Surat Katie Enam Tahun Lalu
Surat Katie Enam Tahun Lalu
Tapi ada Kinsey disana. Di luar dugaannya, Katie bisa menerima kehadiran pria itu dengan terbuka. Dia bahkan membiarkan pria itu menyentuhnya dan berdansa dengannya. Mereka bahkan pergi ke pantai yang membuat keduanya semakin merasa dekat.
Katie tertarik pada Kinsey dan dia merasa pria itu juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun dia harus pergi ke Jerman. Dia harus mencari cara untuk menghentikan usianya yang berjalan memendek. Hanya saja, dia sama sekali tidak menyangka perasaannya kala itu cukup besar untuk membuatnya mengundurkan keberangkatannya.
Katie ingin mencoba menjalin hubungan dengan Kinsey. Karena itulah dia memutuskan untuk tinggal. Teman-teman masa SMAnya dulu juga mendukungnya bahkan antusias melihat kelanjutan hubungannya dengan Kinsey.
Namun ada satu orang yang memberinya nasihat. Orang itu bilang Kinsey hanya ingin bersenang-senang saja. Karena itu, Katie tidak berani.. dia tidak berani menemui Kinsey secara langsung.
Waktu itu dia terlalu pengecut dan hanya bisa menulisnya sebuah surat. Surat berisi ungkapan perasaannya. Alas.. Kinsey membuangnya. Persis yang dikatakan orang itu... Kinsey hanya ingin bersenang-senang saja.
"Aku jatuh cinta padamu saat aku melihatmu di pernikahan adikku."
Katie seketika memucat begitu mendengar pengakuan ini. Bagaimana tidak? Kinsey telah membuang suratnya. Kinsey tidak datang ke bandara menemuinya. Dengan kata lain.. Kinsey menolak perasaannya dan tidak tertarik untuk mengejarnya.
Jadi apa maksudnya Kinsey jatuh cinta padanya di hari pernikahan Cathy?
"Katie?"
Katie kembali menghindar ketika Kinsey mencoba menyentuh pipinya kembali. Entah kenapa sekarang sentuhan Kinsey pada dirinya terasa menyakitkan.
"Bisakah kau bicara padaku? Ada apa?" Kinsey tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya akan perubahan sikap Katie. Kekasihnya ini benar-benar telah membuatnya kebingungan.
"Kau bilang.. kau jatuh cinta padaku di hari pernikahan Cathy?"
"Benar. Ada apa?"
"Aku ingat, kita pernah berdansa bersama di mansion. Aku juga ingat kau membawaku ke sebuah pantai. Dan juga... kita berciuman pertama kali disana."
Kinsey terdiam dan tubuhnya berubah menjadi kaku.
"Kau ingat?"
"Aku ingat semuanya. Aiden yang menculikku, Cathy yang ternyata adalah nona kedua Paxton.. dan juga.. kau yang merebut obat penawar untuk menyelamatkanku. Aku ingat semuanya."
"..." Kinsey hanya mengulas senyum tipis. Entah kenapa Katie merasa senyuman yang menghiasi wajah Kinsey terkesan sedih?
"Aku juga ingat aku menulis surat untukmu. Apa.. kau membacanya?"
Anehnya senyuman kecil pada Kinsey lenyap seketika. Ekspresinya datar, bahkan mungkin terkesan dingin? Tanpa disadarinya, jantung Katie terasa berhenti karena takut mendengar jawabannya.
"Entahlah. Surat yang mana yang kau maksudkan?" Kinsey malah berbalik bertanya dengan kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya dengan cuek.
Katie nyaris tidak bisa menahan air matanya ketika melihat Kinsey kembali menunjukkan aura mengintimidasinya. Sikap Kinsey saat ini sama persis ketika hari-hari pertama Kinsey datang ke Jerman. Dingin, sinis dan juga... mengintimidasi.
