Kau yang Pertama dan yang Terakhir
Kau yang Pertama dan yang Terakhir
Namun kalau soal menyebar jebakan dan memancing mangsa kedalam jebakannya, Katie kalah mutlak bila berhadapan dengan Kinsey.
Kini keduanya duduk menikmati hari sore di hamparan luas dengan bersender pada tubuh Merah.
"Kau masih marah?"
"..."
"Bukan salahku kalau kau memutuskan untuk curhat pada Merah."
"..." Katie masih menolak untuk bicara dan memejamkan matanya sambil memunggungi Kinsey yang duduk disebelahnya.
"Apakah Tiffany memberitahumu soal ledakan di mansion? Apakah kau tahu aku ada disana saat ledakan terjadi?"
Katie langsung berbalik menghadap kearahnya.
"Ah, benar. Dia bilang kau berhasil lolos dari sana. Apa yang terjadi? Bagaimana bisa ada ledakan? Bagaimana caranya kau lolos? Apakah kau terluka?"
Hati Kinsey melonjak senang akhirnya Katie kembali berbicara dengannya. Satu kelemahan yang dimiliki Katie. Jika Katie menyayangi seseorang, tidak peduli seberapa besar marahnya pada orang itu, bila terjadi sesuatu buruk pada orang tersebut, Katie akan mengesampingkan rasa marahnya.
"Aku terluka. Bahuku sakit. Aku sempat terkena efek ledakannya." rajuk Kinsey memasang wajah kesakitan.
"Benarkah? Coba kulihat."
"Sekarang?"
"Tentu saja."
"Kau yakin ingin aku membuka bajuku?"
"..."
Rona pipi Katie kembali memerah. Dia kehabisan kata-kata dan tidak tahu harus menjawab apa-apa. Di satu sisi dia ingin tahu seberapa parah luka Kinsey, di sisi lain dia merasa malu melihat tubuh Kinsey tanpa sehelai kain. Lagipula, kenapa Kinsey mengatakannya seolah dia yang memaksanya untuk membuka bajunya?
Melihat wajah kebingungan yang dipenuhi dilema pada Katie, Kinsey tidak bisa menahan tawanya. Kening Katie mengernyit melihat Kinsey yang berusaha kerasa menahan tawa.
"Kau.. kau mengerjaiku!" gerutu Katie sembari memukul pundak Kinsey membuat pria itu malah tertawa terbahak-bahak. "Dasar rubah licik! Menyebalkan!"
Kinsey masih tertawa dan membiarkan Katie memukulinya. Meski tidak terlalu terasa, pukulannya cukup keras mengingat tenaga Katie yang diatas rata-rata. Tapi Kinsey tidak merasa sakit, malah dia merasa seperti sedang dipijat.
Setelah puas memukuli kekasihnya yang super jahil ini, Katie beranjak pergi meninggalkannya. Namun dia teringat akan sesuatu. Dia ingat dia ingin menuntut penjelasan pada Kinsey jika mereka bertemu lagi dan.. jika Kinsey masih mencintainya.
Katie berbalik dan mengulurkan tangannya seolah meminta sesuatu.
"Berikan ponselmu."
Kinsey masih tersenyum bekas tawanya yang lepas ketika merogoh sakunya dan tanpa ragu memberikan ponselnya pada Katie.
Katie tercengang melihat aksi kekasihnya. Kinsey tidak merasa curiga ataupun bertanya heran ketika Katie meminta ponselnya. Dengan alaminya Kinsey memberikan ponselnya seolah Katie-lah pemilik ponsel tersebut.
Katie berdehem untuk menyingkirkan pikirannya lalu menyuruh Tiffany mengirimkan sebuah foto kedalam ponsel milik Kinsey. Setelah memasang foto yang dicarinya, Katie menodongkan ponsel tersebut dengan layar yang sudah dipenuhi foto dari Tiffany.
"Bisakah kau jelaskan padaku apa maksud foto ini?"
Kinsey menatap layar ponselnya sekilas sebelum mengangkat sebelah alisnya dengan heran. Sebuah foto seorang gadis muda tengah mengecup pipinya sementara tangan Kinsey merangkul bahu gadis itu.
"Aku tidak ingat aku punya foto itu. Darimana kau mendapatkannya?"
"Hillary yang memberitahuku." jawab Katie tanpa ragu.
