyonya Delcrov karena... biar bagaimanapun dia adalah istri dari Tuan Lemar Delcrov."     

"Jadi yang kau maksud tadi.. adalah ibu kita?"     

"Benar. Selama ini dia selalu mendengarkan lagumu. Diam-diam dia selalu memperhatikanmu dari sini."     

"Benarkah?" mata Katie berkaca-kaca sama sekali tidak menduga ternyata ibunya masih memikirkannya.     

"Sepertinya dia selalu memperhatikan kita berdua. Hanya saja dia juga harus menyembunyikan perhatiannya untuk melindungi kita. Nyonya... ibu.." Meisya mulai membiasakan dirinya untuk memanggil Keisha dengan sebutan 'ibu'. "Ibu sudah menderita."     

"Aku akan menyelamatkannya. Hanya saja.. aku masih harus meminta penjelasannya mengenai kematian ayah kita. Waktu itu host Luna adalah ibu, tapi ayah mati dibunuh oleh Alpha serta Luna. Aku ingin tahu apakah ibu ikut andil dalam kematian ayah."     

"Itu tidak benar. Mungkin dulu ibu memang host Luna, tapi entah bagaimana caranya Lemar mengambil Luna dari ibu."     

"Maksudmu?"     

Meisya memberikan buku kerajaan dari Dieter pada Katie. Dia merasa lega karena telah membawanya dari Belanda. Dengan begini Katie juga bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi tiga puluh tiga tahun yang lalu.     

Dengan sabar Meisya menemani Katie yang sedang membacanya dengan cepat. Rata-rata apa yang ditulis di buku itu sudah diketahuinya. Kemampuannya yang sebenarnya, origin dan raja merah yang tidak boleh bersama serta kemampuannya dalam melihat warna kehidupan seseorang.     

Tapi tulisan mengenai kebenaran kelahirannya sama sekali tidak diketahuinya. Karenanya, Katie hanya membaca halaman yang menjelaskan kelahirannya.     

Senyumannya melebar ketika mengetahui Keisha memang tulus mencintai Ranmond. Ibu mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan kematian ayah mereka.     

Katie merasa lega karena tebakannya selama ini benar. Disaat bersamaan dia sangat membenci Lemar.     

Dia ingin menangkap pria itu yang sudah seenaknya membuat ibu mereka menderita dan membunuh ayah mereka.     

Dia ingin menangkap Lemar dan membuatnya membayar apa yang sudah diperbuatnya di masa lalu.     

Tapi pertama-tama dia harus mengurus 'seseorang' yang mengincar adiknya. Orang itu diketahui bernama Darcy... mantan kekasih Stanley sembilan tahun yang lalu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.