Untuk sejenak, Katie merasa menyesal telah menyinggung masalah surat. Seharusnya dia tidak perlu menyinggungnya. Tapi... dia juga tidak bisa hidup disisi Kinsey seperti ini. Perasaan ragu dan selalu diliputi kegelisahan karena khawatir suatu saat nanti Kinsey akan berbalik membencinya dan meninggalkannya.
"Aku.. menulis surat untukmu. Aku menitipkannya pada temanku untuk diberikan padamu. Aku dengar... kau membacanya dan... membuangnya. Apa itu benar?"
"Apakah itu penting? Apakah kau akan meninggalkanku lagi? Kau akan pergi diam-diam tanpa memberitahuku?"
Kenapa Kinsey bisa berpikir seperti itu? Pikir Katie merasa bingung.
"Tidak. Tentu saja tidak. Aku.."
"Kalau begitu lupakan surat itu. Surat itu sama sekali tidak penting."
Katie menangis dalam hati. Bagi Kinsey surat itu tidak penting, sementara baginya surat yang ditulisnya sangat penting. Itu pertama kalinya dia memberanikan diri menyatakan perasaannya terhadap seorang lelaki. Dia memang tidak cukup berani untuk mengutarakannya langsung, jadi dia hanya menggunakan cara kuno dengan menulis surat untuk mengungkapkan isi hatinya.
"Katie," panggil Kinsey dengan lembut seraya menggenggam kedua tangannya. "Bisakah kita tidak membicarakan ini? Kita sudah tidak bertemu hampir setengah tahun, apa kau tidak merindukanku?"
Deg..deg.. Suara lembut serta aroma musky yang memabukkan membuat jantung Katie kembali liar.
"Aku.. aku merindukanmu." jawab Katie pasrah. Dia menyerah memikirkan akan masa lalu dan memutuskan untuk memikirkan hubungan mereka saat ini.
"Benarkah?"
"Benar." Katie tidak mengerti kenapa Kinsey tampak tidak percaya akan jawabannya.
"Apakah kau masih mencintaiku?"
"Ha?"
"Tadi kau bertanya apakah aku masih mencintaimu atau tidak. Aku juga ingin tahu apakah kau masih mencintaiku setelah mendapatkan ingatanmu kembali."
Semburat merah muncul di kedua rona pipinya. Dasar rubah licik! Pria ini sama sekali tidak berubah.
"Kau sudah tahu jawabannya. Aku tidak perlu mengatakannya.." suara Katie semakin lama semakin memelan membuat Kinsey tersenyum geli.
"Aku tidak tahu. Aku ingat saat pertama kali aku datang ke Bayern, kau bersikap dingin padaku."
Ha?? Bukannya terbalik?
"Aku juga ingat kau berulang kali mencoba menghindariku."
Katie tidak bisa membantahnya untuk yang ini.
"Aku ingat kau bahkan menggigit pergelangan tanganku. Coba lihat, bekas gigitanmu masih ada." Kinsey mengangkat sebelah tangannya untuk membuktikan kalimatnya.
"Mana?" dan dengan polosnya, Katie masuk ke dalam jebakan sang 'rubah cilik'.
Ketika Katie mendongak untuk melihat tangan Kinsey yang terangkat, Kinsey segera menurunkan tangannya dan mendekatkan wajahnya. Dengan cepat dan lihai, Kinsey mencuri kecupan di bibir manis gadis itu.
Cup.
Katie membelalak lebar sama sekali tidak menyangka Kinsey akan menipunya lagi untuk masuk ke jebakannya.
"Aku mencintaimu." lanjut Kinsey sebelum kembali menyatukan bibir mereka.
Kinsey mengulum lembut bibir kekasihnya dengan penuh rindu. Sebelah tangannya menarik pinggang Katie untuk mendekat sementara tangan lainnya menyusup masuk ke belakang leher Katie agar dia bisa mengakses mulut Katie dengan lebih leluasa.