"Hillary? Ah, jadi sekarang dia berusaha membuatmu cemburu. Bagaimana dia bisa tahu kalau kita menjalin hubungan khusus? Apa kau mengatakan ke semua orang kau mengenalku?"
Eh? Kenapa keadaannya berbalik? Bukankah tadi Katie bermaksud menginterogasi Kinsey? Kenapa sekarang Kinsey yang menginterogasinya? Apalagi kini Katie malah melangkah mundur ketika Kinsey bergerak mendekatinya seolah Katie yang melakukan kesalahan. Ini benar-benar tidak sesuai perkiraannya.
"A..aku.. aku tidak mengatakan apa-apa. Lagipula, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Siapa gadis ini? Foto ini diambil tahun lalu. Kau bilang kau jatuh cinta padaku enam tahun lalu. Berarti..."
"Ssst..." potong Kinsey menaruh jari telunjuknya persis ke mulut Katie. "Kau punya Tiffany, kenapa tidak mencoba bertanya padanya? Lagipula.. kau mengenali gadis di foto itu jauh lebih lama daripadaku. Aku tidak mengerti kenapa kau harus cemburu."
"Ha?" Katie masih bingung sementara Tiffany sedang dalam proses mencari tahu identitas gadis muda yang terlihat mesra dengan Kinsey.
Tidak lama kemudian, Tiffany memberitahu sebuah nama melaporkan identitas gadis itu.
Elizabeth West.
Elizabeth West? Dimana dia mendengar nama itu?
Katie segera memperbesar foto di smartphone kekasihnya untuk melihat wajah gadis muda itu dengan jelas. Dia berusaha menggali ingatan dan dia langsung teringat akan seseorang... lebih tepatnya salah satu si kembar dari adik Catherine.
"Li..Lizzy?" Kini Katie merasa malu sekali karena telah salah menuduh Kinsey. "Berhenti tersenyum seperti itu!" gerutu Katie merasa jengkel karena Kinsey tersenyum dengan penuh arti.
Kinsey merangkulnya sebelum memeluknya dengan erat. Ah, kenapa hatinya merasa senang sekali melihat Katie cemburu seperti ini? Ini pertama kalinya dia melihat Katie cemburu.
"Kenapa kalian bermesraan seperti itu? Membuat orang lain salah paham saja." Katie masih menginginkan penjelasan.
"Seperti yang kukatakan tadi, karena aku tidak bisa memanjakan Rinrin, aku hanya bisa memanjakan ketiga adik perempuannya. Anna, Lina, Lizzy.. aku menyayangi mereka seperti adikku sendiri. Tahun lalu seorang pemuda mendekati Lizzy. Lizzy sama sekali tidak menyukainya dan aku juga tidak menyukainya. Jadi aku berpura-pura menjadi kekasihnya dihadapannya. Kami sengaja bersikap seperti itu untuk membuatnya menyerah. Aku juga menggunakan namaku sebagai pemilik Alvianc grup."
"Ckckck. Kau adalah pria terlicik yang pernah kukenal. Tidak bisakah kau menggunakan cara lain? Lagipula, Lizzy sekarang bukan anak SMA lagi. Kau juga seharusnya bilang lebih dulu sebelum aku menuduhmu sembarangan. Kenapa kau tidak langsung bilang kalau Lizzy yang ada di foto ini?"
Kinsey terkekeh pelan ketika menjawabnya. "Aku sangat menikmati reaksimu. Ini pertama kalinya aku melihatmu cemburu." Kinsey mengeratkan pelukannya sembari memberi kecupan kecil di puncak kepalanya.
"Aku tidak cemburu! Lepas. Aku mau berpikir tenang dulu." lanjut Katie meronta dilepaskan.
Kinsey hanya tertawa melihat sikap kekasihnya yang menggemaskan. Dia bahkan bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Katie. Saat ini gadis itu memunggunginya dan sedang menyimak ponsel Kinsey dengan seksama.
Apalagi yang sedang dilihatnya?
Selain foto tadi, ada satu kejadian yang ingin dipastikan Katie. Seorang wanita yang ditemui Kinsey di sebuah kafe. Dia tidak ingin lagi sembarang menuduh dan memastikan kebenarannya terlebih dulu.
Katie bukanlah orang berpikiran sempit. Dia tidak suka difitnah oleh orang yang sok tahu, jadi dia juga tidak ingin melakukan hal yang sama. Dia sudah kelolosan soal Lizzy. Dia tidak ingin mengulanginya.