Ketika lidah Kinsey menerobos masuk melewati sela-sela giginya, Katie mendesah dan melingkarkan kedua tangannya ke leher Kinsey.
Ah, dia sudah tidak peduli lagi. Tidak peduli apakah Kinsey dulu memang jatuh cinta padanya atau hanya mempermainkannya saja, yang penting sekarang Kinsey mencintainya.
Katie bisa merasakannya melalui ciuman yang dilakukan Kinsey. Bukti apa lagi yang dibutuhkannya? Dia tidak perlu melihat warna kehidupan Kinsey. Dia juga tidak perlu ragu lagi. Kinsey mencintainya. Katiepun mencintai pria itu. Mereka berdua saling mencintai tanpa adanya jerat pesona yang menjembati mereka.
Setelah beberapa saat mereka berciuman, Kinsey mengerang kesal membuat Katie bingung.
"Ada apa?"
"Ada yang ingin menganggu kita."
Katie mengernyit semakin bingung. Dia mengikuti arah lirikan Kinsey sambil bertanya-tanya. Namun ketika melihat serigala merah ada disana, matanya bersinar-sinar penuh dengan sukacita.
Seolah melupakan kehadiran Kinsey disisinya, Katie melepaskan pelukannya dan berlari menghambur ke arah serigala merah tersebut.
Katie tertawa dan ikut melompat ketika Merah memutarinya sambil berlompat-lompat dengan girang. Lalu Katie menenggelamkan wajahnya ke tumpukan halus bewarna merah yang sangat diidamkannya selama beberapa bulan terakhir ini.
Ah.. dia sangat merindukan bulu Merah yang menggelitik kulitnya.
"Kenapa aku merasa kau sepertinya lebih senang bertemu dengan Merah dibandingkan bertemu denganku?"
Katie terkekeh pelan mendengar Kinsey berpura-pura kecewa dengan reaksinya. Tentu saja dia merasa lebih senang bertemu dengan Merah. Dia tahu dia pasti akan bertemu kembali dengan Kinsey. Tiffany pasti akan membawanya kembali pada Kinsey.
Tapi dia sama sekali tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Merah, serigala merah favoritnya. Lagipula, Merah kini memiliki host. Dia mengira, Merah akan mengikuti hostnya kemanapun host tersebut pergi. Dia menduga host Merah adalah salah satu anggota suku Oostven mengingat Merah selalu tinggal di Bayern.
Karena itu dia sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengan Merah di luar Bayern. Apakah mungkin hostnya ada disekitar sini? Siapa? Siapa yang selalu diikuti Merah?
Apakah mungkin...
Katie berbalik untuk melihat wajah kekasihnya dengan tatapan curiga.
"Kinsey, apakah kau... adalah host Merah?"
Kinsey tampak terkejut mendengar pertanyaannya, tapi langsung bisa bersikap seperti biasa.
"Kira-kira hari ini chef masak apa ya? Aku sudah lapar sekali. Kau tidak lapar?" Kinsey sama sekali tidak menjawab pertanyaannya dan mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Jadi.. jadi kau memang.." Katie ingin menangis. Tidak, dia ingin menjerit karena tidak bisa menahan rasa malunya.
Selama ini dia curhat tanpa beban pada Merah. Selama ini dia menceritakan hal-hal yang terjadi.. termasuk hal yang memalukan pada Merah. Dia bahkan memberitahu Merah bahwa dia jatuh cinta pada Kinsey!
Ah, tidak heran malam itu Kinsey langsung menciumnya. Ternyata pria itu sudah tahu perasaannya lebih dulu melalui Merah! Rasanya dia ingin menangis dan menyembunyikan wajahnya dari Kinsey.
Kinsey sendiri merasa dilema ditempatnya. Entah apakah dia harus tertawa ataukah bersimpati melihat kondisi Katie? Ekspresi yang sedang dipasang Katie saat ini.. sungguh membuatnya gemas.