Setelah rekaman video berjalan beberapa menit, seorang pria muncul dan duduk disebelah wanita tersebut. Mereka bahkan terlihat mesra dan saling mencintai. Katie ingat dengan pria yang baru datang itu. Namanya adalah Alex. Benar, pria itu adalah Alex.
Apakah itu berarti dia telah salah menilai Kinsey? Jadi selama ini dia salah paham? Kalau begitu bukankah tangisannya sia-sia belaka? Seharusnya dia tidak perlu menangis.
"Hmmm.. aku tidak tahu kalau kau memata-mataiku."
Sebuah suara dari atas kepalanya serta tangan yang melingkar di perutnya membuat Katie terkesiap. Jantungnya memburu bukan karena kedekatan mereka, tapi karena sudah ketahuan mengintip kehidupan pribadi Kinsey. Dia takut Kinsey akan marah dan menjadi benci padanya.
"Maaf." cicit Katie merasa bersalah. "Aku tidak akan melakukannya lagi." lanjutnya sambil berbalik untuk mengembalikan ponselnya.
Kinsey mengangkat dagu Katie dengan jari telunjuknya menghiraukan ponsel yang diserahkan Katie.
"Aku tidak keberatan. Kau boleh mengintaiku dimanapun aku berada. Aku tidak punya sesuatu yang ingin kusembunyikan darimu."
Untuk beberapa saat keduanya saling memandang dengan penuh cinta. Keduanya sama-sama merasa terhanyut akan satu sama lain.
Ah, sekarang Katie ingat. Alasan kenapa dia merasa terpukul dan sedih malam itu. Bukan karena foto atau pertemuan Kinsey dengan kekasih Alex. Dia ingat ucapan Hillary yang mengatakan Kinsey telah tidur dengan seorang wanita.
Wanita yang mana? Siapa?
Pertanyaan yang sebenarnya, apakah ucapan Hillary bisa dipercaya? Apalagi foto yang ditunjukkan wanita itu ternyata adalah adik Catherine. Seharusnya Hillary tahu kalau gadis muda itu adalah adik Cathy. Lalu kenapa dia menggunakan foto adik sepupu Kinsey untuk membuatnya cemburu?
Dia ingat Cathy pernah bilang padanya Hillary sangat terobsesi akan Kinsey. Dia ingat keluh kesah Kinsey ketika pria itu menggerutu harus menghadapi kegenitan serta keagresifan Hillary.
Bagaimana kalau Hillary sengaja bilang seperti itu untuk membuatnya goyah? Bagaimana kalau Hillary sengaja menunjukkan foto itu untuk menciptakan salah paham diantara mereka? Meskipun begitu.. Katie tetap ingin memastikannya.
"Kinsey.. apakah.. sebelum aku, kau pernah menjalin hubungan dengan wanita lain?"
"Tidak. Kau yang pertama kali."
"Benarkah?"
"Benar." Kinsey menggenggam sebelah tangan Katie untuk dibawa kearah mulutnya. "Kau adalah wanita pertama dan terakhir untukku." jawab Kinsey tegas sembari memberi kecupan di punggung tangannya untuk meyakinkannya. "Di dunia ini, aku hanya bisa mencintaimu. Tidak akan ada wanita lain selain kau."
Senyum Katie melebar mendengarnya. Jawaban ini sudah cukup baginya. Jawaban yang diberikan Kinsey sanggup mengusir segala keresahannya akan perasaan pria itu.
"Aaa!! Hahaha.." pekik Katie ketika Kinsey tiba-tiba mengangkatnya ke tengah udara. Secara refleks kedua tangan Katie bersandar pada bahu Kinsey. Kemudian Kinsey berputar membuat kedua tubuh mereka memutar secara bersamaan.
Keduanya tertawa gembira menikmati hembusan angin musim semi yang menari disekitar mereka. Burung-burung berkicauan dan terbang mengelilingi mereka.
Kedua wajah mereka dihiasi senyuman lebar yang dipenuhi kebahagiaan. Katie menangkup wajah Kinsey yang kini tampak agak lebih rendah darinya karena Kinsey masih mengangkat tubuhnya. Dia mendaratkan bibirnya ke kening pria itu sembari mengatakan 'Aku mencintaimu.'